“Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.”(Mrk 1:14-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Mayoritas waktu dan tenaga kita kiranya kita gunakan untuk ‘hidup menduniawi/membumi’, berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi, entah sedang bertugas untuk belajar atau bekerja maupun sibuk dalam urusan rumah tangga di rumah. Memang agar kita hidup damai dan sejahtera, kita harus belajar atau bekerja keras guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita agar dalam melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari tidak melupakan tujuan utama manusia (kita) diciptakan, yaitu keselamatan jiwa manusia, sebagaimana disabdakan oleh Yesus:”Mari, ikutilah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua agar baik dalam belajar atau bekerja maupun sibuk dalam rumah tangga tetap manusiawi, mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Aneka macam buah hasil belajar atau bekerja dan sibuk dalam rumah tangga hendaknya mendukung usaha kita mencapai tujuan kita diciptakan, yaitu keselamatan jiwa manusia, maka semua buah hasil kerja, belajar atau sibuk dalam keluarga hendaknya semakin memanusiakan manusia. Ketika hidup dan kerja bersama sungguh manusiawi, maka ada kemungkinan atau kemudahan besar untuk bersama-sama mengusahakan keselamatan jiwa manusia. Salah satu cirikhas manusiawi atau harkat martabat manusia dijunjung tinggi di atas segala sesuatu yang lain, yang kelihatan di bumi ini. “The man behind the gun” ( =orang di balik senjata), demikian kata sebuah pepatah yang berarti agar kita lebih mengutamakan manusia daripada harta benda atau uang.
· “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibr 1:1-3). Sebagai orang beriman kita kiranya juga boleh disebut atau dinamai sebagai ‘anak-anak Allah’ yaitu orang-orang yang senantiasa melaksanakan perintah dan kehendak Allah dalam cara hidup dan cara bertindak sehari-hari. Dengan kata lain kita semua juga boleh dikatakan sebagai pembantu karya Allah, berpartisipasi dalam karyaNya, dan “Ia berkata kepada kita melalui saudara-saudari kita yang sungguh beriman”. Maka marilah kita saling mendengarkan satu sama lain: mendengarkan sabda Allah melalui saudara-saudari kita, yang antara lain menggejala dalam kehendak baik. Kami percaya kita semua berkehendak baik, maka marilah saling kita informasikan kehendak baik kita masing-masing dan kemudian kita sinerjikan, sehingga menjadi kehendak baik bersama yang utuh dan handal. Kita semua dipanggil untuk membangun dan memperdalam hidup bersama yang handal, dan untuk itu kiranya kita harus bergotong-royong dalam melakukan segala sesuatu. Ingatlah dan sadari bahwa kerjasama yang baik akan menghasilkan buah yang membahagiakan, sebagaimana kita saksikan dalam kejuaran dunia sepak baru yang lalu: tim sepak bola yang memiliki kerjasama yang bagus yang akhirnya menjadi juara. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah ‘buah atau korban kerjasama’ dari bapak-ibu kita yang saling mengasihi, maka hanya dalam kerjasama dan saling mengasihi kita akan dapat tumbuh berkembang dengan baik menuju ke keselamatan jiwa kita.
“TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia” (Mzm 97:1-2b)
Senin, 14 Januari 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ