"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Yesus pergi ke Nazaret berarti ‘pulang kampung’ atau ‘mudik’ sebagaimana terjadi di lingkungan masyarakat kita di hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Natal/Tahun Baru. Ketika pulang kampung atau mudik macam itu pada umumnya ada dorongan dari ‘dalam hati’, selain memang merupakan adat kebiasaan. Yesus sendiri ke Nazaret karena dorongan Roh Kudus. Hemat saya setiap kali kita pulang ke rumah atau pergi ke tempat kerja atau tugas juga merupakan dorongan Roh Kudus, yaitu menghayati panggilan hidup yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita masing-masing. Maka marilah kita mawas diri apakah setiap kali kita pulang ke rumah atau pergi ke tempat tugas atau pekerjaan juga hidup dan bertindak atas dorongan Roh Kudus dan bukan hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi saja. Jika kita sungguh hidup dan bertindak atas dorongan Roh Kudus, maka apa yang dialami oleh Yesus juga terjadi dalam diri kita.
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Luk 4:21)
Satu dalam kata dan tindakan itulah yang diharapkan dari kita semua dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun, maka hendaknya kita sungguh konsekwen bahwa apa yang kita katakana atau janjikan juga segera menjadi kenyataan alias terwujud. Secara khusus saya mendambakan bapak-ibu atau orangtua dapat menjadi teladan dalam satu dalam kata dan tindakan, karena cintakasih yang mengikat anda berdua, dan cintakasih itu pertama-tama dan terutama harus terwujud dalam tindakan atau perilaku. Selanjutnya hendaknya mendidik anak-anak anda demikian juga.
Di dalam hidup bersama senantiasa pasti ada tata tertib atau aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan siapapun yang terkait dalam hidup bersama tersebut, maka dengan ini kami mengharapkan anda semua untuk unggul dalam hal pelaksanaan atau penghayatan tata tertib atau aturan. Untuk itu hendaknya saling membantu dan mengingatkan satu sama lain, sehingga tidak satu orang pun dibiarkan tidak mentaati atau melaksanakan tata tertib atau aturan yang ada. Mungkin baik juga sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dalam hidup bersama, misalnya di dalam keluarga atau tempat kerja sering dibacakan Kitab Suci, dan sebaiknya dipilih ayat-ayat atau perikop yang sesuai dengan lingkungan hidup maupun panggilan atau tugas pekerjaan masing-masing. Sabda dibacakan, direnungkan dan dicecap dalam-dalam serta kemudian dihayati atau dilaksanakan.
Yesus datang ke dunia untuk ‘menggenapi’ atau melaksanakan apa yang tertulis dalam Kitab Taurat, maka baiklah kita yang beriman kepadaNya senantiasa berusaha untuk meneladanNya, entah secara pribadi atau bersama-sama. Kiranya di lingkungan-lingkungan umat atau kelompok basis juga sering diselenggarakan pendalaman iman, dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, semoga kegiatan ini diikuti seluruh warga umat lingkungan setempat, dan tentu saja kemudian bersama-sama menghayatinya. Dan moga-moga kegiatan pendalaman iman di lingkungan tidak hanya bersifat liturgis atau formal belaka. Jika di tiap lingkungan sungguh diselenggarakan kegiatan pendalaman iman yang baik dan benar, maka kehidupan paroki akan semarak dan menghasilkan buah keselamatan yang membahagiakan. Untuk itu kami berharap kepada rekan-rekan pastor paroki untuk menggiatkan kegiatan pendalaman iman, entah di lingkungan territorial maupun kelompok-kelompok kategorial serta professional di wilayah paroki yang menjadi tanggungjawabnya.
“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?” (1Kor 12:27-30)
Melalui suratnya kepada umat di Korintus, Paulus mengingatkan kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus, bahwa kita semua adalah ‘satu tubuh’. Dalam kenyataan di dunia ini ada begitu banyak kelompok atau peguyuban umat yang beriman kepada Yesus Kristus, yang secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan, dan maaf di lingkungan umat Kristen Protestan sungguh begitu banyak sekte. Usaha untuk menggalang dan memperkuat kesatuan umat kiranya sudah dan akan terus dilakukan. Di Indonesia ada KWI bagi umat Katolik, sedangkan di lingkungan Protestan ada PGI dan Pentekosta. Kami dengar di kalangan Protestan masih banyak sekte yang tak tergabung dalam paguyuban. Keragaman memang baik, namun demikian kami berharap hendaknya kesatuan umat Kristen atau murid-murid Yesus Kristus senantiasa digalang dan diperdalam.
Keragaman fungsi, jabatan, kedudukan atau tugas panggilan sungguh luar biasa, marilah apa yang dianugerahkan kepada kita masing-masing kita fungsikan untuk kesejahteraan umum, tidak untuk pribadi atau kelompoknya sendiri saja. Apa yang menjadi kecakapan, keterampilan, keahlian atau bakat dan kemampuan anda? Kami berharap kepada anda semua untuk memfungsikan apa yang anda miliki bagi kesejahteraan atau kebahagiaan umum. Kiranya anda yang bekerja dalam satu pabrik, perusahaan atau kantor tertentu juga memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain, dan diharapkan dengan imbal jasa yang anda terima, anda pun membaktikan diri sepenuhnya dengan kecakapan, keterampilan, keahlian, bakat dan kemampuan anda demi kemajuan usaha atau kinerja tempat anda bekerja.
Dalam hal hidup bermasyarakat di tingkat RT, RW, desa atau kelurahan kami harapkan anda semua juga tidak pasif atau tinggal diam, melainkan menyumbangkan apa yang anda miliki demi kesejahteraan umum atau bersama. Jiwa gotong-royong atau bekerjasama hendaknya menjiwai seluruh warga masyarakat, sebagaimana hemat saya juga masih terjadi di desa-desa atau pelosok tanah air atau Negara tercinta kita ini. Dalam kegotong-royongan hidup bersama tidak kenal besar-kecil, tua-muda, pandai-bodoh, dst., semuanya membaktikan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan kemungkinan yang ada. Semoga para ketua RT, RW atau lurah menggiatkan semangat gotong-royong bagi warganya, sehingga tiada satu warga pun yang berpangku tangan dan hidup dalam kekurangan.
“Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya” (Mzm 19:8-10)
Minggu, 27 Januari 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ