“Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Mat 10:17-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Stefanus, martir pertama, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Hari pertama setelah Pesta Natal, Kelahiran Penyelamat Dunia, kita kenangkan St.Stefanus, martir pertama di dalam Gereja. Beriman kepada Penyelamat Dunia memang harus hidup mendunia atau membumi, yang berarti berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memperhatikan dan mencermati masih maraknya kemerosotan moral dalam hidup bermasyarakat, berbanga dan bernegara pada masa kini, maka hidup sungguh beriman kepada Penyelamat Dunia akan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Korupsi dan kebohongan masih marak di sana-sini, bahkan juga subur di lingkungan jajaran lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Hemat saya tantangan dan hambatan dalam rangka memberantas korupsi sungguh berat, bahkan mereka yang setia memberantas korupsi senantiasa dalam ancaman untuk dihabisi atau dibunuh, disingkirkan dari permukaan bumi ini. “Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”, demikian sabda Penyelamat Dunia. Kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman atau beragama, entah keyakinan iman atau agamanya apapun, untuk senantiasa setia dan taat pada iman atau ajaran agamanya. Marilah kita berantas bersama korupsi yang masih marak di negeri tercinta kita ini. Tindakan korupsi merupakan pembusukan hidup bersama, dimana ada koruptor hidup bersama menjadi busuk, tak sedap, tak menarik dan tak mempesona lagi. Marilah meneladan Stefanus maupun Penyelamat Dunia, yang kedatangannya kurang atau tidak diterima oleh saudara-saudarinya yang bersikap mental materialistis dan duniawi. Beriman kepada Penyelamat Dunia berarti dimana ada bagian hidup mendunia, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tidak selamat, tidak baik, dipanggil untuk menyelamatkan atau memperbaikinya.
· "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku” (Kis 7:56-59). Kutipan ini merupakan kisah terakhir perihal St Stefanus, martir pertama. “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku” inilah yang kiranya baik kita hayati juga dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sebagai orang beriman atau beragama kita dipanggil untuk menyerahkan atau mempersembahkan roh kita kepada Tuhan, yang berarti mengarahkan dambaan, cita-cita dan harapan kepada Penyelenggaraan Ilahi, yang secara konkret senantiasa dengan rendah hati dan kerja keras berusaha untuk hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa manusia. Marilah kita arahkan pandangan hati, jiwa dan pikiran kita kepada Tuhan yang telah menciptakan kita dan menganugerahi aneka macam yang kita butuhkan untuk hidup dan kerja kita. Hendaknya kita juga jangan takut mati ketika harus tetap setia pada iman dan kepercayaan kita. Kami berharap semangat kemartiran ini dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan diperdalam serta diperkembangkan di sekolah-sekolah. Di sekolah-sekolah antara lain diberlakukan larangan menyontek dalam ulangan atau ujian, dan jika menyontek berikan sanksi antara lain dikeluarkan dari sekolah. Membiarkan menyontek berarti mendidik dan mempersiapkan koruptor-koruptor, pembusukan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku” (Mzm 31:3c-4)
Rabu, 26 Desember 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ