“
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang
di sorga. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan
melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan
rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab
didirikan di atas batu.Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku
ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan
hebatlah kerusakannya.” (Mat 7:21.24-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Ada
orang jika berdoa begitu panjang dan bertele-tele serta disertai
keluhan atau air mata, seolah-olah sungguh berdoa, padahal hal itu
kiranya hanya pura-pura saja. Ada orang tidak berdoa lagi karena setiap
kali berdoa mengajukan permohonan kepada Tuhan tak ada satu pun yang
dikabulkan. Dalam hidup beriman atau beragama yang lebih harus
diutamakan adalah penghayatan atau pelaksanaan, bukan omong-omong atau
wacana. Dalam hal berdoa, hendaknya isi doa sungguh yang ada dalam hati,
dan setelah didoakan hendaknya
juga membaktikan diri sepenuhnya demi terwujudnya doa tersebut. Sebagai
contoh: berdoa agar lulus dalam ujian atau belajar harus disertai
dengan giat belajar, demikian juga berdoa agar sukses dalam bekerja
harus disertai dengan bekerja keras, dst… Dalam hal berdoa kiranya kita
dapat belajar dari Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus: singkat,
padat berisi dan sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Sabda hari
ini juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk memiliki iman yang
teguh dan handal, maka baiklah di Tahun Iman ini kita sungguh-sungguh
berusaha memperteguh dan memperkuat iman kita, sehingga kita tak mudah
terseret ke tindakan-tindakan dosa atau amoral. Godaan dan rayuan berupa
kenikmatan-kenikmatan duniawi pada masa kini sungguh marak, maka bagi
orang yang tak kuat dan tak handal imannya pasti akan mudah jatuh ke
dalam dosa. Kita hendaknya juga saling mendoakan agar kita semua
memiliki iman yang kuat dan handal. Kami berharap kepada
para orangtua maupun guru atau pendidik untuk lebih mengutamakan atau
mengedepankan pembinaan iman, dan pembinaan iman di sekolah-sekolah
secara inklusif dapat dilaksanakan dapat proses ‘mengajar-belajar’ jenis
mata pelajaran apapun.
· “Percayalah
kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang
kekal. Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang
berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan
dicampakkan-Nya sampai ke debu. Kaki orang-orang sengsara, telapak kaki
orang-orang lemah akan menginjak-injaknya.” (Yes 26:4-6). Kutipan ini
kiranya merupakan dukungan dan ajakan bagi kita semua, umat beriman,
untuk senantiasa mengusahakan keteguhan, ketabahan dan kehandalan iman.
Hendaknya dalam segala sesuatu senantiasa percaya kepada
Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan, “sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal”, sehingga
siapapun yang mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dalam segala
sesuatu akan memiliki iman yang tangguh dan handal, tak tergoyahkan
oleh godaan-godaan atau rayuan-rayuan setan. Di dalam Anggaran Dasar
yayasan atau LSM katolik dalam asas dasar dikatakan bahwa “dengan
atau dalam semangat iman kristiani yayasan berasaskan Pancasila dan UUD
45 dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Semoga para
penyelenggara dan pelaksana yayasan atau LSM katolik menghayati asas
ini, dan mungkin secara konkret juga menghayati spiritualitas atau visi
pendiri yayasan atau LSM terkait. Secara khusus kami berharap kepada
para pengelola, penyelenggara dan pelaksana karya pelayanan pastoral
pendidikan atau sekolah
sungguh memperhatikan pendidikan iman, nilai atau budi pekerti bagi
para peserta didiknya. Pendidikan nilai atau budi pekerti, sebagaimana
saya katakan di atas secara inklusif dilaksanakan dalam semua pengajaran
mata pelajaran, misalnya kedisiplinan dan kejujuran. Disiplin dan jujur
pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati
dan disebarluaskan. Anak-anak di dalam keluarga hendaknya sedini mungkin
dididik dan dibina dalam disiplin dan jujur.
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Lebih
baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik
berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan” (Mzm 118:1-8-9)
Kamis, 6 Desember 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ