“Lalu
Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di
situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa.
Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar
di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta
orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan
Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab
seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.” (Luk 19:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Secara
liturgis kita semakin dekat mengakhiri Tahun Liturgi, yang dimahkotai
dengan Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Dalam warta
gembira hari ini dikisahkan sikap mental yang saling berseberangan,
yaitu para imam dan ahli-ahli Taurat yang berkehendak untuk membinasakan
Yesus dan rakyat banyak yang semakin terpikat pada Yesus, karena Yesus
memang berpihak pada rakyat atau mereka yang berada di poros komunitas.
Visi Keuskupan Agung Semarang mencantumkan kata ‘habitus baru’
sebagaimana dicanangkan oleh KWI beberapa tahun lalu.
Yang dimaksudkan dengan ‘habitus baru’ ialah cara melihat dan
mempertimbangkan yang terkait dengan hidup bersama. Hidup bersama
dipengaruhi oleh tiga poros, yaitu poros Badan Publik, poros Bisnis dan
poros Komunitas. Ketika, entah poros Badan Publik atau Bisnis, memihak
poros Komunitas, maka hidup bersama sungguh baik, sejahtera, menarik,
memikat dan mempesona. Sungguh memprihatinkan bahwa sampai sekarang
masih ada kecenderungan kuat bahwa mereka yang berada di poros Badan
Publik dan poros Bisnis berkolusi dan meninggalkan poros Komunitas atau
rakyat, maka hidup bersama kacau-balau, sarat dengan ketegangan,
demonstrasi dan kerusuhan. Kami berharap kepada mereka yang berada di
poros Badan Publik maupun Bisnis untuk berpihak pada rakyat atau yang
berada di poros Komunitas, sehingga anda semua yang berpengaruh secara
yuridis maupun material dalam hidup bersama sungguh ada dalam hati
rakyat, memikat dan rakyat senang mendengarkan anda. Kepada kita semua
kami ajak mawas diri: apakah kita semakin terpikat kepada Tuhan serta
senang mendengarkan ajaran-ajaranNya, yang disampaikan oleh para
pemimpin agama yang baik? Apakah semakin tambah usia dan pengalaman kita
juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia?
· “Dan
suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku,
katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan
malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu." Lalu aku
pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan
gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah
dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia
akan terasa manis seperti madu."(Why 10:8-9). Yang dimaksudkan
dengan makanan di sini tidak
lain adalah ‘sabda Tuhan’ atau aneka aturan dan tata tertib yang
tertulis dalam lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari. Sejauh mana
kita telah melaksanakan atau menghayati aturan atau tata tertib yang
terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing?
Apakah aturan dan tata tertib masih menjadi beban atau sudah menjadi
kebutuhan? Sebagai orang beriman yang baik kami harapkan kita semua
terhadap aturan atau tata tertib sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi
beban. Demikian juga terkait dengan janji-janji yang telah kita
ikrarkan, seperti janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul,
janji pelajar/mahasiswa , janji pegawai dst.. Sebagai orang yang beriman
kepada Yesus Kristus dan telah dibaptis, sejauh mana kita setia pada
janji baptis, yaitu hanya mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan
setan? Apakah kita semakin bersaudara atau bersahabat dengan Tuhan
maupun sesama manusia tanpa pandang bulu atau SARA? Sebagai
suami-isteri; sejauh mana anda semakin saling mengasihi baik dalam
untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati? Kesetiaan antar
suami-isteri dalam saling mengasihi akan menjadi dasar dan modal yang
kuat dan handal untuk hidup saling mengasihi dengan orang lain. Semoga
kita semua juga semakin peka mendengarkan suara Tuhan yang menggejala
dalam ciptaan-ciptaan-Nya di bumi ini.
“Atas
petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala
harta. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi
penasihat-penasihatku.Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih
dari pada ribuan keping emas dan perak.” (Mzm 119:14.24.72)
Jumat, 23 November 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ