“Tetapi
sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan
diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan
dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku.
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu
tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu
pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata
hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.
Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum
keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan
dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun
dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.” (Luk 21:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kutipan
di atas menggambarkan adanya permusuhan dan peperangan yang membabi
buta, saling menghancurkan dan memusnahkan. Kekacauan atau keributan
dapat terjadi di sana-sini dan dalam keadaan demikian ada kecenderungan
orang untuk hidup dan bertindak seenaknya sendiri, atau bahkan
meninggalkan iman kepercayaannya. Sabda hari ini mengajak dan
mengingatkan kita semua agar dalam situasi dan kondisi macam apapun kita
tetap setia pada iman kepercayaan kita, karena “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh
hidupmu”, artinya selamat. Kami percaya bahwa kita semua
mendambakan hidup selamat dan damai sejahtera dalam kondisi atau situasi
apapun, maka marilah kita senantiasa setia pada iman kepercayaan kita.
Kiranya setelah cukup lama kita berusaha hidup baik, menghayati
sabda-sabda Tuhan, berpartisipasi dalam aneka kegiatan ibadat maupun
pendalaman iman kita semakin handal dan mendalam dalam hal iman. Maka
hendaknya terus diperdalam dan diperkembangkan iman kepercayaan anda
kepada Tuhan, agar ketika harus menghadapi aneka kekacauan dan keributan
kita tidak mengingkari iman kita dengan hidup seenaknya, mencari
keuntungan pribadi. Dalam keributan dan kekacauan kita dipanggil untuk
menjadi saksi iman, orang yang tak tergoyahkan oleh aneka
godaan dan rayuan untuk melakukan kejahatan. Ketika secara fisik kita
tak mampu mengatasi kekacauan atau keributan, maka hendaknya dihadapi
secara spiritual, yaitu dengan
berdoa. Percayalah bahwa jika kita sungguh-sungguh berdoa pasti kita
akan terbebaskan dari aneka pencobaan, godaan dan rayuan untuk berdosa.
· “Siapakah
yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab
Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud
menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu."
(Why 15:4). Kutipan ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua
agar dalam situasi dan kondisi apapun kita tetap setia pada iman, tetap
beriman pada Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan, “karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau,
sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu”. Aneka musibah
dan bencana alam memang pada umumnya menyadarkan dan memotivasi orang
untuk kembali bersembah sujud kepada Tuhan, meninggalkan cara hidup dan
cara bertindak yang tidak sesuai dengan perintah dan kehendak Tuhan.
Apakah untuk bertobat atau memperbaharui diri orang harus menunggu
adanya korban lebih dahulu? Baiklah kita tidak perlu menunggu adanya
korban segera bertobat atau memperbaharui diri, demikian juga tidak
perlu menunggu perintah dari orang lain. Kami percaya bahwa anda
sekalian setiap hari berdoa, yang berarti berusaha bersembah sujud
kepada Tuhan, maka hendaknya kebiasaan tersebut jangan menjadi luntur
atau ditinggalkan, melainkan terus-menerus diperkembangkan dan
diperdalam sehingga pribadi kita seutuhnya berbakti kepada
Tuhan alias hidup suci, bersih dan bermoral. Pendidikan moral atau budi
pekerti di dalam keluarga-keluarga
maupun di sekolah-sekolah hendaknya menjadi perhatian, dengan kata lain
anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik secara inklusif dalam
kesibukan mereka dalam hal moral atau budi pekerti luhur. Cara atau
metode pendidikan moral atau budi pekerti hemat saya pertama-tama
melalui tindakan atau perilaku bukan wacana atau omongan. Perilaku atau
tindakan anda sendirilah yang akan menjadi hakim bagi anda alias yang
menentukan baik atau buruknya pribadi anda. Dari buahnya dikenal
pohonnya, dari perilakunya dikenal siapa orangnya, demikian kata sebuah
pepatah.
“
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan
perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya
oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah
memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan
keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.” (Mzm 98:1-2)
Rabu, 28 November 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ