“Yesus
berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada
penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik
baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia
dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari
orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat
dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan
jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali
ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni
dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!"
Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi
saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat
kepadamu." (Luk 17:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yosafat, Uskup dan
Martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
· Orang yang tak dapat menjaga atau mengurus dirinya dengan baik dan benar pasti tak mungkin atau tak dapat menjaga atau mengurus
orang lain. Dengan kata lain orang yang tak dapat mengurus atau menjaga
dirinya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain melakukan dosa atau
tindak kejahatan. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua
agar dalam hidup sehari-hari tidak menjadi batu sandungan bagi orang
lain serta dengan rela dan besar hati mengampuni siapapun yang menyalahi
atau menyakiti kita alias berdosa. Pertama-tama kami mengajak dan
mengingatkan kita semua di dalam Tahun iman ini hendaknya kita sungguh
menjaga dan mengurus iman kita sebaik mungkin. Secara khusus kepada para
gembala atau pelayan umat kami harapkan dapat menjadi contoh atau
teladan dalam penghayatan iman. Memang setia pada iman pada masa kini
sungguh merupakan bentuk penghayatan rahmat kemartiran, mengingat dan
memperhatikan kemerosotan moral terjadi di sana-sini dalam kehidupan
sehari-hari. Menjadi saksi kasih pengampunan pada masa kini kiranya juga
merupakan salah satu bentuk penghayatan rahmat kemartiran, mengingat
dan memperhatikan bahwa banyak orang lebih suka balas dendam ketika
dirinya disakiti atau dipersulit hidupnya. Yesus mengingatkan bahwa jika
kita memiliki iman sekecil ‘biji sesawi’ saja kita dapat melakukan
sesuatu yang luar biasa, termasuk menjadi saksi iman dalam kondisi dan
situasi apapun serta mengampuni mereka yang menyalahi atau menyakiti
kita. Marilah kita hidup saling mengampuni sebagai perwujudan iman kita
kepada Tuhan, yang senantiasa mengampuni kesalahan dan dosa-dosa kita.
· “Aku
telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau
mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan
penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan
kepadamu,yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu
isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena
hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib.Sebab sebagai pengatur rumah
Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan
pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah,melainkan suka
memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat
menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai
dengan ajaran
yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu
dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya” (Tit 1:5-9). Kutipan
di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para
pelayan atau gembala umat, yaitu hendaknya “tidak bercacat, tidak
angkuh, buka pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah,
melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil,
saleh, dapat memguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar”. Dari
hal-hal yang bersifat negatif di atas kiranya yang baik diusahakan pada
masa kini adalah ‘bukan pemarah dan tidak serakah’, dengan kata lain
senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati dan sederhana. Jika
dapat rendah hati dan sederhana maka pasti suka memberi tumpangan, yang
baik, bijaksana, adil, saleh dan dapat menguasai diri. Menguasai diri
berarti mengendalikan diri dan ketika orang dapat menguasai diri maka
sikap terhadap orang lain pasti
akan melayani, sebaliknya jika orang tak dapat menguasai diri maka
sikap terhadap yang lain pasti menindas dan mencelakakan. Kesederhanaan
dalam cara hidup dan cara bertindak para pelayan atau gembala umat
sangat diharapkan. Maka jika ada pelayan atau gembala umat tidak hidup
sederhana hendaknya umat tidak takut menegor dan mengingatkannya.
“TUHANlah
yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di
dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan
menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas
gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang
kudus?""Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak
menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.” (Mzm 24:1-4)
Senin, 12 November 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ