PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN: 2Mak 12:43-46; 1Kor 15:12-34;Yoh 6:37-40
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Warga
Kristen yang menyatukan kematiannya dengan kematian Yesus, menganggap
kematian sebagai pertemuan dengan Yesus dan sebagai langkah masuk ke
dalam kehidupan abadi. Kalau Gereja mengucapkan untuk terakhir
kalinya kata-kata pengampunan atas nama Kristus untuk warga Kristen
yang dalam sakratulmaut, dan memeteraikannya untuk terakhir kalinya dengan pengurapan yang menguatkan, dan memberikan kepadanya Kristus
dalam bekal perjalanan sebagai makanan untuk perjalanan, ia berkata
kepadanya dengan ketegasan yang lemah lembut: "Bertolaklah
dari dunia ini, hai saudara (saudari) dalam Kristus, atas nama Bapa
yang mahakuasa, yang menciptakan engkau; atas nama Yesus Kristus,
Putera Allah yang hidup, yang menderita sengsara untuk engkau; atas nama
Roh Kudus, yang dicurahkan dalam dirimu; semoga pada hari ini engkau
ditempatkan dalam ketenteraman dan memperoleh kediaman bersama Allah di
dalam Sion yang suci, bersama Maria, Perawan yang suci dan Bunda Allah,
bersama santo Yosef dan bersama semua malaikat dan orang kudus
Allah…Kembalilah kepada Penciptamu, yang telah mencipta engkau dari
debu tanah. Apabila engkau berpisah dari kehidupan ini, semoga Maria
bersama semua malaikat dan orang kudus datang menyongsong engkau..Engkau
akan melihat Penebusmu dari muka ke muka. (Doa penyerahan jiwa) (Katekismus Gereja Katolik no
1020).
"Semua
yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.Sebab Aku telah turun dari sorga
bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia
yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus
Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan
ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman."(Yoh 6:37-39).
Setiap
kali mengenangkan arwah semua orang beriman saya senantiasa ingat akan
pengalaman pribadi sebagai pastor/imam yang belum pernah berkarya di
paroki atau pelayanan pastoral territorial. Pengalaman itu adalah pada
suatu saat saya diejek oleh rekan imam lain yang berkarya di paroki
perihal pembaptisan. Ia membanggakan diri bahwa selama 10 tahun menjadi
imam/pastor telah membaptis lebih dari 1.000 orang, sedangkan saya belum
sampai 10 orang. Namun dengan bangga saya tanggapi ejekannya: "Ya,
kamu membaptis lebih dari 1.000 orang dan saya kurang dari 10 orang,
tetapi yang saya baptis jelas naik ke sorga semua, sedangkan yang anda
baptis tanda tanya besar, apalagi yang bersangkutan saat ini masih
hidup". Mengapa saya yakin bahwa yang saya baptis pasti
naik ke sorga, karena yang saya baptis adalah pasien sakit berat, dan begitu dibaptis tidak lama kemudian meninggal dunia.
Bagaimana nasib orang-orang atau saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia? Sebagai
orang katolik kita percaya ada orang-orang yang telah dinyatakan dan
diimani telah hidup mulia dan bahagia kembali di sorga, yaitu para santo
dan santa, beato dan beata. Bercermin dari kutipan-kutipan di atas,
kiranya kita boleh percaya bahwa saudara-saudari kita yang telah
meninggal dunia dan selama hidupnya di dunia dalam kelemahan dan
kerapuhannya senantiasa berusaha hidup baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur, karena kemurahan hati Allah, mereka telah hidup mulia dan
bahagia selamanya di sorga bersama Allah, SP Maria, St.Yosef, santo dan
santa serta para malaikat Allah. Maka pada hari ini dimana pada umumnya
kita mengadakan ibadat atau Perayaan Ekaristi di
makam, baiklah, selain kita mendoakan mereka yang telah meninggal
dunia, juga mengingat dan menimba aneka keutamaan yang telah dihayati
oleh mereka yang telah meninggal dunia, dengan kata lain meneladan apa
yang baik, menghayati kata-kata atau pesan-pesannya menjelang meninggal
dunia. Kita juga mohon doa-doanya agar suatu saat ketika dipanggil Tuhan
atau meninggal dunia segera hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.
Maka baiklah, sebagaimana sabda Yesus di atas, marilah dalam hidup dan kerja kita sehari-hari kita senantiasa berusaha untuk datang kepada-Nya, berusaha
mendengarkan dan melaksanakan sabda-sabda dan perintah-perintah Tuhan.
Hal ini secara konkret antara lain kita senantiasa secara positif
menanggapi aneka kehendak baik dari diri kita sendiri maupun dari
saudara-saudari kita. Dengan kata lain marilah kita senantiasa dalam
situasi dan kondisi apapun berusaha untuk melakukan apa yang baik,
bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga sewaktu-waktu kita
meninggal dunia siap sedia untuk hidup mulia dan berbahagia selamanya di
sorga, bersatu kembali dengan saudara-saudari kita yang telah
mendahului peerjalanan kita menghadap Allah di sorga.
"Sebab
sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga
kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.Karena sama
seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula
semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung;
sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan
kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan,
kekuasaan dan kekuatan." (1Kor 15:21-24)
Apakah
kita sebagai orang beriman menjadi 'milik Kristus' alias dalam cara
hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun
senantiasa melaksanakan kehendak-Nya dan meneladan cara hidup dan cara
bertindakNya? Jika kita selama hidup di dunia ini senantiasa dalam persekutuan dengan Allah/Kristus, maka
setelah meninggal dunia kita juga akan langsung bersatu dengan-Nya di
sorga untuk selamanya. Maka marilah kita saling membantu dan
mengingatkan untuk selalu dalam persekutuan dengan Allah/Kristus.
Hendaknya jika kita melihat saudara atau saudari kita menjauh dari persekutuan dengan Allah segera ditegor dan diingatkan untuk tetap bersekutu dengan-Nya.
Dalam
rangka mengenangkan Arwah Semua Orang Beriman hari ini, saya juga
mengajak anda sekalian untuk mengenangkan santo atau santa pelindung
masing-masing. Untuk itu anda jika tidak tahu riwayat hidup santo atau
santa pelindung anda, silahkan buka di situs: www.ekaristi.org.
Marilah kita meneladan cara hidup dan cara bertindak santo atau santa
pelindung kita masing-masing. Maka hendaknya nama santo-santa yang
menandai nama kita jangan hanya untuk gagah-gagahan alias pamer saja,
tetapi hendaknya konsekuen: saya meneladan santo atau santa
pelindung kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari
dimana pun dan kapan pun.
"Kemudian
dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu
dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban
penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat,
oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh
harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma
dan hampalah mendoakan orang-orang mati." (2Mak 12:43-44). Kami
percaya bahwa pada hari ini anda tergerak untuk mendoakan
saudara-saudari kita yang telah mati atau meninggal dunia, maka marilah
dalam iman kita imani bahwa mereka kelak juga akan bangkit pada akhir
zaman. Memang mendoakan mereka yang telah meninggal dunia tanpa iman
akan kebangkitan orang mati tiada gunanya. Beriman akan kebangkitan
orang mati berarti kita tidak hidup dan bertindak dengan sikap mental
materialistis atau duniawi, melainkan secara spiritual. Dengan kata lain
menghayati bahwa hidup di dunia ini hanya sebentar saja, sebagaimana
orang Jawa sering mengatakan bahwa "hidup itu bagaikan orang dalam perjalanan sedang berhenti untuk minum" (=urip iku koyo wong mampir ngombe). Hendaknya
hidup yang hanya sebentar ini diisi dengan cara hidup dan cara
bertindak yang sebaik mungkin, hidup dan bertindak sesuai dengan iman
kita, sesuai dengan spiritualitas/karisma atau visi lembaga dimana kita
hidup di dalamnya atau bergabung dengannya.
"Dari
jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah
suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku.
Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan,
siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau
ditakuti orang. Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan
aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada
pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi."
(Mzm 130:1-6)
Jumat, 2 November 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ