Pada era kemajuan sarana-prasarana teknologi canggih yang terus bertumbuh dan berkembang saat ini, antara lain sarana komunikasi seperti tilpon/HP atau internet, kiranya segala sesuatu ingin diselesaikan dengan seccpat mungkin. Maka mau tak mau hal itu juga mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak manusia, yaitu ingin ‘cepat-cepat sukses atau menikmati sesuatu, dst.’, misalnya cepat-cepat menerima ijazah kemudian membeli nilai atau menyontek, cepat-cepat ingin kaya maka kemudian melakukan korupsi seenaknya, cepat-cepat naik pangkat dan golongan atau jabatan kemudian melakukan KKN, cepat-cepat ingin menikmati kegairahan seksual kemudian meskipun masih remaja atau muda-mudi melakukan hubungan seks bebas yang berdampak kehamilan dan kemudian melakukan aborsi, dst.. Yang kiranya marak pada masa kini adalah cepat-cepat menikmati makanan atau minuman, dan untuk itu senantiasa mengkonsumsi makanan dan minuman instant dalam kemasan. Penelitian menunjukkan bahwa karena begitu banyak mengkonsumsi (kalau tidak boleh dikatakan sebagai menu sehari-hari) makanan dan minuman instant maka daya tahan fisik melemah alias tidak memiliki kebugaran dan kesehatan fisik/tubuh yang handal dan tahan terhadap aneka serangan virus penyakit. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup dan bertindak mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Allah.
"Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mrk 10:24-25).
“Masuk ke dalam Kerajaan Allah” berarti hidup dan bertindak sesuai dengan perintah dan kehendak Allah, tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau keinginan sendiri. Kebanyakan orang masa kini adalah hidup dan bertindak mengikuti selera atau keinginan pribadi, cari seenaknya sendiri; aneka aturan atau tata tertib berhenti dalam tulisan dan tidak pernah dilakukan atau dihayati, sebagaimana dapat kita saksikan di jalanan dimana para pengendara kurang atau tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas. Demikian juga banyak orang telah melanggar perjanjian atau ikrar yang telah diucapkan, misalnya janji baptis, janji perkawinan, kaul, janji/sumpah pegawai atau jabatan dst..
“Jer basuki mowo beyo” = untuk hidup bahagia, damai sejahtera orang harus siap sedia berkorban dan berjuang, demikian kata peribahasa Jawa. Peribahasa ini kiranya merupakan suatu ajakan bagi kita semua untuk hidup dan bertindak mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Marilah kita lihat dan cermati bahwa tanaman atau binatang yang hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan proses alamiah lebih sehat dan segar daripada yang perkembangan dan pertumbuhannya diintervensi dengan obat atau vitamin buatan. Sebagai contoh ayam kampung yang tumbuh berkembang secara alamiah meskipun kecil lebih mahal dan berkualitas daripada ayam piaraan dikandang yang dibesarkan dengan suntikan hormon maupun makanan-makanan instant.
Kepada para pelajar atau peserta didik kami harapkan berusaha menjadi pandai atau cerdas dengan berproses seperti biasa saja, artinya belajar terus menerus, tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian, demikian juga dalam hal mengusahakan keterampilan hendaknya mulai dari yang sederhana kemudian berkembang ke yang lebih sulit dan akhirnya yang sulit dan berbelit-belit. Kepada mereka yang ingin kaya hendaknya lebih mengandalkan pada keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, tidak melakukan korupsi sedikitpun dan dalam bentuk apapun.
Kita juga diingatkan bahwa ‘bersama dan bersatu dengan Allah’ pekerjaan atau tugas sesulit dan seberat apapun pasti akan dapat kita lakukan, karena bersama dan bersatu denganNya segala sesuatu mungkin dapat dilakukan. Tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas spiritual, beriman dan bermoral memang tidak mudah dan harus menghadapi aneka macam bentuk tantangan, hambatan maupun masalah yang berat dan sulit. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang siap sedia bekerja keras dengan membaktikan diri sepenuhnya kepada tugas dan pekerjaan serta Penyelenggaraan Ilahi senantiasa sukses menyelesaikan tugas atau pekerjaan sesulit dan seberat apapun. Hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur di era kemerosotan moral masa kini tetap mungkin jika kita usahakan bersama dan bersatu dengan Tuhan. Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup dan tugas kita jika kita membuka diri terhadapNya.
“Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibr 4:12-13)
Kutipan di atas ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa hidup dan bertindak berpedoman pada firman atau sabda Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Marilah kita ingat dan sadari serta tentu saja kita tiru bahwa para santo-santa semasa hidupnya senantiasa berpedoman pada sabda Tuhan, yang kemudian juga diikuti oleh para gembala kita, paus maupun uskup, dan juga para imam, dimana para gembala kita memiliki motto pelayanan dan perjalanan panggilan dari ayat-ayat Kitab Suci. “Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita”, demikian peringatan bagi kita semua.
Dalam kenyataan sehari-hari sering terjadi bahwa kata-kata teman atau saudara sendiri lebih kuat dan tajam daripada firman atau sabda Allah. Hal ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang atau tidak beriman. Kami berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk setiap hari membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, dan temukan ayat yang mengesan serta selanjutnya jadikan pedoman atau pegangan perjalanan hidup dan panggilan anda. Tentu saja ayat tersebut sesuai dengan pengalaman iman atau perjalanan hidup anda. Sebagai contoh ketika menjelang ditahbiskan imam saya menemukan ayat Kitab Suci “ Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.” (Ef 3:12). Yang tercetak dengan tebal inilah yang menjadi motto penghayatan imamat saya sampai sekarang.
“Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa.Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya.Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya.” (Keb 7:7-10). Hidup dan bertindak ‘dalam Dia/Allah’ memang tak terlepas dari doa. Dengan kata lain saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak melupakan doa-doa harian sebagai umat beriman atau beragama. Hadapi dan sikapi aneka tugas, pekerjaan, masalah, tantangan dan beban dalam dan dengan doa alias bersama dan bersatu dengan Allah, karena dengan demikian pasti akan dapat kita laksanakan dengan baik dan sukses.
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya TUHAN -- berapa lama lagi? -- dan sayangilah hamba-hamba-Mu! Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami. Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celak“ (Mzm 90:12-15)
Minggu, 14 Oktober 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ