“Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.” (Yer 13:1-11; MT Ul 32:18-20; Mat 13:31-35)

“Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya." Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.” (Mat 13:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Di dalam seluruh alam ciptaan Allah di dunia ini memang cukup banyak rahasia atau misteri yang tersembunyi di dalamnya, yang sungguh mengandung makna atau ajaran yang sangat berguna bagi kehidupan. Maka cukup menarik dan mengena bahwa Yesus menyampaikan ajaran-ajaran-Nya dengan memanfaatkan aneka jenis tanaman maupun kinerja manusia yang kelihatan biasa saja. Dalam Warta Gembira ini Kerajaan Allah diumpamakan bagaikan biji sesawi yang ditaburkan di tanah dan ragi yang diadukkan ke dalam tepung terigu. Para ilmuwan di dunia ini kiranya dengan tekun meneliti alam dan peristiwa-peristiwa serta kemudian menceriterakan kepada kita semua, entah melalui buku hasil tulisannya atau bentuk lain: suatu kebenaran-kebenaran. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk peka terhadap aneka gejala alam atau aneka peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita masing-masing jika kita mendambakan menjadi orang bijak serta kemudian hidup bahagia dan damai sejahtera. Pertama-tama tentu saja kami berharap kita masing-masing peka terhadap apa yang terjadi di dalam tubuh kita masing-masing, entah terkait dengan kesehatan maupun pertumbuhan. Bagi rekan-rekan perempuan kami harapkan peka terhadap apa yang terjadi dalam dirinya terkait dengan kesuburan, seperti petani yang baik senantiasa tahu akan benih dan tanaman piaraannya. Allah telah menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini beserta daya tumbuh dan perkembangannya yang begitu rapi dan bijak, maka marilah kita teliti untuk belajar hal-hal penting yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan kita sebagai umat beriman. Salah satu cirikhas yang layak kita fahami dan hayati adalah ‘proses’, maka baiklah kita hidup dan bertumbuh mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, dan hendaknya jangan mengadakan intervensi dalam bentuk apapun.

· “Bangsa yang jahat ini, yang enggan mendengarkan perkataan-perkataan-Ku, yang mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti allah lain untuk beribadah dan sujud menyembah kepada mereka, akan menjadi seperti ikat pinggang ini yang tidak berguna untuk apa pun. Sebab seperti ikat pinggang melekat pada pinggang seseorang, demikianlah tadinya segenap kaum Israel dan segenap kaum Yehuda Kulekatkan kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN, supaya mereka itu menjadi umat, menjadi ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku. Tetapi mereka itu tidak mau mendengar." (Yer 13:1 -11). Salah satu fungsi ikat pinggang atau sebenarnya fungsi ikat pinggang adalah untuk membentuk postur tubuh sedemikian rupa sehingga menarik dan menawan, tentu saja hal ini terutama bagi kelihatan dalam diri rekan-rekan wanita atau perempuan. Maka jika manusia diumpamakan bagaikan ikat pinggang kiranya apa yang dimaksudkan tidak lain adalah agar kehadiran dan sepak terjang kita dimana pun dan kapan pun senantiasa membuat lingkungan hidup semakin menarik, mempesona dan memikat. Hal ini berarti kita senantiasa bertindak bijak dan baik, sehingga apa yang kita lakukan tidak memperkeruh lingkungan hidup, melainkan mencerahkan. Agar kita tumbuh berkembang menjadi orang bijak dan baik, hendaknya kita rajin, tekun dan cermat mempelajari segala sesuatu yang harus kita pelajari, entah di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Marilah kita belajar hidup bijak dan baik dari aneka pengalaman dan peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita juga, bagaikan seorang sopir yang karena telah berkali-kali melewati jalur-jalur jalan tertentu menjadi bijak dalam menjalankan kendaraannya. Marilah kita kendalikan dan arahkan hidup, langkah dan sepak terjang kita menuju ke jalan-jalan Tuhan, yaitu jalan-jalan untuk melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia.

“Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau. Ketika TUHAN melihat hal itu, maka Ia menolak mereka, karena Ia sakit hati oleh anak-anaknya lelaki dan perempuan.Ia berfirman: Aku hendak menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagaimana kesudahan mereka, sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan.” (Ul 32:18-20)

Senin, 30 Juli 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ