“Pergilah dan beritakanlah” (Kis 10:21b-26; Mzm 98:2-6; Mat 10:7-15)

“ Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." (Mat 10:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Barnabas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Rasul berarti yang diutus, maka terpanggil sebagai rasul pada umumnya banyak bepergian untuk melaksanakan tugas pengutusan. Dengan kata lain seorang rasul senantiasa bergerak dan bepergian bukan karena kehendak atau keinginan pribadi, melainkan kehandak yang mengutus. Sebagai umat beriman kita semua memiliki dimensi panggilan rasuli, yang diutus, yaitu untuk mewartakan bahwa Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah sudah dekat. Kerajaan Allah dapat diartikan sebagai Allah yang meraja atau menguasai, maka terpanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah berarti dirinya sungguh dirajai atau dikuasai oleh Allah, dan karena Allah maha segalanya maka mau tak mau orang yang bersangkutan harus melaksanakan kehendak Allah alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami percaya setiap hari kita senantiasa bepergian, entah dalam jarak dekat atau jarak jauh, maka hendaknya dimana pun kita berada atau kemana pun kita pergi senantiasa dalam keadaan baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Marilah kita wartakan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa dengan cuma-cuma, artinya tanpa balas jasa apapun kita senantiasa berbuat baik atau dalam keadaan baik. Biarlah kebaikan kita disebarluaskan ke mana-mana oleh mereka yang telah mengalami kebaikan kita atau melihat apa yang kita lakukan. Dan tentu saja kami juga berharap agar dari kita masing-masing senantiasa tersiarkan atau terberitakan apa-apa yang baik, mulia dan luhur. Sebaliknya kita juga dipanggil untuk senantiasa melihat dan mengimani apa yang baik, mulia dan luhur dalam diri saudara-saudari kita.

· "Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan." (Kis 10:22), demikian jawaban orang-orang atas pertanyaan Petrus. Seorang perwira alias jendral pada umumnya lebih mengandalkan pada kekuatan fisik dan kurang memperhatikan kekuatan spiritual atau ‘suara malaikat kudus’, maka sungguh menarik untuk direfleksikan, yaitu keterbukaan pada ‘malaikat kudus’, yang kiranya dapat menggejala dalam aneka kehendak baik dari para tokoh atau pemuka agama. Di Indonesia ini dalam kenyataan para perwira atau tokoh militer cukup berperan dalam menentukan derap langkah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka kami harapkan mereka mendengarkan aneka masukan, saran, kritik, pujian dst .. dari para pemuka atau tokoh agama, yang pada umumnya juga menampung dan menerima aneka aspirasi dari masyarakat pada umumnya maupun umat beragama khususnya. Sebaliknya kami berharap kepada para tokoh dan pemuka agama untuk tidak putus asa mewartakan inti ajaran agamanya masing-masing, yang tidak lain adalah cintakasih kepada semua orang. Kami percaya bahwa para tokoh atau pemuka agama sungguh mendengarkan suka-duka umatnya serta lebih memahami masalah-masalah dan ajaran-ajaran moral, maka hendaknya apa yang didengarkan dan dimiliki sebagai kekuatan spiritual disampaikan kepada siapapun. Hemat saya pembinaan atau pendidikan budi pekerti, spiritual atau moral di negeri kita ini kurang memperoleh perhatian, maka marilah kita suarakan dan perjuangkan pentingnya penddikan moral atau budi pekerti, baik didalam keluarga-keluarga maupun di sekolah-sekolah dan masyarakat pada umumnya.

TUHAN telah memperkenaalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!” (Mzm 98:2-6)



Senin, 11 Juni 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ