“ Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Antonius dari Padua hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Antonius dari Padua ini dikenal sebagai orang yang rajin, tekun dan bijak serta bekerja keras sering lupa makan dan minum demi pelayanan bagi sesamanya yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Memang Antonius, orang yang sungguh telah membaktikan atau menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, tergerak untuk senantiasa memperhatikan orang lain dan dirinya sendiri kurang diperhatikan. Pengalaman macam ini juga pernah saya alami ketika berpartisipasi untuk mempersiapkan diri kunjungan pastoral Paus Yohanes Paulus II tahun 1988: selama kurang lebih satu bulan menjelang kunjungan pastoral tersebut saya harus bekerja keras, kurang tidur dan kurang makan, sampai-sampai seorang senior Yesuit mengingatkan saya untuk mengambil istirahat agar tidak jatuh sakit. , “Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”, demikian pesan Yesus kepada para rasul/murid. Serigala berarti godaan atau rayuan setan yang siap sedia sewaktu-waktu ‘menerkam’ kita, dan ‘serigala ‘ itu juga ada di dalam diri kita, antara lain berupa kemalasan, hidup seenaknya sendiri alias egois, hanya mementingkan diri sendiri dst.. Kita diingatkan agar dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan tidak mengandalkan pada aneka macam sarana-prasarana, melainkan pada keterampilan dan kecakapan pribadi yang beriman dan cerdas. Maka dengan ini kami berharap agar anak-anak sedini mungkin disiapkan dan dididik untuk menjadi pribadi yang terampil, cakap, beriman dan cerdas, mengingat dan mempertimbangkan bahwa masa depan tantangan dan masalah akan semakin berat dan banyak, dan sungguh membutuhkan pribadi yang handal dan kompeten dalam menanggapi aneka perkembangan dan pertumbuhan yang sedang dan akan terjadi.
· “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung,” (Yes 61:1-2), demikian kesaksian iman nabi Yesaya, yang kiranya juga harus menjadi kesaksian iman kita semua umat beriman. Kita semua dipanggil untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, merawat yang remuk redam hatinya, menghibur mereka yang berkabung dst.. Saya percaya di lingkungan hidup dan kerja kita pasti ada yang sengsara, remuk redam hatinya maupun berkabung karena alasan atau kasus tertentu. Mungkin yang cukup banyak di lingkungan hidup kita adalah mereka yang remuk redam hatinya karena kurang menerima perhatian dari orangtuanya atau saudara-saudarinya. Anak-anak atau orang-orang kota besar pada umumnya kurang menerima perhatian dari pasangan hidupnya, orangtuanya, saudara-saudarinya karena harus bekerja siang malam di luar rumah atau luar kota, bahkan luar negeri. Memberi perhatian kepada mereka yang remuk redam hatinya berarti dengan rendah hati dan rela serta pengorbanan memboroskan waktu dan tenaga kepada mereka, sebagai wujud kasih dan perhatian yang utama dan terutama, yang tak dapat digantikan dengan cara lain apapun. Kepada para orangtua kami harapkan untuk sungguh memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, terutama anak-anak pada masa balita.
“Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan.” (Mzm 88:2-5)
Rabu, 13 Juni 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ