“Sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea"
Pertama-tama kami ucapkan “SELAMAT PASKA 2012” kepada anda sekalian, semoga kebangkitan Yesus dari mati juga membangkitkan penghayatan iman kita sehingga kita tak takut dan gentar menjadi saksi iman dalam hidup kita sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Cukup menarik dan mengesan bagi saya bahwa yang menjadi saksi kebangkitan Yesus dari mati yang pertama kali adalah para wanita, dimana “setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” (Mrk 16:1-2). Hari-hari itu para rasul kiranya masih berada dalam ketakutan: jangan-jangan mereka juga akan disalibkan seperti Yesus, maka mereka takut untuk keluar dari rumah atau tempat tinggal mereka. Perintah malaikat kepada para wanita, setelah mereka melihat makam Yesus kosong, kiranya sungguh menarik untuk kita renungkan atau refleksikan, maka baiklah dengan sederhana saya coba merefleksikannya.
"Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." (Mrk 16:6-7)
Makam atau kuburan adalah tempat orang mati alias mayat dikuburkan. Memang tidak semua orang berani di malam atau pagi-pagi hari berjalan sendirian di tengah-tengah makam atau kuburan, melewati jalan dekat makam pun takut. Ketakutan akan lebih besar ketika ada orang yang baru saja meninggal dan dimakamkan serta yang bersangkutan menjadi korban kebencian atau permusuhan, sehingga rekan-rekan dari orang yang meninggal tersebut kiranya sangat takut. Suasana macam itulah yang terjadi hari Minggu pagi setelah wafat Yesus. Dalam suasana yang demikian pada umumnya orang yang kuat secara phisik seperti laki-laki takut, sedangkan mereka yang dipandang lemah seperti para wanita tidak takut, maka para wanita lah yang di hari Minggu pagi-pagi benar tersebut pergi ke makan Yesus dan akhirnya menjadi saksi kebangkitan yang pertama.
Para wanita tersebut ‘keluar’ atau ‘dikeluarkan oleh Allah’ dari ketakutan dan persembunyian karena cintakasihnya kepada Yesus, sebagaimana Yesus juga telah dibangkitkan oleh Allah dari mati, dari kuburnya. Apa yang mereka lakukan kiranya merupakan kenangan akan para leluhurnya yang dikeluarkan dari pengasingan di Mesir untuk kembali ke tanah terjanji. "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering.Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku” (Kel 14:15-17), demikian firman Allah kepada Musa yang diminta untuk memimpin bangsanya keluar dari Mesir.
“Jangan takut”, demikian sapaan Allah melalui malaikat-Nya kepada para wanita yang sedang mencari Yesus. Keberanian mereka diteguhkan oleh Allah untuk selanjutnya memberi tahu kepada para murid-Nya agar mereka menemukan Yesus yang bangkit di tempat tinggal mereka, yaitu di Galilea, karena mereka adalah orang-orang Galilea. Pesan ‘Jangan takut’ juga terarah bagi kita semua untuk tidak takut memberitakan bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati, dan dalam kemuliaan-Nya Ia hidup dan berkarya dalam diri kita maupun saudara-saudari kita yang beriman kepada-Nya, terutama di tempat tinggal atau tempat kerja kita masing-masing, dimana kita memboroskan waktu dan tenaga kita setiap hari. Dengan kata lain dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari kita tidak perlu takut untuk menjadi saksi iman, keluar dari diri kita masing-masing dengan berbuat baik atau memberitakan apa yang baik dan menyelamatkan kepada saudara-saudari kita.
“Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Rm 6:8-11)
“Kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”, inilah yan hendaknya kita refleksikan dan hayati di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari kapan pun dan dimana pun. Kami percaya bahwa kebanyakan dari kita belum lama ini telah mengaku dosa serta menerima rahmat kasih pengampunan Allah sebagai kekuatan untuk ‘hidup baru’, hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus, meninggalkan aneka perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Hidup bagi Allah berarti senantiasa membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga dalam kondisi dan situasi apapun orang setia kepada kehendak Allah, tak pernah melawan atau melanggar kehendak dan perintah Allah alias tidak melakukan dosa.
Yesus yang telah bangkit dari mati hadir dan berkarya dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu, dan tentu saja di antara orang-orang yang beriman kepada-Nya. Jika kita sungguh setia pada kehendak dan perintah Allah, maka sabda ini akan menjadi kenyataan atau terwujud dalam car hidup dan cara tertindak kita, yaitu keadaan manusia ketika diciptakan oleh Allah:"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kej 1:26). Akibat dosa memang manusia tidak lagi menjadi gambar atau citra Allah, dan kita semua yang beriman kepada Yesus dipanggil untuk mengembalikannya, membuat sesama dan saudara-saudari kita sebagai gambar atau citra Allah; tentu saja kita sendiri senantiasa juga menjadi gambar atau citra Allah.
Menjadi gambar atau citra Allah berarti siapapun yang melihat kita atau hidup dan bekerja bersama dengan akan melihat Allah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, dan dengan demikian juga akan tergerak atau termotivasi untuk semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, hidup bagi Allah dalam kondisi dan situasi apapun dan dimana pun. Marilah kita meneladan para wanita, saksi kebangkitan Yesus yang pertama, yang dengan rendah hati memberi tahu kepada para murid-Nya bahwa Ia telah mendahului keberadaan mereka. Menjadi gambar atau citra Allah juga berarti bahwa kita senantiasa mengimani bahwa Allah telah mendahului perjalanan penghayatan panggilan dan pelaksanaan tugas pengutusan kita masing-masing. Allah mendahului hadir dan berkarya dalam tugas dan kewajiban yang akan kita hadapi dan kerjakan, maka hendaknya tidak takut dan gentar menghadapi dan mengerjakan tugas dan kewajiban seberat dan sebesar apapun.
“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.”
(Mzm 51:12-15)
“SELAMAT PASKA, ALLELUYA, ALLELUYA”
Sabtu, 7 April 2012