"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu” (Mat 13:44-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St. Agnes, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· St. Agnes yang kita kenangkan hari ini adalah seorang gadis cantik dan baru berumur 13 tahun, namun demikian ia telah siap sedia untuk menjadi martir atau saksi iman, meskipun untuk itu ia harus dibunuh karena imannya. Bujukan agar ia meninggalkan imannya begitu menggebu-gebu, antara lain anak kaisar, seorang pemuda yang tampan, merayunya untuk menjadi isterinya asal Agnes mau meninggalkan imannya. Tawaran atau rayuan kekayaan, ketampanan dan kedudukan tak menggoyahkan Agnes. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Agnes ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mawas diri perihal panggilan kemartiran kita sebagai umat beriman, untuk senantiasa setia pada iman dan panggilan kita masing-masing. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Hidup dan bertindak setia pada masa kini memang cukup berat, sarat dengan tantangan dan masalah, sehingga tidak sedikit orang yang tidak setia pada perjanjiannya, entah dalam hal perkawinan, panggilan menjadi imam, bruder atau suster, dalam hal kepegawaian maupun hal belajar pada siswa dan mahasiswa, dst. Memang itu semua kiranya disebabkan oleh ketidaksetiaan pada iman atau ajaran agamanya. Setia pada imam berarti senantiasa membaktikan dan mengandalkan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan kapan pun dan dimana pun, dalam situasi dan kondisi apapun. Puncaknya adalah orang siap sedia mati demi imannya sebagaimana dialami oleh St. Agnes. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang memiliki nama baptis atau pelindung St. Agnes dapat menjadi teladan dalam hal kesetiaan pada iman dan panggilannya. Selanjutnya marilah kita renungkan sapaan atau ajakan Paulus di bawah ini.
· "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan” (1Kor 1:31). Bermegah berarti berbangga atas dirinya sendiri: kesuksesan, keberhasilan, kecantikan, kesehatan, ketampanan, kekayaan, pangkat, kedudukan dst.. Ada kecenderungan orang dengan mudah untuk menjadi sombong ketika dirinya cantik, tampan, sukses, sehat, kaya, berpangkat dan berkedudukan, dst.. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk rendah hati, bermegah di dalam Tuhan berarti rendah hati. Maka jika anda dianugerahi hal-hal di atas hendaknya hidup dan bertindak rendah hati, penuh syukur dan terima kasih, karena semuanya itu merupakan anugerah Tuhan yang telah kita terima melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau mengasihi kita dalam dan melalui aneka bentuk, kesempatan dan kemungkinan. Jika anda rendah hati, bersyukur dan berterima kasih, maka ketika orang lain melihat atau berjumpa dengan anda orang yang bersangkutan secara otomatis akan tergerak untuk semakin beriman, meneladan kerendahan hati, syukur dan terima kasih anda. Entah sukses atau gagal hendaknya tetap bersyukur dan berterima kasih. Ketika sukses mungkin orang mudah bersyukur, tetapi ketika gagal kiranya orang sulit untuk bersyukur atau bahkan kemudian putus asa dan marah-marah,. Ketika gagal kita juga bersyukur karena dengan kegagalan tersebut kepada kita ditunjukkan keterbatasan kita, alias jati diri kita yang sebenarya yaitu orang berdosa yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan. Kita diingatkan agar kita bersikap mental belajar terus menerus sampai mati. Maka marilah kita tingkatkan dan perdalam semangat belajar kita. Kita dapat belajar melalui aneka peristiwa atau kejadian hidup sehari-hari; kita refleksikan apa yang terjadi.
“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mzm 23)
Ign 21 Januari 2012
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St. Agnes, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· St. Agnes yang kita kenangkan hari ini adalah seorang gadis cantik dan baru berumur 13 tahun, namun demikian ia telah siap sedia untuk menjadi martir atau saksi iman, meskipun untuk itu ia harus dibunuh karena imannya. Bujukan agar ia meninggalkan imannya begitu menggebu-gebu, antara lain anak kaisar, seorang pemuda yang tampan, merayunya untuk menjadi isterinya asal Agnes mau meninggalkan imannya. Tawaran atau rayuan kekayaan, ketampanan dan kedudukan tak menggoyahkan Agnes. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Agnes ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mawas diri perihal panggilan kemartiran kita sebagai umat beriman, untuk senantiasa setia pada iman dan panggilan kita masing-masing. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Hidup dan bertindak setia pada masa kini memang cukup berat, sarat dengan tantangan dan masalah, sehingga tidak sedikit orang yang tidak setia pada perjanjiannya, entah dalam hal perkawinan, panggilan menjadi imam, bruder atau suster, dalam hal kepegawaian maupun hal belajar pada siswa dan mahasiswa, dst. Memang itu semua kiranya disebabkan oleh ketidaksetiaan pada iman atau ajaran agamanya. Setia pada imam berarti senantiasa membaktikan dan mengandalkan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan kapan pun dan dimana pun, dalam situasi dan kondisi apapun. Puncaknya adalah orang siap sedia mati demi imannya sebagaimana dialami oleh St. Agnes. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang memiliki nama baptis atau pelindung St. Agnes dapat menjadi teladan dalam hal kesetiaan pada iman dan panggilannya. Selanjutnya marilah kita renungkan sapaan atau ajakan Paulus di bawah ini.
· "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan” (1Kor 1:31). Bermegah berarti berbangga atas dirinya sendiri: kesuksesan, keberhasilan, kecantikan, kesehatan, ketampanan, kekayaan, pangkat, kedudukan dst.. Ada kecenderungan orang dengan mudah untuk menjadi sombong ketika dirinya cantik, tampan, sukses, sehat, kaya, berpangkat dan berkedudukan, dst.. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk rendah hati, bermegah di dalam Tuhan berarti rendah hati. Maka jika anda dianugerahi hal-hal di atas hendaknya hidup dan bertindak rendah hati, penuh syukur dan terima kasih, karena semuanya itu merupakan anugerah Tuhan yang telah kita terima melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau mengasihi kita dalam dan melalui aneka bentuk, kesempatan dan kemungkinan. Jika anda rendah hati, bersyukur dan berterima kasih, maka ketika orang lain melihat atau berjumpa dengan anda orang yang bersangkutan secara otomatis akan tergerak untuk semakin beriman, meneladan kerendahan hati, syukur dan terima kasih anda. Entah sukses atau gagal hendaknya tetap bersyukur dan berterima kasih. Ketika sukses mungkin orang mudah bersyukur, tetapi ketika gagal kiranya orang sulit untuk bersyukur atau bahkan kemudian putus asa dan marah-marah,. Ketika gagal kita juga bersyukur karena dengan kegagalan tersebut kepada kita ditunjukkan keterbatasan kita, alias jati diri kita yang sebenarya yaitu orang berdosa yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan. Kita diingatkan agar kita bersikap mental belajar terus menerus sampai mati. Maka marilah kita tingkatkan dan perdalam semangat belajar kita. Kita dapat belajar melalui aneka peristiwa atau kejadian hidup sehari-hari; kita refleksikan apa yang terjadi.
“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mzm 23)
Ign 21 Januari 2012