Lomba Menulis Esai


Dengan tema: Menjadi Gereja yang Signifikan dan Relevan

1. Peserta kategori Pelajar SMU dan Mahasiswa
(Umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang - khususnya Kevikepan Surakarta), dan melampirkan data diri: Nama - Tempat/Tgl Lahir-Alamat-Sekolah- Perg. Tinggi-No. HP/Telepon.
2. - Peserta mengirim 1 tulisan thema: Menjadi Gereja yang signifikan dan relevan
- Bentuk tulisan: Opini
- Syarat tulisan seperti mengirim di majalah:
- font Times new Roman 12pt, Space 1,5, 700 - 1000 kata
(cara melihat jumlah kata: MS WORD --> tools ---> wordcount ---> words)
- Dikirim dalam bentuk soft dan hardcopy

3. Tim juri: Rm. Donny, Pr dan Tim
4. Naskah akan dipamerkan dalam ROAD SHOW ARDAS KAS
5. Juara: 1,2,3 sesuai kategori (6 pemenang): Trophy + Piagam,
Kategori SMU:
a. Tropy, Piagam, Notebook & Uang Pembinaan
b. Tropy, Piagam & Uang Pembinaan
c. Tropy, Piagam & Uang Pembinaan
Kategori MAHASISWA:
a. Tropy, Piagam, Notebook & Uang Pembinaan
b. Tropy, Piagam & Uang Pembinaan
6. Keputusan penilaian juri tidak dapat diganggu gugat.


DIKIRIM KE: Sekretariat 1. Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jl Merbabu No. 24 Boyolali 57311 Telp 0276- 321107
Sekretariat 2. Radio Metta FM, Jl Abdul Rahman Saleh No. 17 Solo 57133 Telp 0271- 665065.

PALING LAMBAT 20 NOVEMBER 2011
PENGUMUMAN 27 NOVEMBER 2011

Hasil lomba akan diumumkan dalam acara ROAD SHOW Komsos Keuskupan Agung Semarang, 27 November 2011 di Aula Gereja Kristus Raja Solo Baru. Pukul 10.00, dengan acara: Sarasehan- Pameran dan Pengumuman hasil lomba.

HOMILI: Hari Minggu Biasa XXXII (Keb 6:13-17; Mzm 63:2-8; 1Tes 4:13-14; Mat 25:1-13)

“Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki”

Persiapan merupakan salah satu usaha atau kegiatan yang penting dalam mengerjakan segala sesuatu, misalnya persiapan ujian atau ulangan umum, persiapan saling menerimakan Sakramen Perkawinan, persiapan pesta, persiapan menerima tahbisan imamat atau kaul kekal hidup membiara, persiapan melahirkan anak dst.. Persiapan yang baik serta memadai merupakan awal kesuksesan atau keberhasilan, sebaliknya orang yang tidak mempersiapkan dengan baik dan memadai pasti akan mengalami kegagalan. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mawas diri perihal persiapan, maka baiklah kita renungkan sabda Yesus hari ini, dan saya akan mencoba secara sederhana membahas aneka persiapan.

Hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.” (Mat 25:1-2)

Sebagai umat beriman atau beragama kita semua dipanggil untuk menjadi bijaksana seperti lima gadis bijaksana yang senantiasa siap sedia menyongsong kedatangan sang penganten.”Bijaksana adalah sikap dan perilaku yang dalam segala tindakannya selalu menggunakan akal budi, penuh pertimbangan dan rasa tanggungjawab. Ini diwujudkan dalam perilaku yang cakap bertindak dan kehati-hatian dalam menghadapi berbagai keadaan yang sulit. Keputusan yang diambil berdasarkan pemikiran dan renungan yang mendalam sehingga tidak merugikan siapa pun dan dapat diterima oleh semua pihak” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 14-15).

“Pemikiran dan renungan yang mendalam” itulah kiranya merupakan bentuk persiapan yang baik dalam melaksanakan segala sesuatu atau tugas pengutusan atau pekerjaan, yang berarti kita kerahkan pikiran atau otak dan hati kita untuk memperdalam dan memahami aneka macam masalah sebelum melaksanakan segala sesuatu. Maka baiklah secara terinci dan terbatas saya angkat berbagai persiapan sebagai berikut:

1) Pelajar dan mahasiswa. Selama didalam pembelajaran anda harus menghadapi ulangan dan ujian, ujian sebenarnya juga merupakan ulangan. Dengan kata lain ulangan atau ujian merupakan tindakan mengulangi atau mengenangkan kembali apa-apa yang telah diajarkan. Maka persiapan untuk menghadapi ulangan atau ujian yang terbaik adalah selama pembelajaran di kelas, ketika diajar oleh guru atau dosen hendaknya sungguh mendengarkan. Ketika anda dapat mendengarkan dengan baik dan memadai apa yang diajarkan oleh guru atau dosen, maka apa yang disebut dengan ulangan atau ujian merupakan hal yang mudah, dan anda pasti sukses atau berhasil dalam ulangan atau ujian. Kerahkan otak dan hati anda untuk mendengarkan apa yang sedang diajarkan.

2) Mereka yang akan menikah. Tahap-tahap menuju ke pernikahan adalah perkenalan, pacaran dan tunangan, yang sebenarnya semuanya itu adalah masa perkenalan. Memang ada perbedaan sedikit, yaitu kenalan mungkin baru anda berdua yang tahu, sedangkan pacaran pada umumnya sudah diketahui oleh orangtua dan sahabat atau kenalan, sedangkan tunangan berarti sudah direstui secara resmi dalam ikatan yang masih dapat diputuskan. Jika anda berdua mendambakan untuk sukses dan berbagai sebagai suami-isteri sampai mata hendaknya jangan mensia-siakan masa perkenalan tersebut; hendaknya dijauhkan aneka bentuk sandiwara atau kepalsuan atau kebohongan. Mungkin saat masa pacaran masih saling bersandiwara, namun hendaknya hal itu segera diselesaikan selama masa tunangan. Saling terbuka dengan jujur dan iklas dari anda berdua sebelum menjadi suami-isteri merupakan langkah awal yang meyakinkan untuk menelusuri hidup bersama sebagai suami-isteri sampai mati.

3) Mereka yang akan ditahbiskan imam atau kaul kekal. Ditahbiskan menjadi imam dan berkaul kekal dalam hidup membiara berarti hidup tidak menikah, dan diharapkan juga tidak medambakan aneka bentuk kenikmatan sebagaimana didambakan oleh suami-isteri, entah secara psikologis maupun phisik. Selama persiapan kiranya anda semua diajak untuk belajar, entah yang bersifat ilmiah, secular atau profan, spiritual atau rohani beserta aneka pelatihan praktis yang terkait dengan spiritualiatas atau charisma lembaga hidup bakti maupun imamat. Kami harapkan apa yang dipelajari juga dicecap dalam-dalam di hati sanubari sehingga merasuki atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak dan kelak ketika telah ditahbiskan menjadi imam atau kaul kekal dapat setia menghayati panggilannya sampai mati.

Akhirnya kami mengingatkan kita semua bahwa hidup kita di dunia ini hemat saya juga merupakan persiapan, yaitu persiapan untuk mati atau dipanggil Tuhan alias pindah ke hidup mulia selamanya bersama Allah di sorga. Maka marilah kita senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, agar ketika dipanggil Tuhan nanti kita langsung hidup mulia selamanya di sorga.

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1Tes 4:13-14)

Sapaan atau peringatan Paulus kepada umat di Tesalonika di atas ini kiranya baik kita renungkan atau refleksikan bersama. Kita diajak untuk mengenangkan orangtua, kakak-adik, saudara atau sahabat atau kenalan yang telah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, mendahului perjalanan menuju hidup abadi, mulia selamanya di sorga. Marilah kita imani bahwa mereka yang telah dipanggil Tuhan telah menikmati hidup mulia selamanya di sorga karena kemurahan hati dan belaskasih Tuhan yang tak terbatas.

Mengimani mereka yang telah dipanggil Tuhan telah hidup mulia selamanya di sorga berarti kita diajak untuk mengingat-ingat atau mengenangkan aneka anugerah Tuhan yang telah diterima oleh mereka yang telah meninggal dunia selama masih hidup di dunia, yaitu aneka sifat budi pekerti luhur yang telah dihayatinya. Dengan kata lain marilah kita meneladan cara hidup dan cara bertindaknya yang baik dan bermoral atau kita laksanakan pesan-pesannya yang baik sebelum meninggal dunia. Dalam iman kita hayati bahwa kita tidak pernah terpisahkan dengan mereka yang telah hidup mulia kembali di sorga jika kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam situasi dan kondisi apa pun, kapan pun dan dimanapun. Maka marilah kita renungkan kutipan di bawah ini

Barangsiapa pagi-pagi bangun demi kebijaksanaan tak perlu bersusah payah, sebab ditemukannya duduk di dekat pintu. Merenungkannya merupakan pengertian sempurna, dan siapa yang berjaga karena kebijaksanaan segera akan bebas dari kesusahan” (Keb 6:14-15). Begitu bangun pagi kita diharapkan langsung merenungkan kebijaksanaan, maka baiklah apa yang saya kutipkan di atas perihal arti ‘bijaksana’ kiranya dapat menjadi bahan permenungan. Mungkin baik jika kutipan di atas dihafalkan atau ditulis besar-besar di dekat tempat tidur, sehingga ketika terbangun langsung dapat membaca dan merenungkannya. Misalnya perihal ‘tanggungjawab’ semoga sepanjang hari yang akan kita lalui kita sungguh berani bertanggungjawab atas apa yang kita katakan atau lakukan serta tidak dengan mudah melempar tanggungjawab kepada orang lain.

Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu. Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji.” (Mzm 63:2-6)

Minggu, 6 November 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Apa yang dikagumi manusia dibenci oleh Allah” (Rm 16:3-9.16.22-27; Mzm 145:2-5.10-11; Luk 16:9-15)

“ Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah” (Luk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pada umumnya manusia mengagumi apa-apa yang besar, megah dan kaya, misalnya para pejabat tinggi, rumah atau bangunan besar, perkara besar, perempuan cantik, laki-laki tampan, orang bergelar professor, doktor atau sarjana dst… Sementara itu mereka melalaikan atau kurang memperhatikan hal-hal atau perkara kecil, anak kecil, orang kecil dst.. Orang juga sering mengagumi gedung-gedung mewah rumah sakit, sekolah atau gereja/tempat ibadat. Mengagumi pada umumnya berada di luar dan tidak masuk. Bagi orang beriman atau beragama yang utama dan penting adalah dikasihi, bukan dikagumi; dikasihi berarti mempesona, memikat dan menarik sehingga banyak tergerak untuk mendekat dan memasuki. Sebagai orang beriman atau beragama kita dipanggil juga untuk mengasihi mereka yang kecil, miskin dan berkekurangan, yang pada umumnya tidak ada yang didunia ini yang dapat diandalkan dan mereka mengandalkan diri pada kemurahan hati Tuhan dan belaskasih-Nya melalui orang-orang yang baik hati dan berbelas kasih. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk baik hati dan berbelas kasih kepada yang kecil, miskin dan berkekurangan. Secara khusus kami mengajak untuk memperhatikan anak-anak kecil, entah yang masih balita atau sudah duduk di Taman Kanak-Kanak maupun Sekolah Dasar. Ingat dan sadari bahwa mereka adalah masa depan kita, tidak baik hati, berbelas kasih dan memperhatikan mereka berarti tidak mendambakan masa depan yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan.

· “ Salam dalam Tuhan kepada kamu dari Tertius, yaitu aku, yang menulis surat ini. Salam kepada kamu dari Gayus, yang memberi tumpangan kepadaku, dan kepada seluruh jemaat. Salam kepada kamu dari Erastus, bendahara negeri, dan dari Kwartus, saudara kita” (Rm 16:22-23), demikian salam Paulus kepada umatnya. Memberi salam pada umumnya diungkapkan pada awal perjumpaan, entah perjumpaan secara phisik atau tatap muka, secara maya melalui tilpon, internet dll., misalnya selamat pagi, selamat jumpa, salam sejahtera, asalalamualaikum, dst.. Salam berarti selamat, maka saling memberi salam berarti saling mendambakan keselamatan atau saling mendukung dalam mengusahakan keselamatan bersama. Marilah saling meningat dan mengenangkan sebagai saudara, sahabat atau kenalan, dan kita saling mendoakan agar kita semua dalam keadaan selamat, damai sejahtera lahir dan batin, phisik dan spiritual. Kita semua dipanggil juga untuk saling ‘memberi tumpangan’ entah secara phisik atau spiritual, secara phisik berarti ketika ada saudara, sahabat atau kenalan bertamu ke rumah kita, maka kita beri tempat yang layak, sedangkan secara spiritual berarti dalam hati kita tersedia ‘tempat’ untuk mengingat-ingat dan mengenangkan, dengan kata lain meskipun secara phisik kita sendirian namun secara spiritual kita banyak teman, sahabat dan kawan. Allah menghendaki kita semua umat beriman atau beragama untuk saling memperhatikan dan mendoakan guna menggalang, mengusahakan dan meneguhkan persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita yang berbeda satu sama lain. Maka jauhkan aneka pandangan dan sikap sempit, yang hanya mementingkan atau mengutamakan kepentingan dan keinginan pribadi, marilah menjadi pribadi yang social.

“Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya. Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga. Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan.”

(Mzm 145:2-5)

Sabtu, 5 November 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

Perayaan Ekaristi: Sabtu-Minggu, 19-20 November 2011




HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

SABTU-MINGGU, 19 - 20 November 2011


RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA (PS 547/549/ MB 510/498)

TANDA SALIB DAN SALAM
I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus bersamamu
U. Dan bersama rohmu


PENGANTAR

SERUAN TOBAT (Cara 3)

I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah berdosa supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

I. Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Raja semesta alam, sebab Engkaulah Putra Allah, Pencipta langit dan bumi.
K. Tuhan, kasihanilah kami (PS 351)
U. Tuhan, kasihanilah kami.

I. Engkaulah Raja semesta alam, sebab Putra Manusia, yang telah berjasa membebaskan umat manusia dengan sengsara, wafat dan kebangkitan-Mu.
K. Kristus, kasihanilah kami
U. Kristus, kasihanilah kami

I. Engkaulah Raja semesta alam, sebab Engkaulah Putra sulung, yang pertama-tama bangkit dari alam maut dan kini dimuliakan di sisi Bapa sebagai Pengantara kami.
K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami.

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.



KEMULIAAN (PS 352)

DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I. Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Engkau memperbarui segalanya dalam Kristus. Dialah Putra-Mu terkasih dan Raja semesta alam baru. Bebaskanlah kami dari segala kejahatan yang memperbudak kami, agar seluruh alam raya mengimani Engkau sebagai Tuhan, dan serentak memuji keagungan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN I (Yeh 34:11-12.15-17)

"Wahai domba-domba-Ku, aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba."

L. Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel:
Beginilah firman Tuhan Allah, "Dengar, Aku sendirilah yang akan memperhatikan domba-domba-Ku dan mencari mereka. Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanannya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku, dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserakkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku, dan aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan Allah. Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, sedang yang gemuk dan kuat akan Kulindungi. Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya." "Wahai kamu domba-domba-Ku," beginilah firman Tuhan Allah, "Sungguh, Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba, dan di antara domba jantan dan kambing jantan."

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN (PS 849)
Refren:Tuhanlah gembalaku tak'kan kekurangan aku.
Mazmur:
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan di lembah yang kelam aku tidak akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.

BACAAN II (1Kor 15:20.26a.28)

"Ia menyerahkan Kerajaan kepada Bapa supaya Allah menjadi semua di dalam semua."

L. Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tibalah kesudahan, yaitu bilamana Kristus menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Kristus harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh terakhir yang dibinasakan ialah maut. Dan kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Kristus sendiri sebagai Anak akan menaklukan diri-Nya di bawah Dia yang telah menaklukkan segala sesuatu, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL (PS 953)
Refren. Alleluya, Alleluya.
Ayat.Terpujilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah kerajaan yang telah tiba, kerajaan Bapa kita Daud

BACAAN INJIL (Mat 25:31-46)

"Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya dan akan memisahkan mereka seorang dari seorang."

I. Tuhan sertamu
U. Dan sertamu juga
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya, dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing; Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya, dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan bertanya kepada-Nya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makanan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Maka Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Lalu Raja itu akan berkata juga kepada mereka di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal, yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu mereka pun akan bertanya kepada-Nya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara, dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka itu akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar masuk ke dalam hidup yang kekal.

I: Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U: Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

HOMILI

AKU PERCAYA

DOA UMAT

I. Marilah kita berdoa kepada Tuhan, Raja semesta alam dan sumber keselamatan semua orang:

L. Bagi para rohaniwan dan biarawan-biarawati: Semoga Raja semesta alam, membimbing para rohaniwan dan biarawan-biarawati agar berusaha hidup menurut Injil dan senantiasa mau melayani, bukan minta dilayani. Marilah kita mohon:
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi para pemimpin politik dewasa ini: Semoga Raja semesta alam, mendorong para pemimpin politik agar senantiasa mengusahakan kerukunan dan perdamaian serta kesejahteraan rakyatnya dengan jujur. Marilah kita mohon:
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi para warga Gereja yang sakit dan cacat: Semoga Raja semesta alam, menyadarkan saudara-saudara kita yang sakit dan cacat, bahwa mereka pun warga Gereja penuh yang dengan penderitaannya tetap mampu berjasa bagi keselamatan sesama. Marilah kita mohon:
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi kita semua: Semoga Raja semesta alam, memberkati kita dalam membangun dunia baru ini dan semoga kita selalu ingat akan hukum cinta kasih-Nya. Marilah kita mohon:
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

I. Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Putra-Mu telah Kauangkat menjadi Raja semesta alam. Karena percaya dan berharap kepada-Nya, kami ingin selalu bekerjasama dengan Dia membangun dunia baru yang memberi kesempatan untuk hidup baik sekarang dan selamanya.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN (PS 550/MB 503)

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Allah Bapa mahapengasih dan penyayang, kami mempersembahkan kepada-Mu korban pepulih umat manusia. Kami mohon dengan sangat, semoga Putra-Mu berkenan menganugerahi segala bangsa rahmat persatuan dan perdamaian. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI

I. Tuhan bersamamu / Tuhan sertamu
U. Dan bersama rohmu / Dan sertamu juga
I. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
U. Sudah kami arahkan
I. Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita
U. Sudah layak dan sepantasnya.
I. Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa yang kudus, Allah yang kekal dan kuasa, bahwa di mana pun juga kami senantiasa bersyukur kepada-Mu, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Sebab dalam Kristus, Kepala kami, Engkau telah memulihkan segala sesuatu. Engkau pun telah memperkenankan kami ikut menikmati rahmat-Nya yang berlimpah ruah. Meskipun Allah, Ia telah menghampakan diri dan menumpahkan darah-Nya di kayu salib, guna memperdamaikan segala sesuatu dalam diri-Nya. Oleh karena itu, Engkau mengangkat Dia menjadi raja semesta alam dan penyelamat bagi semua yang taat kepada-Nya. Maka, kami memuliakan Dikau bersama para malaikat dan semua orang kudus yang tak henti-hentinya bernyanyi:

KUDUS
(PS 392)

DOA SYUKUR AGUNG


C. KOMUNI


BAPA KAMI
(PS 404/MB 142)

I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
I+U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI
I. Kristus adalah Raja damai, yang mendamaikan kita dengan Allah dan mendamaikan kita dengan sesama. Maka kami mohon jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu. Restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah Pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu

ANAK DOMBA ALLAH (PS 413)

PERSIAPAN KOMUNI

KOMUNI (PS 554/ 642/ 702)

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa:
I. Allah Bapa yang mahaagung dan mahamulia, kami telah Kauperkenankan menerima santapan jaminan hidup abadi. Semoga kami selalu merasa bangga menjadi pengikut Putra-Mu, Raja alam semesta, yang taat dan setia, dan semoga pula kami kelak Kauperkenankan hidup di dalam Kerajaan Surga bersama Dia, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

RITUS PENUTUP


PENGUMUMAN

BERKAT
PENGUTUSAN

LAGU PENUTUP (PS 553/MB 758)


***


“Anak dunia ini lebih cerdik dari sesamanya anak terang” (Rm 15:14-21; Mzm 98:1-4; Luk 16:1-8)

“Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.” (Luk 16:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Karolus Borromeus, uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Berurusan dengan uang atau harta benda atau hal-hal duniawi memang harus cerdik jika mendambakan kesuksesan atau keberhasilan, sebagaimana dilakukan oleh para bankir atau pedagang saham di bursa-bursa saham maupun para pedagang di pasar-pasar tradisionil. Mereka pada umumnya juga tidak jujur guna mendukung dan memperkuat kecerdikannya. Maka paradigma para pengelola harta benda atau uang akan bertolak belakang dengan paradigma para rohaniwan-rohaniwati maupun pembantu-pembantunya dalam mengurus atau mengelola umat Allah, manusia beriman, sebagaimana juga dilakukan oleh Karolus Borromeus. Sebagai uskup atau pelayan umat Allah Karolus Borromeus juga cerdik, namun juga tulus dan jujur, maka ia dapat melihat dan berpihak pada mereka yang kurang diperhatikan seperti orang-orang sakit maupun dengan tegas dan berani melawan dan memberantas semangat materialistis yang telah merasuki Gereja, para imam maupun tokoh-tokoh Gereja. Sebagai umat beriman kita dipanggil untuk cerdik dan beriman, tulus dan jujur, tidak cukup hanya cerdik saja. Marilah kita berantas semangat materialistis yang merasuki hidup beriman atau beragama, entah dengan keteladanan kita maupun gerakan bersama. Sesuatu yang sungguh memprihatinkan bahwa di dalam kehidupan menggereja di tingkat paroki misalnya, ada seksi sosial yang seharusnya berjiwa sosial namun dalam kenyataannya materialistis. Sungguh kontradiktif anara atribut dan pelaknasaannya. Sebagai contoh konkret adalah pengurusan orang mati, yang dengan mudah dikomersielkan oleh orang-orang bersikap mental materialistis, dan mungkin juga dalam pelayanan orang sakit.

· “Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus. Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain” (Rm 15:19b-20). Dalam melaksanakan tugas pengutusannya Paulus senantiasa ‘berjalan’, tidak berhenti di tempat, dengan kata ia menghayati panggilannya dengan semangat memperbaharui, entah memperbaharui diri maupun lingkungan hidupnya. Ia berani mengadakan inovasi maupun terobosan-terobosan seraya terus menerus mencari celah-celah yang harus dilaluinya. Paulus kiranya dapat menjadi teladan bagi kita semua dalam menghayati semangat missioner kita sebagai umat beriman atau beragama, yaitu semangat pembaharuan, tentu saja tidak asal baru, melainkan pembaharuan yang sungguh mengembangkan, menggairahkan serta membahagiakan atau menyelamatkan, terutama jiwa manusia. Memang terhadap apa-apa yang baru pada umumnya orang bergariah, maka marilah kita sadari dan hayati bahwa setiap detik, menit, jam, hari yang akan kita lalui adalah baru adanya, dengan kata lain marilah kita hadapi masa depan dengan gairah dan gembira. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang bekerja dalam pelayanan terhadap orang sakit hendaknya dengan gairah dan gembira melayani setiap orang sakit atau pasien; kegembiraan dan kegairahan anda merupakan obat yang ampuh sekaligus wujud ‘markerting’ diri maupun karya anda. Semoga semangat Karolus Borromeus menjiwai siapapun yang berkarya dalam pelayanan orang-orang sakit.

“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!” (Mzm 98:14)

Jumat, 4 November 2011.

Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Selamat pesta para mereka yang memiliki pelindung St. Karolus Borromeus”

“Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat " (Rm 14:7-12; Mzm 27:1.4.13-14; Luk 15:1-10)

“ Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.""Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (Luk 15:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Yesus adalah Penyelamat Dunia, Ia datang untuk menyelamatkan semua yang ada di dunia ini yang tidak selamat, tentu saja pertama-tama dan terutama adalah manusia berdosa. Memang dalam kebiasaan banyak suku dan bangsa pada umumnya orang berdosa disingkiri, dijauhkan atau dikucilkan, karena ia mengganggu kehidupan bersama. Pengucilan dalam rangka mempertobatkan kiranya baik adanya, namun hanya sekedar mengucilkan hemat saya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebagai umat yang beriman kepada Yesus Kristus saya mengajak anda sekalian untuk meneladan-Nya, yaitu “menerima orang-orang berdosa dan makan bersama dengan mereka”, artinya kita dekati, sikapi dan perlakukan orang-orang berdosa dengan kasih pengampunan. Konkretnya jika ada anak/peserta didik bodoh dan malas hendaknya didampingi dan dididik dalam dan dengan kasih serta kebebasan, jika ada anak nakal hendaknya didampingi untuk menyalurkan kenakalan atau kreatifitasnya pada apa yang baik dan menyelamatkan, jika ada orang kurangajar hendaknya diberi ajaran dengan rendah hati dan cintakasih, dst.. Mungkin untuk itu kita perlu bekerjasama, mengingat dan memperhatikan kebanyakan dari kita merasa baik, benar dan berbudi pekerti luhur. Jika kita tidak m baiklungkin mendekati secara phisik, baiklah kita dekati secara spiritual, artinya marilah kita doakan orang-orang berdosa agar bertobat dan memperbaharui diri. Dari diri kita sendiri hendaknya juga menghayati semangat pertobatan, yang berarti memperbaharui diri, menumbuh-kembangkan diri terus menerus sampai mati.

· “Tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” (Rm 14:7-8), demikian kesaksian iman atau peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman. Hidup dan segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita, memperhatikan dan mengasihi kita. Kita diharapkan hidup penuh syukur dan terima kasih serta kemudian mewujudkan syukur dan terima kasih tersebut tidak hidup untuk dirinya sendiri melainkan hidup bagi orang lain, dengan kata lain kita hendaknya menjadi ‘man or woman with/for others’. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa jati diri kita sebagai manusia adalah makhluk social, tak mungkin hidup sendirian saja. Marilah kita wujudkan jiwa social ini dengan memperhatikan saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun, tanpa pandang bulu, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Ada 4 (empat) prinsip hidup bersama sebagai umat beriman, yaitu: kemandirian, subsidiaritas, solidaritas dan keberpihakan kepada yang miskin dan berkekurangan. Empat prinsip tersebut saling terkait, tak dapat dipisahkan. Solidaritas dan keberpihakan kepada yang miskin dan berkekurangan inilah yang kiranya mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan kemiskinan dan persaudaraan sejati sungguh menjadi keprihatinan kita masa kini. Kami berharap tidak ada orang serakah lagi di dunia ini, yang hanya menjadi kepentingan atau kenikmatan pribadi tanpa memperhatikan orang lain.

“Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”

(Mzm 27:13-14)

Kamis, 3 November 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

HOMILI: Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (2Mak 12:43-46; Mzm 130: 1-2.3-4.5-6a.6-7.8; 1Kor 15:12-34; Yoh 6:37-40)

“Semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”

Pada hari ini kita diajak untuk mengenangkan mereka yang telah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia: kakek/nenek, orangtua, kakak/adik, sahabat dan kenalan. Maka pada hari ini pada umumnya juga diselenggarakan doa bersama atau Perayaan Ekaristi di tempat pemakaman untuk mendoakan mereka yang telah dipanggil Tuhan. Dalam rangka mengenangkan mereka yang telah dipanggil Tuhan mungkin kita lalu ingat cara hidup dan cara bertindak mereka, nasihat dan saran mereka, kenakalan, kelucuan mereka dst… Kami percaya bahwa kita akan mengingat-ingat apa yang baik, mulia, luhur dan indah yang dihayati oleh mereka yang telah meninggalkan kita. Kiranya kita semua memiliki harapan, sebagaimana disabdakan oleh Yesus, yaitu semoga “semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”. Maka marilah pada hari ini kita mawas diri perihal iman dan harapan kita.

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:37-39)

Semua orang kiranya berkendak baik, namun karena situasi lingkungan hidup dimana kita dilahirkan dan dibesarkan berbeda satu sama lain, maka tidak mustahil kehendak baik kita berbeda satu sama lain atau bahkan saling berlawanan; terjadi pemahaman atau pengertian perihal ‘apa yang baik’ berbeda-beda. Dengan kata lain masing-masing diri kita memiliki keterbatan-keterbatasan atau kelemahan-kelemahan, dan hanya karena kasih dan kemurahan hati Allah kita akhirnya dapat melakukan apa yang lebih baik daripada apa yang kita bayangkan atau pikirkan. Demikianlah kita mengenal mereka yang hidup dekat dengan kita dan telah dipanggil Tuhan, dan mungkin kita tahu kelemahan dan kekuatan, kekurangan dan kelebihannya, serta kita ragu-ragu apakah yang bersangkutan hidup mulia selamanya bersama Allah di sorga kembali. Marilah kita imani kasih dan kemurahan hati Allah.

Dasar iman kita akan kasih dan kemurahan hati Allah adalah sabda Yesus di puncak kayu salib dalam menanggapi permohonan/doa salah seorang penjahat yang disalibkan bersama-Nya "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43). Karena keterbatasan dirinya ada kemungkinan orang berkehendak baik namun dalam perilakunya tidak baik, maka orang yang demikian ini pada detik-detik terakhir hidupnya akan berdoa seperti salah seorang penjahat yang disalibkan bersama-Nya "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Luk 23:42). Kejahatan yang dilakukannya karena keterbatasan dirinya atau lingkungan hidupnya. Maka marilah kita imani bahwa saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia telah hidup mulia kembali di sorga bersama Allah selamanya karena kasih dan kemurahan hati-Nya.

Kita semua yang masih hidup kiranya juga berharap bahwa setelah meninggal dunia nanti akan hidup mulia selamanya di sorga. Maka marilah kita wujudkan harapan kita dengan gairah, gembira dan dinamis melaksanakan aneka nasihat dan saran dari mereka yang telah meninggal dunia atau meneladan cara hidup dan cara bertindaknya yang baik. Dengan kata lain kita tidak terpisahkan dari mereka yang telah meninggal dunia jika kita hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Harapan kita wujudkan dengan melaksanakan semua kehendak Tuhan seoptimal dan sebaik mungkin, dan kiranya usaha tersebut akan berhasil jika kita bekerjasama. Maka sebagaimana kita hari ini berdosa bersama-sama, marilah kita wujudkan kebersamaan tersebut dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan” (1Kor 15:12-13)

Sebagai orang beriman kita percaya akan kebangkitan orang mati di akhir zaman, apalagi orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Dengan kata lain kita percaya kepada apa yang belum atau tidak kelihatan, itulah cirikhas orang beriman. Dengan kata lain beriman berarti tidak hidup dan bertindak secara materialistis, hanya mengandalkan diri pada yang kelihatan dan tidak percaya kepada Yang Ilahi. Memang percaya kepada yang tak kelihatan pada umumnya juga membuat percaya kepada yang kelihatan semakin handal dan tangguh. Sebagai orang beriman percaya kepada apa yang kelihatan, entah itu manusia, binatang atau tanaman atau harta benda dan percaya kepada Yang Ilahi bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan.

Tanda bahwa kita percaya kepada Yang Ilahi antara lain ketika kita menghadapi tugas berat, tantangan, hambatan serta masalah kita akan tetap tegar, gembira, ceria, bersemangat dan dinamis, karena Allah senantiasa menyertai dan mendampingi hidup dan perjalanan kita. Sendirian di tengah malam kelam di jalanan atau di rumah pun juga tak takut dan tak gentar, karena ditemani oleh Allah. Aneka tantangan, hambatan, masalah dan tugas berat justru membangkitkan dan menggairahkan cara hidup dan cara bertindak kita, maka orang sungguh beriman suka akan tantangan, hambatan, masalah dan tugas-tugas berat. Ia akan berusaha mencari celah-celah guna mengatasi atau menerobos masalah, tantangan, hambatan dan tugas berat tersebut. Masalah, tantangan, hambatan dan tugas berat menjadi wahana perkembangan dan pertumbuhan.

Orang beriman yang percaya kepada kebangkitan bagaikan kecambah yang sedang tumbuh dan ditutupi dengan dedauan atau jerami, dimana ia justru semakin tumbuh alias tambah tinggi atau besar serta terus berusaha menatap sang matahari, pemberi kehidupan. Maka orang beriman akan mencari celah-celah di tengah kekacauan dan keributan untuk menemukan Allah, dengan kata lain mencari dan menemukan apa yang baik, kekuatan dan kesempatan guna mengatasi kekacauan atau keributan yang sedang berlangsung. Orang beriman dapat ‘topo ing rame’, menemukan Tuhan dalam kerhamaian dan keributan. Ia mengusahakan kesucian hidup dengan sungguh mendunia, membumi, berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi di bumi ini. Ia sungguh penyelamat yang menyelamatkan apa yang tidak selamat.

Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.” (Mzm 130:1-4)

Rabu, 2 November 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

Pemakaman Kristiani

Tujuan akhir hidup Kristiani adalah persatuan dengan Allah. Pemakaman Kristiani adalah perayaan liturgi Gereja; merupakan kesempatan untuk mewartakan kehidupan abadi, mewartakan ajaran persekutuan para kudus, dan memungkinkan umat untuk berkumpul dalam rangka pemakaman guna saling berbagi dalam persekutuan ini. Dengan pemakaman gerejawi, Gereja mohon bantuan rohani bagi mereka yang telah meninggal dan menghormati tubuh mereka, serta sekaligus memberikan penghiburan berupa harapan bagi yang masih hidup. Gereja menganjurkan dengan sangat agar kebiasaan saleh untuk mengebumikan jenazah dipertahankan; namun Gereja tidak melarang kremasi, kecuali cara itu dipilih demi alasan-alasan yang bertentangan dengan ajaran kristiani [Kitab Hukum Kanonik, kanon 1176].

Keyakinan Gereja sejak awal mengenai kematian adalah: dengan kematian, hidup seseorang tidak dilenyapkan melainkan hanya diubah [bdk. Prefasi Arwah I TPE]; “ ... sebab dalam keadaan apa pun, entah hidup atau mati, kita selalu bersama Tuhan dan milik Tuhan” [Rm. 14:8]. “Tiap orang yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan Allah” [2Tim.2:11].

Iman Gereja mengatakan, di satu pihak Kristus akan membangkitkan orang pada akhir zaman, tapi di lain pihak setiap orang kristiani telah ikut mengalami kebangkitan Kristus melalui pembaptisan dan terutama Ekaristi kudus. Maka dalam kehidupan kita sekarang ini kita mulai mencicipi hidup abadi bersama Allah.

oleh Fr Antonius Pramono.

HOMILI: Hari Raya Semua Orang Kudus ( Why 7:2-4.9-14; Mzm 24:1-4ab.5-6; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a)

“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”

Kiranya kita semua tahu atau kenal dengan Ibu Teresa dari Calcuta, entah melalui bacaan buku atau media cetak atau media elektronik. Ia adalah seorang biarawati yang tersentuh dan tergerak hatinya atas penderitaan jutaan manusia yang miskin dan berkekurangan serta kurang menerima perhatian; ia meninggalkan kemegahan biara dan sekolah yang diasuhnya dan kemudian ‘menggelandang’ di jalanan untuk menemani orang yang hampir mati atau sakit, bayi yang dibuang oleh yang melahirkannya, memberi makan apa adanya kepada mereka yang kelaparan dst.. Pribadi dan karyanya begitu memikat, mempesona dan menarik banyak orang, dan pada suatu saat diwawancari oleh seorang wartawan TIME. “Ibu menurut kata banyak orang ibu adalah orang suci atau santa yang masih hidup. Sebenarnya orang suci itu semacam apa ibu?”, demikian kurang lebih pertanyaan sang wartawan kepada Ibu Teresa. Dan dengan rendah hati dan mantap Ibu Teresa menjawab:”Orang suci itu bagaikan lobang kecil dimana orang dapat mengintip siapa itu Tuhan, siapa itu manusia dan apa itu harta benda”. Memang dari cara hidup dan cara bertindak ibu Teresa kita dapat mendalami kebenaran perihal ‘siapa Tuhan, siapa manusia dan apa harta benda’. Maka marilah pada Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini kita mawas diri, entah dengan cermin ibu Teresa dari Calcuta, santo-santa pelindung kita masing-masing atau bacaan-bacaan hari ini. Perkenankan saya merefleksikan secara sederhana apa yang tertulis dalam Injil hari ini.

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:3)

Miskin di hadapan Allah” berarti menggantungkan atau mengandalkan diri sepenuhnya kepada Allah, menyadari dan menghayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Allah, cara hidup dan cara bertindaknya dikuasai atau dirajai oleh Allah sehingga hidup dan bertindak menurut kehendak Allah. Dalam keadaan atau kondisi dan situasi apapun orang yang ‘miskin di hadapan Allah’ senantiasa bergembira dan berbahagia, karena bersama dan bersatu dengan Allah, dan tidak takut menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan dalam penghayatan iman. Ia dapat menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah.

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” (Mat 5:4)

Menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah” memang butuh perjuangan dan pengorbanan alias siap sedia untuk berdukacita. Berdukacita berarti ada yang meninggal atau ditinggalkan, dan tentu saja dalam hal ini bukan orang, melainkan keinginan, nafsu, harapan atau dambaan pribadi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.

Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.” (Yoh 16:20-21), demikian sabda Yesus. Marilah sabda Yesus ini kita renungkan, refleksikan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Mat 5:5)

Buah atau dampak ketahanan dan ketabahan dalam berdukacita atau penderitaan adalah lemah lembut, sabar dan tekun, tidak kasar dan tidak terburu-buru dalam menghadapi segala sesuatu. Yang bersangkutan juga hidup membumi, memperhatikan hal-hal sederhana dengan penuh cintakasih, ia mengerjakan hal-hal sederhana dan kecil dengan kasih yang besar. Kami percaya bahwa pada umumnya rekan-rekan perempuan atau para ibu lebih lemah lembut dari pada rekan-rekan laki-laki atau para bapak, maka kami berharap rekan-rekan perempuan atau para ibu dapat menjadi teladan dalam kelemah lembutan dalam hidup sehari-hari di dalam lingkungan hidup maupun lingkungan kerjanya, dan kepada rekan-rekan laki-laki atau para bapak hendaknya tidak malu-malu belajar lemah lembut juga dari rekan-rekan perempuan atau para ibu.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat 5:6).

Perkembangan dari lemah lembut adalah ‘lapar dan haus akan kebenaran’, yang bersangkutan sungguh membuka diri sepenuhnya terhadap aneka macam nasihat, saran, ajaran , informasi dst.. dalam rangka menemukan kebenaran. Kebenaran sejati antara lain adalah bahwa kita adalah orang-orang lemah, rapuh dan berdosa yang dikasihi dan dipanggil oleh Allah untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Maka yang bersangkutan sungguh menghayati diri sebagai yang diperhatikan, banyak orang memperhatikannya, dan dengan demikian ia sungguh dipuaskan dengan berbagai bentuk perhatian.

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” (Mat 5:7)

Orang yang menghayati diri sebagai yang diperhatikan banyak orang berarti kaya akan kemurahan hati, maka yang bersangkutan akan bermurah hati juga kepada orang lain atau siapapun juga. Murah hati berarti hatinya dijual murah alias siapapun boleh minta diperhatikan atau ia memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu. Masing-masing dari kita kiranya telah menerima kemurahan hati Allah, terutama dan pertama-tama melalui orangtua kita masing-masing, khususnya ibu kita yang telah mengandung dan melahirkan serta membesarkan dan mengasuh kita dengan sepenuh hati. Maka selayaknya sebagai umat beriman kita saling bermurah hati atau memperhatikan.

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8)

Buah bermurah hati adalah suci atau sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1Yoh 3:2-3). Orang suci adalah “orang yang menaruh pengharapan kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci”. Orang suci mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, sehingga semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya. Ia sungguh menjadi ‘kekasih Allah’

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9)

“Menjadi kekasih Allah” secara otomatis akan “membawa damai” dimana pun ia berada atau kemana pun ia pergi, terutama damai di hati. Bersama dan bergaul dengan ‘kekasih Allah’ akan terasa sejuk, damai dan tenteram serta aman. Perdamaian menjadi dambaan atau kerinduan semua orang, maka marilah kita sebagai orang beriman atau kekasih Allah senantiasa menjadi saksi atau teladan perdamaian serta menyebarluaskan perdamaian kepada siapapun dan dimanapun . “There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness” (= Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan), demikian pesan Paus Paulus II memasuki millennium ketiga yang sedang kita jalani ini. Pembawa damai berarti senantiasa mengampuni siapapun yang telah menyalahi atau menyakitinya.

Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:10)

Memang ketika kita disalahi atau disakiti segera mengampuninya dan tidak balas dendam , kita akan merasa ‘teraniaya’. Baiklah jika demikian adanya marilah kita memandang dan menatap Dia yang tergantung di kayu salib. Untuk mewujudkan Kerajaan Allah/Sorga atau Allah yang meraja di dunia ini memang harus melalui penderitaan bahkan sampai wafat di kayu salib. Teraniaya atau menderita karena kebenaran adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati, maka nikmati saja apa adanya.

Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” (Mat 5:11)

Tibo kebrukan ondho” = Jatuh tertimpa tangga, demikian kata pepatah Jawa. Ada kemungkinan dalam keadaan teraniaya dan menderita karena kebenaran kita masih dicela dan difitnah. Sekali lagi nikmati dan hayati aneka celaan dan fitnahan dalam dan bersama Tuhan, meneladan Yesus, Penyelamat Dunia, yang telah mengalaminya.

TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan” (Mzm 24:1-4b)

Selasa, 1 November 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar” ( Rm 11:29-36; Mzm 69:30-31.33-34.36-37; Luk 14:12-14)

“Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” (Luk 14:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Alfonsus Rodriguez, biarawan/bruder Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Alfonsus Rodriguez dikenal sebagai biarawan atau bruder SJ yang sederhana dan pendoa, maka ia boleh dikatakan termasuk orang-orang yang dikehendaki oleh Yesus maupun melaksanakan sabdaNya , sebagaimana disabdakan dalam Warta Gembira hari ini “undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta”. Tugas utamanya sebagai bruder Yesuit adalah menerima tamu atau menjaga pintu gerbang, dengan demikian ia bertemu dengan aneka macam orang yang datang atau memiliki kepentingan dengan segenap anggota kolese/komunitas dimana ia tinggal dan bekerja. Dengan keramahan dan kerendahan hati ia menerima tamu-tamunya, dan sementara tidak ada tamu ia berdoa untuk mendoakan sahabat-sahabat atau siapapun yang minta didoakan. Dengan kata lain Alfonsus Rodriguez sungguh menjadi ‘man for/with others’, seluruh hidup dan dirinya dipersembahkan kepada Tuhan melalui sesamanya tanpa pandang bulu. Kita dipanggil untuk meneladannya, dan sesama yang perlu kita perhatikan pada masa kini adalah ‘orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta”, dengan kata lain mereka yang miskin dan berkekurangan. Maka marilah kita hayati dan sebarluaskan salah satu prinsip hidup menggereja, yaitu ‘preferential option for/with the poor’. Kemiskinan merupakan salah satu keprihatinan yang hendaknya kita tanggapi dengan sungguh-sungguh, karena terjadi keserakahan sementara orang maka banyak orang menjadi semakin miskin. Dari diri kita sendiri hendaknya hidup dan bertindak sederhana, tidak boros dan tidak berfoya-foya.

· “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rm 11:34-36), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Sebagai orang Kristen atau Katolik sering menerima ejekan dari orang lain bahwa Allah orang Kristen dan Katolik adalah Tiga dengan menyatakan diri Allah Tritunggal. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang secara sempurna mengetahui dan memahami siapa itu Allah, melainkan hanya sampai pada gambaran sebagai Yang Maha Kuasa, Maka Kasih, Maha Adil, Maka Pemurah dst.. Sebagai orang Kristen atau Katolik kita menggambarkan Allah sebagai Bapa, maka benarlah kata Paulus bahwa “segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selamanya”. Maaf tanpa bermasksud melecehkan rekan-rekan perempuan dan mungkin sedikit porno: bukankah masing-masing dari kita ada karena kreatifitas dan usaha keras dari sperma yang mencari dan menyatu dengan sel telor. Konon kita ini laki-laki atau perempuan juga ditentukan jenis sperma yang menyatu dengan sel telor. Dalam masyarakat paternalistis peranan bapa/laki-laki dalam keluarga sangat dominan juga, dan semua anggota keluarga seolah-olah tergantung sepenuhnya kepada bapa/ayah. Diri kita dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini berasal dari Allah, anugerah Allah yang kita terima karena kasih, kemurahan dan kebaikan Allah melalui orang-orang atau siapapun yang mengasihi dan memperhatikan kita. Maka selayaknya kita hidup dan bertindak dengan rendah hati, sebagaimana juga dihayati oleh Alfonsus Rodriguez. Sekali lagi kami ingatkan: semakin tua, semakin tambah usia, semakin berpengalaman, semakin kaya, semakin cerdas atau pandai, semakin suci, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Ingat pepatah “bulir/batang padi semakin tua dan berisi semakin menunduk”.

“Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan” (Mzm 69:30-31.33-34)

Senin, 31 Oktober 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ