HOMILI: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (Ul 8:2-3.14b-16a; 1Kor 10:16-17; Mzm147:12-13.14-15.19-20; Yoh6:51-58)

"Akulah roti hidup yang turun dari surga"

Pada masa kini di pasaran dijual aneka macam jenis roti, entah roti basah atau roti kering, dengan harga murah atau mahal dst.. Dan cukup banyak orang yang memiliki simpanan roti kering dalam kaleng atau kemasan dalam rangka persiapan menjamu tamu atau bekal dalam perjalanan agar tidak kelaparan. Bahkan juga ada jenis makanan dalam bentuk tablet yang dapat berfungsi sebagai pengganti makanan biasa, demi kepraktisan atau effisiensi. Aneka macam jenis makanan kemasan atau minuman yang tidak sehat seperti roti, minuman berwarna, dll melanda rakyat miskin di desa-desa atau anak-anak sekolah desa/miskin. Karena begitu dominan mengkonsumsi jenis makanan kemasan yang tak sehat tersebut, maka tidak mengherankan bahwa kesehatan warga masyarakat rendah atau menurun, dan lebih memprihatinkan lagi ada kemalasan bergerak atau olahraga. Dengan kata lain boleh dikatakan ada aneka jenis makanan atau minuman dalam kemasan yang mematikan bukan menghidupkan. Memang untuk mengkosumsi makanan atau minuman sehat lebih butuh waktu dan tenaga alias harus sabar dan kerja keras, sehingga hanya sedikit orang yang menempuhnya. Makanan dan minuman sehat dibutuhkan oleh tubuh kita agar kita hidup sehat, bergairah, dinamis, tidak bermalas-malas, dst… Hari ini kita kenangkan "Tubuh dan Darah Kristus", jenis makanan khusus yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, yang dapat kita terima selama berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa arti atau maknanya setiap kali kita menerima Tubuh Kristus? Marilah kita renungkan sabda Yesus pada hari ini.

"Akulah roti hidup yang telah turun dari surga Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu adalah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia"(Yoh 6:51)

Kita semua mendambakan hidup berbahagia, damai sejahtera selama di dunia ini serta hidup selama-lamanya di sorga setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus kiranya kita percaya kepada sabda Yesus di atas ini, yaitu dengan menerima 'Tubuh Kristus' berarti kita akan hidup mulia selama-lamanya di sorga setelah meninggal dunia maupun hidup berbahagia dan damai sejahtera selama di dunia ini. Baiklah kepercayaan tersebut tidak hanya manis di mulut, tetapi juga menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Dengan kata lain setiap kali kita menerima Tubuh Kristus berarti kita diingatkan bahwa kita hidup dijiwai oleh semangat hidup-Nya, bertindak dengan meneladan cara bertindakNya.

Semangat dan cara bertindak Yesus kiranya dapat kita lihat dan fahami melalui atau dalam Kitab Suci, maka hendaknya rajin membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci untuk lebih atau semakin mengenal semangat dan cara bertindak Yesus. Semangat dan cara bertindak Yesus antara lain: kepada anak-anak Ia menciumi dan memangkunya, kepada yang lapar diberi makan, kepada yang haus diberi minum, kepada yang berdosa diampuni, yang berbuat jangan atau melanggar tata tertib ditegor keras, yang munafik dikritik pedas, yang lemah dikuatkan, yang letih lesu didampingi dan dibombong, yang frustrasi dan putus asa digairahka, yang tidak selamat diselamatkan, dst.. Tentu saja agar kita dapat meneladan semangat dan cara bertindak Yesus tersebut kita sendiri sungguh telah menjadi sahabat-sahabatNya, artinya kita sendiri dalam keadaan selamat, bahagia dan damai sejahtera, sehat wal'afiat lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. Apakah kita yang sering menerima Tubuh-Nya sungguh dalam keadaan demikian ini?

Menjadi sahabat-sahabat Yesus antara lain senantiasa hidup dan bertindak melayani sesamanya dengan rendah hati, penuh dengan kasih pengampunan. Melayani berarti senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, dan seorang pelayan sejati yang baik senantiasa tidak marah atau mengeluh dan menggerutu, meskipun harus bekerja berat serta menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Secara khusus kami berharap kepada para gembala umat/pastor beserta para pembantunya dapat menjadi teladan dalam semangat dan sikap hidup melayani dengan rendah hati; kami berharap kepada para gembala/pastor beserta para pembantunya tidak pernah marah, menggerutu atau mengeluh dalam melayani umat, meskipun harus menghadapi tantangan, masalah dan hambatan. Selanjutnya marilah kita renungkan atau refleksikan sapaan atau peringatan Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini.

"Karena roti itu adalah satu, maka kita, sekalipun banyak adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dari roti yang satu itu" (1Kor 10:17)

Makan bersama memang sungguh menyatukan dan masing-masing merasa dalam persaatuan atau persahabatan sejati. Makan bersama sering juga menjadi tanda kasih untuk semakin memperdalam dan memperkuat persahabatan atau persaudaraan sejati. Di dalam berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi, dimana kita diberi kesempatan untuk menerima dan menyantap Tubuh Kristus, kiranya kita juga merasakan kebersamaan atau persahabatan sebagai umat Allah, paguyuban umat yang beriman kepada Yesus Kristus. Maka baiklah kita rasa kebersamaan atau persaudaraan tersebut terus kita perdalam dan perkuat dalam hidup sehari-hari, tidak hanya selama dalam ibadat atau Perayaan Ekaristi saja.

"Sekalipun banyak kita adalah satu tubuh", inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Paulus menggambarkan kebersamaan atau persaudaraan kita bagaikan aneka macam anggota yang ada dalam tubuh kita. Ada aneka macam anggota tubuh kita, dan sungguh saling bekerjasama dan bergotong-royong dalam menjalankan fungsinya; tidak ada iri hati, tidak ada sabotase, tidak saling memojokkan, dan masing-masing bangga dalam fungsinya. Ambil contoh: tugas makan -> mata melihat makanan, hidung mencium makanan, tangan mengambil makanan lalu memasukkannya ke mulut, mulut mengunyah makanan seperlunya dan segera diteruskan ke perut melalui leher dan perut/usus pun langsung bekerja untuk memilah dan memilih sari makanan yang berguna bagi kesehatan dan kesematan seluruh tubuh. Jika dicermati kinerja antar anggota tubuh tersebut sungguh cepat, cekatan, akurat, saling memperhatikan dan taat, dst..

Kebersamaan hidup dan kerja kita setiap hari diharapkan bagaikan kebersamaan anggota tubuh kita tersebut. Maka marilah kita mawas diri perihal kebersamaan atau persaudaraan kita. Pertama-tama kami berharap bapak-ibu atau orangtua dapat menjadi teladan dalam hal persaudaraan atau persahabatan sejati, dimana anda pernah mengalami persahabatan sejati dalam saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain ditandai dengan hubungan seksual, saling memberi dan menerima dengan gembira dan gairah. Masing-masing dari kita adalah korban kebersamaan atau persaudaraan sejati, korban kasih, diadakan dalam dan oleh kasih, dan dalam kebersamaan bapak-ibu juga kita dididik dan dikembangkan dengan bantuan rahmat Tuhan. Dengan kata lain dalam diri kita masing-masing ada benih-benih atau modal hidup persaudaraan atau persahabatan sejati, maka hendaknya benih tersebut terus menerus diperhatikan dan dipupuk, sehingga terus tumbuh berkembang menjadi persaudaraan sejati dalam hidup sehari-hari.

Pada masa kini hanya orang yang siap sedia dan rela bekerja sama dalam kasih dan pengorbanan dapat survival. Tidak bekerjasama dengan yang lain hemat kami berarti ingkar jati diri alias tidak setia pada jati diri kita masing-masing sebagai buah kerjasama. Kepada mereka yang egois dan sombong kami harapkan bertobat dan memperbaharui diri jika anda mendambakan sehat wal'afiat, damai sejahtera dan selamat. Marilah kita fungsikan aneka macam jenis sarana komunikasi yang canggih saat ini sebagai sarana untuk mengembangkan, memperkuat dan memperdalam hidup persaudaraan sejati antar kita.

"Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion. Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu, dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi, dengan segera firman-Nya berlari. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal." (Mzm 147:12-13.14-15.19-20)

Romo Ign Sumarya, SJ


26 Juni 2011

“Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya” (Kej 18:1-15; MT Luk 1:46-47,48-49,50,53; Mat 8:5-17)


“ Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. . Setibanya di rumah Petrus, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan melayani Dia. Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Mat 8:5-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Beriman atau percaya dengan sepenuh hati kepada Tuhan dan sesamanya pada masa kini kiranya sungguh berat, sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan, sehingga dengan mudah orang ragu-ragu terhadap Penyelenggaraan Ilahi maupu terhadap sesamanya. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mawas diri perihal keimanan atau kepercayaan kita kepada Tuhan maupun sesama kita, dengan cermin seorang perwira yang dengan rendah hati menghadap Yesus untuk mohon belas kasih dan rahmat-Nya. Kita tahu seorang prajurit, tentara atau perwira militer pada umumnya begitu mengandalkan pada kekuatan pribadinya secara fisik daripada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi, namun perwira sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira ini sungguh lain atau berbeda dari pada umumnya. Imannya kepada Tuhan telah menyembuhkan penyakit hambanya yang cukup parah. Sembuh dari penyakit, sehat atau sakit memang erat kaitannya dengan beriman atau tidak beriman. Jika kita mendambakan hidup sehat wal’afiat dan segar bugar baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual, marilah kita setia menghayati iman kita dalam situasi dan kondisi macam apapun, dimanapun dan kapanpun. Beriman berarti setia pada kehendak Tuhan atau melaksanakan janji dan tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita sehari-hari. “Pulanglah”, demikian sabda Yesus kepada sang perwira, yang bagi kita berarti “setialah pada panggilan, tugas pengutusan dan kewajiban anda” Dengan kata lain tidak pernah melakukan kejahatan sedikitpun dan senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari atau sesama kita.

· “Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan seorang anak, sedangkan aku sudah tua? Adakah sesuatupun yang mustahil untuk Tuhan? Pada waktu yang ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan mendapatkan engkau , pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki” (Kej 18:13-14), demikian firman Tuhan melalui malaikat, utusan-Nya, kepada Abram. Keragu-raguan itulah yang terjadi pada Sara. Manusia boleh saja ragu-ragu, namun Tuhan tetap setia, itulah kebenaran yang ada. Ada kemungkinan di dalam perjalanan hidup dan panggilan kita setiap hari kita sering ragu-ragu juga, karena harus menghadapi keterbatasan, tantangan, hambatan dan masalah, namun demikian marilah kita tetap percaya bahwa Tuhan setia pada janji-Nya. Memang dari pihak kita dituntut kesabaran. “Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Pada masa kini memang sarat dengan rangsangan yang dapat membuat kita tidak sabar, misalnya rangsangan seksual di kalangan muda-mudi, rangsangan untuk cepat kaya atau pandai, rangsangan untuk hidup seenaknya dst.. Apa yang merangsang memang sungguh menarik dan memikat, maka barangsiapa tidak sabar pasti terjerat. Ingatlah juga bahwa ada pepatah “Orang sabar disayangi Tuhan”, maka jika kita sungguh ber-Tuhan, marilah kita sabar dalam menghadapi aneka rangsangan dan masalah.

"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” (Luk 1:46-49)

25 Juni 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Sabtu-Minggu, 25-26 Juni 2011

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS
SABTU-MINGGU, 25-26 JUNI 2011





RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA (PS 322)
Ulangan: Saudara, mari semua, hadaplah altar Tuhan kita. Sambut tubuh dan darah dari Putera Allah. Allelu, allelu, allelu, alleluya.

Ayat. 1. Kita adalah satu, ingin hidup yang baru, satu budi dan hati dalam Roh ilahi.
2. Satu dalam sabda-Nya: Kasihi sesamamu! Dalam suka dan duka kita satu padu.
3. Satukanlah dunia, jadikan keluarga dalam cinta yang mesra agar bahagia.

TANDA SALIB DAN SALAM

PENGANTAR

SERUAN TOBAT TUHAN KASIHANILAH KAMI (PS 353)
I. Tuhan Yesus Kristus, Engkau menghendaki kami selalu mengenangkan Dikau dengan merayakan ekaristi.
K. Tuhan, kasihanilah kami.
U. Tuhan, kasihanilah kami.
I. Engkau menghendaki kami ikut serta dalam hidup, wafat dan kebangkitan-Mu dengan makan tubuh-Mu dan minum darah-Mu
K. Kristus, kasihanilah kami
U. Kristus, kasihanilah kami
I. Engkau menghendaki kami bersatu dengan Dikau dan bersatu pula satu sama lain dengan makan roti kehidupan dan minum darah keselamatan yang satu dan sama.
K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami.
I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

KEMULIAAN (PS 354)

I. Kemuliaan kepada Allah di surga (organ)
U. Dan damai di bumi, dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya.
K. Kami memuji Dikau.
U. Kami meluhurkan Dikau.
K. Kami menyembah Dikau.
U. Kami memuliakan Dikau (organ)
K. Kami bersyukur, kami bersyukur. Kami bersyukur pada-Mu.
U. Karena kemuliaan-Mu, yang besar (organ)
K. Kar'na kemuliaan-Mu yang besar.
U. Ya Tuhan Allah, Raja surgawi, Allah Bapa yang mahakuasa.
K. Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal.
U. Ya Tuhan Allah, Anak domba Allah Putra Bapa.
K. Engkau yang menghapus dosa dunia, U. Kasihanilah kami.
K. Engkau yang menghapus dosa dunia, U. Kabulkanlah doa kami
K. Engkau yang duduk di sisi Bapa, U. kasihanilah kami. (organ)
K. Karena hanya Engkaulah Kudus.
U. Hanya Engkaulah Tuhan.
K. Hanya Engkaulah mahatinggi, ya Yesus Kristus, (organ)
U. Bersama Roh Kudus, bersama Roh Kudus dalam kemuliaan Allah Bapa, dalam kemuliaan Allah Bapa. A - min.

DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I. Tuhan Yesus Kristus, dalam Sakramen Ekaristi yang luhur ini Engkau mewariskan kepada kami kenangan mulia akan wafat dan kebangkitan-Mu. Semoga kami selalu mengagungkan misteri kudus tubuh dan darah-Mu, sehingga pantas menikmati hasil penebusan-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan bertakhta bersama Bapa dalam persatuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa.
U.Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN I (Ul 8:2-3.14b-16a)

"Tuhan memberi engkau makan manna yang tidak kaukenal dan juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu."

L. Pembacaan dari Kitab Ulangan:
Di padang gurun seberang Sungai Yordan berkatalah Musa kepada umat Israel, “Ingatlah akan seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun itu. Maksud Tuhan ialah merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Tuhan merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari segala yang diucapkan Tuhan. Ingatlah selalu pada Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Dialah yang memimpin engkau melalui padang gurun yang luas dan dahsyat itu, dengan ular-ularnya yang ganas serta kalajengkingnya, dengan tanahnya yang gersang, yang tidak ada airnya. Dialah yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras. Dialah yang di padang gurun memberi engkau makan manna yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu.”

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN (PS 863)
Refren: Pujilah Tuhan, hai umat Allah. Pujilah Tuhan, hai umat Allah.
Mazmur:
1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion. Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu.
2. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu, dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi, dengan segera firman-Nya berlari.

BACAAN II (1Kor 10:16-17)

"Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh."

L. Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudaraku terkasih, bukankah piala syukur yang kita syukuri merupakan persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita bagi-bagi merupakan persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun banyak merupakan satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu.

Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL (PS 957)
Refren. Alleluya, Alleluya
Ayat. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.

BACAAN INJIL (Yoh 6:51-58)

"Tubuh-Ku benar-benar makanan, Darah-Ku benar-benar minuman."

I. Tuhan sertamu
U. Dan sertamu juga
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan!” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barang-siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku, dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”


I: Demikianlah Injil Tuhan.
U: Terpujilah Kristus.

HOMILI

AKU PERCAYA

DOA UMAT
I. Kita semua biarpun banyak, menjadi tubuh, sebab kita menerima bagian pada roti yang satu, yaitu Tubuh Kristus sendiri. Marilah dalam perjamuan tubuh dan darah ini kita berdoa bersama:

L. Bagi seluruh kaum beriman: semoga Bapa menerangi kita agar perjamuan ekaristi yang setiap kali kita rayakan, memberi kekuatan nyata kepada umat-Nya untuk meningkatkan pengabdian kepada-Nya serta sesama. Marilah kita mohon...
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi keadilan dan kerukunan: semoga Bapa membimbing semua orang yang berkumpul di sekitar altar ini seturut kemampuannya giat mengusahakan keadilan dan kerukunan di tengah-tengah masyarakat. Marilah kita mohon....
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi sanak saudara yang sedang menghadapi ajalnya: semoga Bapa menghibur sanak saudara kita yang sedang menghadapi ajalnya, masih diperkenankan menyambut tubuh Kristus sebagai bekal serta jaminan kebangkitan. Marilah kita mohon....
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi warga paroki: Semoga Bapa membimbing kita agar semakin sering menyambut tubuh dan darah Kristus serta menimba kekuatan baru untuk berbuat baik dan hidup suci. Marilah kita mohon....
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

I. Allah Bapa kami yang maha pengasih dan penyayang, Engkau tak henti-hentinya memperkuat Gereja dengan santapan tubuh dan darah Putra-Mu. Semoga kami selalu memperoleh kekuatan baru setiap kali kami menyambut tubuh dan darah Putra-Mu Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.


LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Allah Bapa, sumber kedamaian sejati, anugerahilah Gereja-Mu persatuan dan kedamaian, yang dilambangkan oleh persembahan yang kami unjukkan ini. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI

KUDUS

U. Kudus, kudus, kuduslah Tuhan
K. Allah segala kuasa,
surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
U. Terpujilah Engkau di surga.
K. Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan, dalam nama Tuhan.
U. Terpujilah Engkau di surga.

DOA SYUKUR AGUNG



C. KOMUNI


BAPA KAMI

I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI
I. Seluruh kehidupan Yesus adalah pemberian total. Ia memberikan diri dalam pewartaan iman. Ia memberikan hidup-Nya di kayu salib. Ia memberikan tubuh dan darah-Nya dalam ekaristi. Maka kita berdoa kepada-Nya, agar anugerah agung ini benar-benar berpengaruh dalam hidup kita: Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu

ANAK DOMBA ALLAH (PS 414)

PERSIAPAN KOMUNI

KOMUNI

DATANGLAH YA YESUS (PS 426)
Ulangan: Datanglah, ya Yesus, 'ku menanti-Mu.
Hatiku riang bila Kau datang, ya Yesusku.
Ayat: 1. Dikaulah penghiburku dan Dikaulah penolongku. Hanya Dikau, Yesus penolongku.
2. Kau sahabat yang setia, percaya aku pada-Mu. Hanya Dikau, Yesus sahabatku.

TUHAN, KAUSATUKAN KAMI (PS 428)
Ulangan: Tuhan, Kausatukan kami dalam perjamuan-Mu. Dengan makan roti ini kami pun bersaudaralah.
Bait.
1. Pesta Kauselenggarakan, Kausebarkan undangan. Yang serta dalam perjamuan akan hidup kekal bagai yang Engkau janjikan pada para rasul-Mu. Dan kami percaya tulus hati Dikau tak ingkar janji.
2. Kala Kauserahkan roti pada para murid-Mu, Engkau nyatakan penuh cinta: T'rimalah hidup-Ku. Itulah tanda cinta-Mu bagi kami umat-Mu. Kini kami satu dengan Dikau 'kan mengabdi saudara.
3. Maka kini sabda bahagia akan kami wartakan bagi orang sengsara, bagai hati yang hampa, dan kepada yang putus asa, orang miskin dan papa, agar nanti seluruh bangsa satu di dalam Roh-Mu.

SIAPA YANG MAKAN TUBUHKU (PS 431)
Ulangan: Siapa yang makan Tubuh-Ku dan minum Darah-Ku memiliki hidup abadi.
Ayat:
1. Aku ini Roti yang hidup,
2. Barangsiapa makan Roti ini
3. Dan Roti yang akan Kuberikan yang turun dari surga.
akan hidup selama-lamanya.
ialah Tubuh-Ku untuk kehidupan dunia ini.
4. Barangsiapa tidak makan Tubuh Putra Manusia dan tidak minum Darah-Nya, tak'kan memiliki hidup di dalam dirinya.
5. Barangsiapa makan Tubuh-Ku dan minum Darah-Ku, akan tinggal dalam diri-Ku dan Aku pun dalam dirinya.

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa:
I. Allah Bapa maha pengasih dan penyayang, dalam perjamuan ekaristi ini kami telah Kauperkenankan mencicipi sukacita surgawi berkat tubuh dan darah Yesus, Putra-Mu. Semoga kelak kami Kauperkenankan pula selamanya menikmati anugerah-Mu dalam perjamuan surgawi. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

PENGUMUMAN

RITUS PENUTUP

BERKAT
PENGUTUSAN

LAGU PENUTUP (PS 695)


HOMILI: Hari Raya Kelahiran St Yohanes Pembaptis (Yes 49:1-6; Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15; Kis 13:22-26; Luk 1:57-66.80)


"Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.

Kelahiran anak pertama pada umumnya sungguh menggembirakan orangtuanya serta sanak-saudaranya atau kerabat-kerabatnya. Jauh sebelum anaknya dilahirkan biasanya orangtuanya telah merencanakan nama anak yang masih di dalam rahim atau kandungan ibunya. Orangtuanya pun kiranya juga memiliki dambaan atau cita-cita mulia terhadap anak yang akan dilahirkannya. Para suami-isteri yang telah bertahun-tahun menikah dan tidak segera dianugerahi anak kiranya ketika dianugerahi anak oleh Tuhan sungguh luar biasa kegembiraannya. Kiranya pengalaman macam itulah yang terjadi dalam diri Zakharia dan Elisabeth ketika dalam lanjut usia dianugerahi seorang anak laki-laki oleh Tuhan. Menurut tradisi seorang anak laki-laki yang baru saja dilahirkan harus diberi nama sama seperti nama ayahnya, namun anak yang dilahirkan oleh Elisabeth telah diberi nama oleh Tuhan, sebelum anak dikandungnya, yaitu Yohanes. Maka gempar dan penuh keheranan sanak-kerabat dan saudara-saudarinya mendengar bahwa anak tersebut dinamai Yohanes, dan merekapun berkata :”Menjadi apakah anak ini nanti?”. Maka baiklah kita renungkan keheranan mereka atas kelahiran Yohanes ini.

“Menjadi apakah anak ini nanti?” (Luk 1:66)

Pertanyaan macam itu kiranya menjadi pertanyaan banyak orang terhadap seorang anak yang disertai oleh Tuhan, lebih-lebih bagi orang yang sungguh beriman. Anak yang baru saja dilahirkan kiranya masih bersih, suci, menarik dan mempesona, maka baiklah jika kita percaya bahwa Tuhan senantiasa menyertainya, marilah ia kita didik dan dampingi sedemikian rupa sehingga “anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya” . Dengan kata lain hendaknya anak-anak didik dan didampingi agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur alias cerdas spiritual, tidak hanya sampai pada cerdas intelektual saja. Jika anak kelak kemudian hari tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas spiritual, percayalah ia pasti akan menjadi orang yang fungsional menyelamatkan lingkungan hidupnya dimanapun dan kapanpun, entah apapun pekerjaan atau tugasnya.

Bahwa anak bertambah besar secara phisik kiranya merupakan hal biasa, namun hendaknya juga diperhatikan perihal jenis makanan maupun minuman bagi anak. Pertama-tama kami berharap anak-anak/bayi dapat menerima ASI dari ibunya secara memadai, dan hemat saya minimal selama satu tahun anak menerima ASI, syukur lebih. Pemberian ASI bagi anak selain merupakan makanan/minuman bergizi juga berfungsi menjalin kasih mesra antara anak dan ibunya, dan secara inklusif juga mencerdaskan belahan otak kanan, yang erat kaitannya dengan kecerdasan spiritual (ingat: bukankah ibu menyusui anaknya pada umumnya lebih-lebih dengan buah dada kiri, yang berarti belahan otak kanan anak menempel di buah dada!). Buah dada adalah symbol kasih dan sumber rezeki yang menyehatkan dan menyelamatkan. Ketika anak mulai diberi makanan tambahan selain ASI, hendaknya sedini mungkin berpedoman pada ‘empat sehat lima sempurna’, dengan kata lain anak sedini mungkin diperkenalkan dan menikmati semua jenis makanan dan minuman sehat, sehingga ketika dewasa mereka tak akan mengikuti selera pribadi dalam hal makan dan minum tetapi mengikuti pedoman hidup sehat.

Kita semua berharap anak juga semakin kuat rohnya, tidak hanya semakin besar tubuhnya. Maka hendaknya anak-anak sedini mungkin dilatih dan dibiasakan dalam hal sopan santun dan budi pekerti luhur, sehingga kelak ia memiliki sifat-sifat budi pekerti luhur atau keutamaan-keutamaan sebagai buah roh, seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan pengusaaan diri” (Gal 5:22-23). Pembinaan atau pembiasaan penghayatan keutamaan-keutamaan ini pertama-tama dan terutama dengan atau melalui keteladanan orangtua atau bapak-ibu, maka kami berharap bapak-ibu dapat menjadi teladan hidup berbudi pekerti luhur atau dijiwai Roh Kudus bagi anak-anaknya. Keteladanan merupakan cara utama dan pertama dalam mendidik dan mendampingi anak-anak yang tak tergantikan oleh cara apapun. Kami berharap juga sekolah-sekolah yang membantu para orangtua dalam mendidik anak-anak mereka juga lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur atau cerdas spiritual, jangan hanya berlomba dalam hal kecerdasan intelektual. Selanjutnya marilah kita renungkan apa yang menjadi tugas panggilan Yohanes Pembaptis.

“Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis” (Kis 13:24)

Marilah anak-anak kita bina dan didik agar meneladan Yohanes Pembaptis, yaitu kelak mereka berseru dan mengajak semua orang untuk bertobat dan mempersembahkan atau menyucikan diri seutuhnya kepada Tuhan alias dibaptis. Dibaptis berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan sehingga mereka yang dibaptis hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan. Memang agar mereka berani dan mampu melaksanakan tugas pengutusan tersebut mereka harus tetap kuat dalam roh alias hidup dan bertindak dengan menghayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh Kudus di atas, sehingga tanpa berseru-seru kepada atau mengajak orang lain untuk bertobatpun, mereka yang melihat cara hidup dan cara bertindak anak-anak yang bersangkutan tergerak untuk bertobat. Mereka yang melihat atau hidup bersama dengan anak-anak yang baik dan berbudi pekerti luhur juga akan mendengar suara dalam hatinya “Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku” (Yes 49:1).

Kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk membuka mata dan telinga hati kita guna melihat dan mendengarkan suara Tuhan yang berbicara melalui anak-anak atau bayi atau anak yang masih berada dalam kandungan/perut ibunya. Mata dan telinga merupakan dua dari lima indera kita yang penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan kepribadian kita, karena apa yang kita lihat dan dengarkan sungguh mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Bayi, termasuk yang masih ada di dalam kandungan, dan anak-anak hemat saya lebih suci daripada kita orang dewasa, dan dalam hidup beriman hemat saya yang harus lebih dihormati dan dijunjung tinggi adalah mereka yang lebih suci, maka selayaknya kita menghormati dan menjunjung tinggi anak-anak. Tidak memperhatikan dan mendidik anak-anak dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan berarti membunuh masa depan mereka maupun menyuramkan masa tua/depan kita.

Kita berharap anak-anak kita kelak menjadi ‘bentara-bentara’ Penyelamat Dunia, pribadi-pribadi yang menyiapkan jalan bagi sesamanya untuk semakin beriman atau hidup suci atau menjadi penyalur rahmat dan kasih karunia Tuhan bagi sesamanya. Ketika anak-anak menjadi dewasa, dalam tugas dan pekerjaan apapun, kapanpun dan dimanapun, kita harapkan dapat membahagiakan atau menyelamatkan sesamanya alias fungsional menyelamatkan lingkungan hidupnya. Anak-anak adalah buah kasih yang diciptakan atau diadakan dalam kasih dan kebebasan, maka hendaknya juga didampingi dan dibesarkan dalam kasih dan kebebasan. Para orangtua atau pendidik hendaknya dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga dalam mendidik dan mendampingi anak, sebagai wujud mengasihi mereka. Mengasihi berarti juga dengan rela berani memboroskan waktu dan tenaga bagi yang dikasihi, tanpa pemborosan waktu dan tenaga kasih kurang mantap dan handal.

“Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumiliki. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku, ajaiblah apa yang Kauperbuat. Jiwaku benar-benar menyadarinya, tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.” (Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15)

24 Juni 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ

"Enyahlah dari pada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan" (Kej 16:1-12.15-16; Mzm 106:1-2.3-4a.4b-5; Mat 7:21-29)


"Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?' Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, 'Aku tidak pernah mengenal kalian! Enyahlah daripada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!" 'Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh sebab didirikan di atas wadas. Tetapi setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga robohlah rumah itu, dan hebatlah kerusakannya." Setelah Yesus mengakhiri perkataan-Nya ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti ahli-ahli Taurat mereka." (Mat 7: 21-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ada orang dengan sombong menceriterikan kemana-mana bahwa dirinya adalah anggota dewan paroki, aktivis aneka organisasi gerejani seperti Karismatik, rajin menghadiri novena serta berziarah ke tempat peziarahan Bunda Maria dan tak pernah melupakan doa Rosario setiap hari dst.. Suatu saat orang yang bersangkutan meninggal dunia dan dirinya dengan penuh keyakinan pasti naik ke sorga, hidup mulia selamanya bersama Tuhan. Ternyata ia tidak langsung naik ke sorga, maka ia protes terhadap Tuhan, katanya: " Tuhan mengapa saya tidak langsung diperkenankan masuk sorga, karena saya adalah anggota dewan paroki, aktivis organisasi gerejani, doa Rosario setiap hari, dst..". Mendengar protes tersebut, Tuhan menjawab: "Enyahlah dari padaKu kamu pembuat kejahatan! Kamu hanya manis di mulut, pandai bermain sandiwara kehidupan, banyak omong tetapi tak pernah melakukan apa yang diomongkan. Kamu tidak pernah memperhatikan anak-anak dan isterimu, kamu koruptor di kantor…dst.". Begitulah nasib orang yang bersikap mental formalistis dan liturgis. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua sebagai orang beriman atau beragama untuk lebih mengutamakan perilaku atau tindakan daripada wacana atau omongan. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk menjadi unggul dan handal dalam hal pelaksanaan aneka tata tertib, ajaran, nasihat, perintah dst.., sehingga tidak mudah jatuh karena aneka godaan atau rayuan, serta tetap tenang dan setia pada tugas, panggilan dan kewajiban dalam situasi atau kondisi sesulit dan rumit berbelit-belit apapun.

· "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau."(Kej 16:5), demikian kata Sarai kepada Abram, suaminya, yang telah menghamili Hagar, pembantunya. Abram mungkin merasa bahwa Tuhan tidak setia kepadanya, karena isterinya sudah lanjut usia belum dianugerahi anak, padahal Tuhan menjanjikan kepada-Nya akan menjadi bapa bangsa yang besar. Sarai pun merasa terhina, apalagi ia dipandang rendah oleh pembantunya yang hamil karena Abram. Sarai kiranya boleh dikatakan setia kepada janji Tuhan. Hal ini kiranya juga menjadi cermin bagi kaum laki-laki/para suami yang sering mudah tidak setia pada janji perkawinan dengan berselingkuh. Dan memang laki-laki berselingkuh sakali mungkin sulit diketahui, tetapi perempuan berselingkuh sekali akan lebih mudah diketahui, apalagi ketika perselingkuhannya berbuah dengan kehamilan dirinya. Maka baiklah kami berharap kepada rekan-rekan perempuan atau para ibu/isteri untuk meneladan Sarai yang setia pada janji Tuhan, tidak mudah menyeleweng atau bersilingkuh. Namun ketika mengetahui suami atau pasasangan hidupnya berselingkuh, hendaknya segera diingatkan atau ditegor atau didoakan agar bertobat. Kmai berharap kepada kita semua untuk senantiasa setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan, entah janji baptis, janji perkawinan, kaul, janji pegawai, sumpah jabatan dst..

"Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan Tuhan, dan memperdengarkan segala pujian kepada-Nya? Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di setiap saat! Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat. Perhatikanlah aku, demi keselamatan yang datang daripada-Mu, supaya aku melihat kebahagiaan orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama milik pusaka-Mu." (Mzm 106:1-2.3-4a.4b-5)


Romo. Ign Sumarya, SJ

23 Juni 2011

Informasi Penutupan Jalan: Sabtu, 25 Juni 2011


Informasi akan adanya penutupan jalan Slamet Riyadi mulai perempatan Solo Center Point, Purwosari hingga Balaikota Solo sekitar 3,47 kilometer. Sepanjang jalan itu, akan disterilkan dari kendaraan. Sehubungan adanya acara Solo Batik Carnival. Mulai pukul 16.00 WIB Jalan Slamet Riyadi di depan Sriwedari akan mulai steril dari kendaraan. Acara SBC dimulai jam 19.00 s/d selesai


KLIK DISINI
UNTUK MEMPERBESAR PETA

“Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Kej 15:1-12. 17-18; Mzm 105:1-2; Mat 7:15-20)


"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (Mat 7:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Kacang mongso tinggalo lanjaran”, demikian peribahasa bahasa Jawa yang maksudnya tidak lain adalah anak-anak pasti mewarisinya sikap hidup dan cara bertindak orangtuanya, dengan kata lain cara hidup dan cara bertindak orangtua dapat dikenali melalui anak-anaknya, cara hidup pemimpin atau atasan dapat dikenali melalui anggota atau bawahannya dst.. Kita semua kiranya berkehendak untuk mewariskan apa yang baik, indah, luhur dan mulia kepada anak-cucu kita, generasi penerus atau muda-mudi kita, rakyat atau bangsa kita, dst.. Maka kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat menjadi teladan hidup baik dan berbudi pekerti luhur, sehingga mempengaruhi mereka yang kena pengaruhnya. Sabda Yesus hari ini juga mengingatkan kita semua agar kita bertindak sebaik mungkin sesuai dengan kehendak Tuhan. Keunggulan keutamaan hidup beriman terletak pada tindakan bukan omongan, perilaku bukan wacana. Apa yang akan kita lakukan atau perbuat sangat tergantung pada apa yang kita pikirkan atau cita-citakan, maka marilah kita senantiasa berpikir baik, mencita-citakan apa yang baik dan berbudi pekerti luhur. Hal ini kiranya dapat kita latih atau biasakan setiap hari ketika bangun tidur di pagi hari: hendaknya begitu bangun langsung berdoa dan bersyukur kepada Tuhan bahwa masih dianugerahi kehidupan seraya mohon agar hari ini dapat hidup baik sesuai dengan kehendak-Nya, menghayati panggilan sebaik mungkin, melaksanakan tugas pekerjaan dan kewajiban seoptimal mungkin. Mungkin baik juga di pagi hari langsung berkata dengan mantap “Success in my life”, sebagaimana dicanangkan oleh Andrie Wongso, promotor Indonesia. Kita semua juga dipanggil untuk cermat dalam memilah dan memilih aneka tawaran yang disampaikan kepada kita, dan hendaknya memilih apa-apa yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan jiwa manusia.

· "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat” (Kej 15:18), demikian firman Allah kepada Abram. Yang harus menjadi tugas dan kewajiban berat dan mulia adalah Abram, namun yang menikmati hasilnya adalah keturunannya, itulah isi firman Allah kepada Abram. Firman ini kiranya baik menjadi bahan permenungan bagi para pemimpin, orangtua, guru atau pendamping. Marilah kita laksanakan panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban kita dengan sungguh-sungguh, pengorbanan dan kerja keras; mungkin kita tidak akan langsung menikmati hasilnya, melainkan mereka yang kita layanilah yang akan menikmati hasilnya. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk dengan sungguh-sungguh, dengan pengorbanan dan kerja keras mewariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan bagi anak-anaknya alias hendaknya dalam mendidik atau mendampingi anak-anak yang menjadi tujuan utama dan pertama-tama adalah agar anak tumbuh berkembang menjadi pribadi baik, dan hal ini hendaknya juga diteruskan dan diperdalam di sekolah-sekolah. Mendidik atau mendampingi anak-anak atau peserta didik untuk menjadi pribadi baik memang lebih sulit daripada menjadi pribadi pintar; mendidik agar anak cerdas secara spiritual lebih sulit dan berat daripada agar anak cerdas secara intelektual. Pengalaman menunjukkan bahwa ketika orangtua atau guru/pendidik lebih mengutamakan atau mengedepankan pentingnya pendidik nilai atau budi pekerti, maka anak-anak atau peserta didik dalam perjalanan tugas belajar berikutnya akan sukses, melebihi apa yang telah dicapai sebelumnya. Anak-anak atau peserta didik hendaknya dibekali sikap mental ‘climber’ (pemanjat), yang berarti terus menerus meningkatkan dan memperdalam kemampuan, kepribadian dan keterampilannya sampai mati atau dipanggil Tuhan.

“Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa. Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib” (Mzm 105:1-2)

Romo Ign Sumarya, SJ


22 Juni 2011

22 Juni: St Thomas Moore dan St Yohanes Fisher, Martir

Santo Thomas Moore, Martir

Thomas Moore adalah martir Inggris, negarawan dan pengacara terkenal. Ia menjadi lambang kebanggaan para pengacara. Ia lahir di London pada tanggal 6 Februari 1478. Ayahnya Sir John Moore adalah seorang pengacara dan hakim pada mahkamah Kerajaan. Ibunya Agnes Granger adalah seorang ibu yang saleh. Ketika memasuki usia remaja. Thomas memulai pendidikannya di Sekolah Santo Antonius di London. Kira-kira pada tahun 1490, ia menjadi pelayan Kardinal John Morton, Uskup Agung Carterbury. Disana ia mendapat pelajaran bahasa Yunani di bawah bimbingan William Grocyn. Setelah itu ia memasuki pendidikan dalam bidang hukum di London. Setelah menyelesaikan studi hukum itu, ia menjadi anggota Parlemen pada tahun 1504.

Minatnya pada sastra klasik sangat besar. Oleh karena itu ia belajar lagi karya-karya sastra klasik dari Aristoteles dalam bahasa Yunani. Selain mahir dalam bahasa Yunani, Thomas pun mahir berbahasa Latin dan Prancis, serta ahli di bidang sejarah, ilmu pasti dan musik. Keahlian-keahlian ini membuat dia menjadi seorang pengacara yang populer tetapi juga orang yang ragu-ragu akan panggilan imamat yang sudah lama bergolak di dalam batinnya.

Atas nasehat Pastor John Colet, pembimbing rohaninya, Thomas akhirnya mengambil keputusan untuk tetap menjadi awan Katolik yang berkecimpung dalam bidang politik. Ia kemudian menikah dengan Jane Colt pada tahun 1505. Tuhan mengaruniakan kepadanya tiga orang puteri dan seorang putra. Sepeninggal istrinya Jane Colt pada tahun 1511, Thomas menikah lagi dengan Alice Maddleton seorang janda.

Thomas benar-benar seorang awam Katolik yang beriman. Hidupnya sangat sederhana. Ia tidak pernah menerima uang semir untuk semua perkara yang ditanganinya. Ia bahkan berhasil memberantas korupsi dan kemalasan dalam kantor Pengadilan Kerajaan. Sampai akhir hidupnya, ia tetap setia menjalankan tapa, doa dan renungan setiap hari.

Seluruh anggota keluarganya setiap pagi diajaknya berdoa pagi dan malam. Pada waktu makan siang, mereka mendengarkan bacaan Kitab Suci atau riwayat orang-orang Kudus. Dia sendiri setiap hari Jumat merenungkan sengsara Tuhan serta berbuat amal kepada orang-orang yang berkesusahan.

Keahliannya di bidang hukum dan sastra membuat dia dikenal banyak orang hingga di luar negeri. Rumahnya ramai dikunjungi orang dan menjadi tempat pertemuan para ilmuwan dan seniman dari berbagai negara. Rakyat jelata sangat menyegani dan menghormatinya. Oleh karena itu, demi keberhasilan usahanya untuk memisahkan gereja Inggris dari pengaruh Roma, Raja Henry VIII mengangkat dia menjadi Kanselir Kerajaan. Demi menunjukkan kepatuhan kepada raja, Thomas menerima tugas ini. Tetapi tiga tahun kemudian ia mengundurkan diri sebagai protes terhadap tindakan Raja Henry VIII yang ingin kawin lagi secara tidak sah dan ingin mengangkat dirinya sebagai kepala Gereja di Inggris. Ia mengasingkan diri ke pedalaman. Karena tidak menghadiri perkawinan raja dengan selirnya maka Thomas ditangkap. Namun beberapa hari berikutnya ia dibebaskan lagi. Ia dipanggil untuk mengucapkan sumpah setia kepada raja dan semua tindakannya, terutama sumpah untuk mengakui raja sebagai Kepala Gereja di Inggris. Ia bersama Uskup John Fischer menolak untuk bersumpah.

Bersama Uskup John Fischer, Thomas dipenjarakan lagi. Harta milik keluaganya disita. Keluarganya sangat menderita karena peristiwa itu. Mereka meminta Thomas agar mengikuti saja kehendak raja seperti dilakukan banyak Uskup. Tetapi Thomas menolak permintaan keluarganya itu dan tidak mau ikut bermain sandiwara. Ia dengan setia mengikuti bisikan suara hati dan keyakinannya.

Atas pertanyaan hakim: “Apakah engkau menganggap dirimu lebih bijaksana dan jujur daripada uskup-uskup dan pembesar-pembesar kerajaan ini?”, Thomas dengan tegas menjawab: “Meski uskup-uskup tidak sependapat dengan aku, ada ratusan orang kudus yang mendukung aku; meski parlemenmu tidak sependapat dengan aku, aku didukung oleh konsili-konsili umum yang telah berkali-kali diadakan; meski seluruh kerajaan tidak sependapat dengan aku, seluruh kerajaan Kristen sependapat dengan aku.”

Karena ketegasan dan pendiriannya itu, kepalanya dipenggal pada tanggal 6 Juli 1535. Ia mati sebagai seorang martir, seorang awam Katolik yang beriman kokoh.

Santo Yohanes Fischer, Uskup dan Martir

Yohanes Fischer adalah sahabat karib Thomas Moore dan Erasmus. Ia lahir di Barverley, Yorkshire pada tahun 1469 sebagai putera bungsu Robert dan Agnes Fischer.
Pada usia 14 tahun ia disekolahkan di Cambridge sampai memperoleh gelar Bakaleureat pada tahun 1487 dan gelar Master pada tahun 1491. Pada tahun itu juga a ditabhiskan menjadi imam dalam usia 22 tahun. Kariernya terus meningkat dalam berbagai jabatan penting yang dipercayakan kepadanya: wakil kanselir, pembimbing rohani lady Margareth Beaufort, ibu dari Raja Henry VIII dan usaha-usaha dalam bidang pendidikan. Ia berhasil membujuk Lady Margareth untuk mendukung usaha raja Henry dalam memajukan pendidikan. Ia mendirikan ‘Kolose Kristus’ dan dengan bantuan dana dari Lady Margareth ia mendirikan ‘Kolose Santo Yohanes’ di Cambridge. Masih banyak lagi usaha lain yang ia kerjakan demi pelayanannya kepada umat.

Pada usia 35 tahun, ia diangkat menjadi Uskup Bochester. Ia dikenal luas sebagai pengkhotbah ulung dan sebagai seorang uskup yang rajin dan bijaksana dalam rencana-rencananya. Sebagai orang yang cakap dalam ilmu keTuhanan, ia menulis beberapa buku antara lain tentang Sakramen Ekaristi (1527). Bahan-bahan khotbahnya sangat banyak diterbitkan.

Semua keberhasilannya demi perlayanan kepada umat dicapainya dengan banyak pengorbanan. Pada tahun 1529 tatkala ia menjabat sebagai penasehat Katrina dari Aragon, ia dengan tegas menentang kebejatan Raja Henry VIII, karena memperkosa Katrina. Karena itu ia dimusuhi oleh raja. Kecuali itu, ia berusaha keras untuk menggagalkan keinginan raja Henry VIII untuk menjadi kepala Gereja di Inggris. Selama itu hidupnya terus dibayang-bayangi ancaman kematian. Dua kali ia ditangkap dan dipenjarakan. Meski demikian ia tetap teguh pada pendirian dan imannya. Sementara mendekam di dalam penjara, Paus mengangkatnya menjadi Kardinal.

Pengangkatan itu semakin memperhebat kemarahan Raja Henry, yang memuncak pada pembunuhan atas dirinya secara mengerikan. Pada tanggal 22 Juni 1535, ia dijatuhi hukuman mati penggal kepala. Ia dengan gagah berani menghadapi ajalnya demi umat, kebenaran dan Kristus. Ia, seorang sarjana terkenal, ahli perpustakaan, dan seorang uskup yang membaktikan diri sepenuhnya bagi kesejahteraan rohani umatnya. Pada tahun 1935, ia dinyatakan sebagai santo.

Tentang St. Yohanes Fisher baca: http://santoantonius.blogspot.com/2011/05/yohanes-john-fisher-kardinal-yang.html

www.imankatolik.or.id

21 Juni: Pw. St. Aloysius Gonzaga, Biarawan dan Pengaku Iman

Aloysius Gonzaga, yang biasanya dipanggil Luigi, lahir di Castiglione delle Stiviert, Italia Utara pada tanggal 9 Maret 1568. Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan yang berkuasa dan kaya raya. Ketika berumur 9 tahun, putera tertua dari Marchese Ferrante ini mengikuti pendidikan di istana keluarga Fransesco de Medici di Florence.

Selama berada di istana de Medici, ia mulai menyadari panggilan ilahi dalam dirinya. Ia tahu apa yang nanti akan terjadi atas dirinya. Hidup asusila yang mewarnai cara hidup orang-orang istana sangat memuakkan hatinya. Ia merasa terancam oleh cara hidup istana itu. Untuk melindungi dirinya dari bahaya-bahaya itu, ia terus berdoa memohon perlindungan dari Tuhan. Dalam situasi ini ia dengan berani mengikrarkan kaul kemurnian hidup dan berjanji akan menjaga kesucian dirinya. Kaul ini diikrarkannya selagi berusia 10 tahun (1578). Di kemudian hari, ia sendiri mengatakan bahwa ia telah memutuskan menjalani kehidupan religius pada umur 7 tahun. Pada tahun 1580, ia menerima Komuni Kudus pertama dari Uskup Agung Milan, Karolus Borromeus.

Kemudian pada tahun 1581, ia bersama Maria dari Austria pergi ke Spanyol. Ia tinggal selama tiga tahun di istana Yakobus, putera raja Philip II di Madrid. Disinilah ia memutuskan untuk masuk Serikat Yesus. Untuk itu ia segera kembali ke Italia pada tahun 1584 untuk menyampaikan niatnya kepada orang-tuanya. Ayahnya menolak dengan tegas keinginan anaknya. Aloysius diharuskan tetap mempertahankan gelar kebangsawanan dan harta benda warisannya. Segera ia mengalihkan semua haknya dan harta warisannya kepada saudaranya yang lebih muda. Ayahnya tidak berdaya menghadapi anaknya ini. Akhirnya Aloysius masuk novisiat Serikat Yesus di biara Santo Andreas di Roma. Ia diterima oleh Pater General Serikat Yesus, Claudius Acquaviva. Setelah menyelesaikan tahun novisiatnya, ia diperkenankan mengucapkan kaul pertama.

Prestasinya yang tinggi dalam pelajaran ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu pengetahuan lainnya memperkenankan dia memulai studi Teologi di Kolose Roma. Ia ternyata sangat mampu mengikuti kuliah Teologi. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belaskasihannya, kerendahan hatinya dan ketaatannya. Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya.

Pada usia 23 tahun, ketika terlibat aktif dalam perawatan orang-orang sakit korban wabah pes di Roma, ia sendiri terserang penyakit berbahaya itu. Akhirnya ia meninggal setelah tiga bulan menderita, pada tanggal 21 Juni 1591, hari terakhir Oktaf Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Ia dikuburkan di Annunziata dekat Kolose Roma. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Gereja Santo Ignatius.

Sumber: www.imankatolik.or.id

"Masuklah melalui pintu yang sesak itu" ( Kej 13:2,5-18; Mzm 15:2-3ab,3cd-4ab,5; Mat 7:6,12-14)


"Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Mat 7:6.12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Aloysius Gonzaga, biarawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pada masa yang ditandai dengan kecepatan perkembangan dan pertumbuhan teknologi saat ini ada kecenderungan orang untuk melakukan segala sesuatu secepat mungkin, karena ada motto "siapa cepat dapat, siapa terlambat tersesat". Memang kalau hal itu dikenakan dalam mengikuti perkembangan teknologi benar adanya, tetapi jika dikenakan dalam kehidupan lainnya malapetaka buahnya, misalnya ada muda-mudi yang ingin cepat-cepat menikmati gairah seksual dengan hubungan seksual, ada pelajar atau mahasiswa ingin cepat-cepat lulus dan untuk itu "membeli nilai", ada orang ingin cepat kaya dengan korupsi, dst¦Mereka berusaha menempuh jalan bebas hambatan, menuju ke kenikmatan sesaat, yang berakhir dengan malapetaka atau celaka. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup dan bertindak mengikuti proses yang benar, sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya", demikian sabda Yesus. Sabda Yesus ini kiranya menjiwai motto UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga, yaitu "learning to learn, learning to be, learning to do, learning to live together". Semangat belajar terus-menerus melalui proses benar dan baik, itulah yang harus kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Secara khusus kami berharap kepada rekan muda-mudi, siswa-siswi/pelajar maupun mahasiswa-mahasiswi untuk dengan semangat belajar mengkuti proses kehidupan. Para siswa-siswi/pelajar dan mahasiswa-mahasiswi hendaknya dalam belajar lebih mengutamakan agar terampil belajar. Rekan muda-mudi kami harapkan dalam bergaul lebih diutamakan agar terampil bergaul. Jauhkan semangat atau budaya instant alias cepat-cepat atau tergesa-gesa. Ikuti dan telusuri proses kehidupan dengan sabar, tekun, matiaraga, pengorbanan dan perjuangan, sesuai dengan kehendak Tuhan. Santo Aloysius Gonzaga yang kita kenangkan hari ini kiranya dapat menjadi teladan bagi generasi muda dalam mengkuti proses pembelajaran kehidupan.

· "Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." (Kej 13:7), demikian firman Tuhan kepada Abram. Baiklah firman Tuhan kepada Abram ini kita jadikan bahan permenungan atau refleksi kita bersama sebagai umat beriman. Kita semua memiliki cita-cita, dambaan atau harapan untuk hidup bahagia, damai sejahtera, sehat wal'afiat lahir maupun batin; maka baiklah kita jalani dengan baik, benar dan tekun segala sesuatu yang harus kita lalui agar kita dapat hidup bahagia, damai sejahtera, sehat wal'afiat. Di dalam kehidupan dan kerja bersama ada aneka tata tertib yang harus kita lakukan atau hayati, ada petunjuk atau arahan praktis yang sering disampaikan kepada kita, maka hendaknya semuanya itu kita hayati secara utuh. Semangat yang menjiwai semua tata tertib hemat kami adalah cintakasih, dengan harapan atau sasaran agar siapapun yang menghayati tata tertib tersebut kemudian dapat hidup saling mengasihi. Kasih sungguh panjang, lebar, dalam dan luas alias tak terbatas, dan kita semua dipanggil untuk saling mengasihi sampai mati. Karena begitu panjang, lebar, dalam dan luas cintakasih, maka kiranya tidak ada orang di dunia ini yang secara sempurna dalam saling mengasihi, kita semua serba terbatas. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk saling mengasihi dengan rendah hati, yang secara konkret pada masa kini kiranya perlu diperdalam dan ditingkatkan sikap hidup yang senantiasa siap sedia untuk dikasihi. Dikasihi berarti antara dituntun, dibimbing, dibina, dididik, dst.. termasuk juga ditegor, dikritik, dimarahi, dilecehkan dst.. Siap sedia dikasihi itulah yang hendaknya kita hayati dan sebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

"Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya." (Mzm 15:1-3)



Romo Ign Sumarya, SJ

21 Juni 2011

"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu?." (Kej 12:1-9; Mzm 33:12-13,18-19,20,22; Mat 7:1-5)


"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Mat 7:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan di bawah ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Saling menuduh dan mencari atau mengangkat kekurangan dan kesalahan orang lain itulah yang terjadi di dalam proses pengadilan, yang sungguh melelahkan serta memboroskan waktu dan tenaga cukup banyak. Untuk menjaga dan meneguhkan wibawa pribadi, pemimpin, atasan, guru atau orangtua juga lebih senang melihat kelemahan dan kekurangan anggota, bawahan, peserta didik atau anak-anaknya. Itulah sikap hidup dan cara bertindak orang munafik. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk tidak saling menuduh dan menyalahkan, melainkan saling menyadari dan menghayati kesalahan dan kekurangan diri sendiri seraya menyadari dan menghayati kelebihan dan kekuatan orang lain. Dengan kata lain kita dipanggil untuk senantiasa berpikiran positif terhadap orang lain, "positive thinking", yang berarti hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus. Kami percaya dalam diri kita dan sesama kita lebih banyak kebaikan daripada kejahatan, kekuatan daripada kelemahan, kelebihan daripada kekurangan, maka marilah kita saling melihat dan menghayati kebaikan, kekuatan dan kelebihan kita masing-masing, agar hidup bersama kita sungguh dalam damai sejahtera, dalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Hendaknya hidup bersama jangan seperti proses pengadilan yang melelahkan dan memboroskan waktu serta tenaga tiada guna. Kami berharap juga di dalam pengadilan mereka yang bersalah segera atau secepat mungkin dengan jujur dan terbuka mengakui kesalahan dan kekurangannya, sehingga proses pengadilan berlangsung cepat dan membahagiakan. Sungguh melelahkan dan memuakkan bahwa di kalangan wakil rakyat pun juga terjadi saling menyalahkan dan menjegal demi keuntungan organisasi atau kelompoknya serta kurang atau tidak pernah memikirkan dan memperjuangkan rakyat yang diwakilinya. Sebagai wakil rakyat hendaknya mendengarkan dambaan, kerinduan dan harapan rakyat, yang tidak lain adalah ketua anda.

· "Pergilah dari negerimu dan sanak-saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu mashyur, dan engkau akan menjadi berkat" (Kej 12:1-2), demikian firman Allah kepada Abram. Abram pun mentaati dan melaksanakan firman Allah tersebut dengan jiwa besar dan hati rela berkorban. Firman Allah kepada Abram tersebut bagi kita semua masa kini kiranya dapat kita hayati dengan meninggalkan atau mengesampingkan kepentingan pribadi dan lebih mengutamakan atau mengedepankan kepentingan orang lain atau umum atau bersama. Dengan kata lain kita diajak untuk hidup social, tidak egois. Hendaknya kita tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti keinginan atau kepentingan pribadi, melainkan marilah kita taati dan laksanakan aneka tata tertib hidup bersama demi kebahagiaan dan keselamatan bersama. Dengan kata lain marilah kita setia pada panggilan, tugas pengutusan dan kewajiban kita masing-masing. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" ( Prof Dr Edy Sedyawati/ edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 24). Orang yang setia pada panggilan, tugas dan kewajiban pasti akan menjadi berkat bagi orang lain atau sesamanya, dimanapun berada atau kemanapun pergi. Hidup dalam kesetiaan memang harus disertai pengharapan, yang menjadi nyata dalam kegairahan dan semangat hidup meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Sebagai orang beriman kita adalah keturunan Abram, maka marilah meneladan Abram yang taat dan setia kepada perintah Allah.

"Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah Tuhan, suku bangsa yang dipilihNya menjadi milikNya sendiri. Tuhan memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia. Sesungguhnya, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setiaNya, untuk melepaskan mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan." (Mzm 33:12-13.18-19)

Romo Ign Sumarya, SJ


20 Juni 2011