“Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia” (Luk 1:28-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Setelah Elisabeth menerima kasih karunia Allah, pada hari ini kita diajak mengenangkan SP Maria yang “beroleh kasih karunia Allah” untuk menjadi ibu Penyelamat Dunia, yang kita nantikan kedatangan-Nya. Menanggapi kasih karunia atau panggilan Allah untuk menjadi ibu Penyelamat Dunia, Maria menjawab “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita juga telah menerima kasih karunia atau rahmat Allah secara melimpah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan atau mengasihi kita dengan berbagai cara dan bentuk. Hendaknya disadari dan dihayati bahwa aneka macam sapaan, perlakuan, sentuhan dari saudara-saudari kita sungguh merupakan kasih karunia Allah kepada kita yang lemah, rapuh dan berdosa. Maka selayaknya kita juga meneladan Maria yang rendah hati dan taat dalam menanggapi kasih karunia Allah, antara lain secara konkret hidup saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk meneladan SP Maria, yang menyatakan dan menghayati diri sebagai hamba Tuhan dan senantiasa melaksanakan kehendak Tuhan dalam hidup sehari-hari. Kehendak Tuhan antara lain menggejala dalam diri orang-orang yang berkehendak baik, maka marilah kita dengan rendah hati mendengarkan suara, nasihat, kritik, saran dst..dari saudara-saudari kita yang berkehendak baik, dan selanjutnya kita hayati atau laksanakan. Kita sikapi dan hayati semua yang berasal dari saudara-saudari kita yang berkehendak baik sebagai kasih karunia Tuhan Allah kepada kita manusia yang lemah, rapuh dan berdosa ini.
· “Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes 7:14), demikian kata ramalan nabi Yesaya perihal kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia telah lama dijanjikan oleh Allah kepada umat manusia yang percaya kepada-Nya, dan setiap kali hal itu diingatkan atau diangkat kembali oleh para nabi, yang mempersiapkan umatnya atau bangsanya dalam rangka menyambut kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Sejak memasuki masa Adven kita juga diajak dan diingatkan untuk mempersiapkan diri dalam rangka merayakan Natal, Pesta kelahiran Penyelamat Dunia. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan anda sekalian: sudah sungguh siapkah kita merayakan Natal, Kelahiran Penyelamat Dunia, Pembawa Damai Sejahtera, persaudaraan dan persahabatan sejati? Dengan kata lain apakah dari pihak kita sendiri juga telah mengusahakan dan membangun persaudaraan dan persahabatan sejati antar kita dalam hidup dan kerja bersama kapan pun dan dimana pun? Yang akan kita sambut juga akan dinamai Imanuel, yang berarti Allah beserta atau menyertai kita. Benarkah dan siapkah kita disertai Allah dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, sehingga mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, yang menghayati diri sebagai hamba-hamba Allah dan senantiasa mengusahakan damai sejahtera dalam cara hidup dan cara bertindak?
“TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan” (Mzm 24:1-4b)
Selasa, 20 Desember 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Setelah Elisabeth menerima kasih karunia Allah, pada hari ini kita diajak mengenangkan SP Maria yang “beroleh kasih karunia Allah” untuk menjadi ibu Penyelamat Dunia, yang kita nantikan kedatangan-Nya. Menanggapi kasih karunia atau panggilan Allah untuk menjadi ibu Penyelamat Dunia, Maria menjawab “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita juga telah menerima kasih karunia atau rahmat Allah secara melimpah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan atau mengasihi kita dengan berbagai cara dan bentuk. Hendaknya disadari dan dihayati bahwa aneka macam sapaan, perlakuan, sentuhan dari saudara-saudari kita sungguh merupakan kasih karunia Allah kepada kita yang lemah, rapuh dan berdosa. Maka selayaknya kita juga meneladan Maria yang rendah hati dan taat dalam menanggapi kasih karunia Allah, antara lain secara konkret hidup saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk meneladan SP Maria, yang menyatakan dan menghayati diri sebagai hamba Tuhan dan senantiasa melaksanakan kehendak Tuhan dalam hidup sehari-hari. Kehendak Tuhan antara lain menggejala dalam diri orang-orang yang berkehendak baik, maka marilah kita dengan rendah hati mendengarkan suara, nasihat, kritik, saran dst..dari saudara-saudari kita yang berkehendak baik, dan selanjutnya kita hayati atau laksanakan. Kita sikapi dan hayati semua yang berasal dari saudara-saudari kita yang berkehendak baik sebagai kasih karunia Tuhan Allah kepada kita manusia yang lemah, rapuh dan berdosa ini.
· “Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes 7:14), demikian kata ramalan nabi Yesaya perihal kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia telah lama dijanjikan oleh Allah kepada umat manusia yang percaya kepada-Nya, dan setiap kali hal itu diingatkan atau diangkat kembali oleh para nabi, yang mempersiapkan umatnya atau bangsanya dalam rangka menyambut kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Sejak memasuki masa Adven kita juga diajak dan diingatkan untuk mempersiapkan diri dalam rangka merayakan Natal, Pesta kelahiran Penyelamat Dunia. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan anda sekalian: sudah sungguh siapkah kita merayakan Natal, Kelahiran Penyelamat Dunia, Pembawa Damai Sejahtera, persaudaraan dan persahabatan sejati? Dengan kata lain apakah dari pihak kita sendiri juga telah mengusahakan dan membangun persaudaraan dan persahabatan sejati antar kita dalam hidup dan kerja bersama kapan pun dan dimana pun? Yang akan kita sambut juga akan dinamai Imanuel, yang berarti Allah beserta atau menyertai kita. Benarkah dan siapkah kita disertai Allah dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, sehingga mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, yang menghayati diri sebagai hamba-hamba Allah dan senantiasa mengusahakan damai sejahtera dalam cara hidup dan cara bertindak?
“TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan” (Mzm 24:1-4b)
Selasa, 20 Desember 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ