"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh 15:9-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan St Filipus Neri, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil senantiasa ‘tinggal di dalam kasih-Nya’. Tinggal di dalam kasih-Nya berarti meneladan Dia yang senantiasa menuruti perintah Bapa yang mengutusNya, dengan kata lain marilah kita mawas diri perihal keutamaan ketaatan. Pasangan ketaatan adalah kerendahan hati, yang bagaikan mata uang bermuka dua yang dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Berrefleksi perihal ketaatan dan kerendahan hati kita dapat mengamati anggota-anggota tubuh kita yang rendah hati dan taat satu sama lain serta masing-masing anggota berfungsi secara optimal dalam fungsi atau tempat masing-masing. Kami berharap kepada rekan-rekan imam dapat menjadi teladan dalam hal ketaatan dan kerendahan hati, meneladan St Filipus Neri, yang kita kenangkan hari ini. Anggota tubuh kita yang kelihatan dan yang paling taat dan rendah hati hemat saya adalah ‘leher’, yang siap sedia menjadi penyalur jujur dan rendah hati serta tak pernah menyakiti anggota tubuh yang lain. Sukacita atau kebahagiaan sejati leher adalah ketika ia fungsional sebagai penyalur (makanan, minuman dan udara), maka kita semua diharapkan hidup dan bertindak bagaikan ‘leher’ dalam kehidupan bersama. Keutamaan ketaatan hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang hidup dan bertindak lebih mengikuti selera dan keinginan pribadi dan kurang taat pada aneka tata tertib yang terkait dengan hidup dan tugas pengutusan atau panggilannya. Salah satu bentuk dari ketaatan adalah tidak melakukan korupsi sedikitpun, sebagaimana masih dilakukan oleh banyak orang, khususnya para pejabat pada masa kini di negeri tercinta ini.
· “Aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah” (Kis 15:19), demikian kata Yakobus, salah satu penatua di Yerusalem, dalam pertemuan bersama. Pertemuan ini boleh dikatakan sebagai konsili pertama kali dalam paguyuban Umat Allah yang beriman kepada Yesus Kristus. Suatu pendapat atau usul bagus sekali untuk diterima dan dilaksanakan, dan memang akhirnya usul atau pendapat tersebut diterima dan dilaksanakan. “Tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah”, inilah hendaknya yang harus kita renungkan dan hayati. Memang hal ini hemat saya lebih terarah kepada para pemuka Umat Allah, seperti para pengurus stasi, paroki maupun para pastor paroki beserta para pembantunya yang pada umumnya langsung berhadapan dengan umat Allah dan warga masyarakat. Fungsi anda adalah sebagai fasilitator, yang berarti mempermudah dan memperlancar, maka hendaknya jangan menimbulkan kesulitan bagi umat atau warga masyarakat yang berkehendak baik untuk berpartisipasi dalam tugas pengutusan maupun bertobat. Aneka tata tertib yang dibuat dan diberlakukan hendaknya lebih bersifat mempermudah dan memperlancar bukan mempersulit dan menghambat. Dengan kata lain kami berharap para tokoh yang berpengaruh dalam paguyuban umat Allah untuk berjiwa pastoral sebagai gembala baik, sehingga bijak dalam mengambil keputusan maupun memberi arahan. Cinta bijaksana itulah yang hendaknya menjiwai cara hidup dan cara bertindak mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama Umat Allah. Semoga mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama Umat Allah tidak menimbulkan kesulitan bagi mereka yang akan bertobat atau berbalik kepada Allah.
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa.” (Mzm 96:1-3)
26 Mei 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan St Filipus Neri, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil senantiasa ‘tinggal di dalam kasih-Nya’. Tinggal di dalam kasih-Nya berarti meneladan Dia yang senantiasa menuruti perintah Bapa yang mengutusNya, dengan kata lain marilah kita mawas diri perihal keutamaan ketaatan. Pasangan ketaatan adalah kerendahan hati, yang bagaikan mata uang bermuka dua yang dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Berrefleksi perihal ketaatan dan kerendahan hati kita dapat mengamati anggota-anggota tubuh kita yang rendah hati dan taat satu sama lain serta masing-masing anggota berfungsi secara optimal dalam fungsi atau tempat masing-masing. Kami berharap kepada rekan-rekan imam dapat menjadi teladan dalam hal ketaatan dan kerendahan hati, meneladan St Filipus Neri, yang kita kenangkan hari ini. Anggota tubuh kita yang kelihatan dan yang paling taat dan rendah hati hemat saya adalah ‘leher’, yang siap sedia menjadi penyalur jujur dan rendah hati serta tak pernah menyakiti anggota tubuh yang lain. Sukacita atau kebahagiaan sejati leher adalah ketika ia fungsional sebagai penyalur (makanan, minuman dan udara), maka kita semua diharapkan hidup dan bertindak bagaikan ‘leher’ dalam kehidupan bersama. Keutamaan ketaatan hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang hidup dan bertindak lebih mengikuti selera dan keinginan pribadi dan kurang taat pada aneka tata tertib yang terkait dengan hidup dan tugas pengutusan atau panggilannya. Salah satu bentuk dari ketaatan adalah tidak melakukan korupsi sedikitpun, sebagaimana masih dilakukan oleh banyak orang, khususnya para pejabat pada masa kini di negeri tercinta ini.
· “Aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah” (Kis 15:19), demikian kata Yakobus, salah satu penatua di Yerusalem, dalam pertemuan bersama. Pertemuan ini boleh dikatakan sebagai konsili pertama kali dalam paguyuban Umat Allah yang beriman kepada Yesus Kristus. Suatu pendapat atau usul bagus sekali untuk diterima dan dilaksanakan, dan memang akhirnya usul atau pendapat tersebut diterima dan dilaksanakan. “Tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah”, inilah hendaknya yang harus kita renungkan dan hayati. Memang hal ini hemat saya lebih terarah kepada para pemuka Umat Allah, seperti para pengurus stasi, paroki maupun para pastor paroki beserta para pembantunya yang pada umumnya langsung berhadapan dengan umat Allah dan warga masyarakat. Fungsi anda adalah sebagai fasilitator, yang berarti mempermudah dan memperlancar, maka hendaknya jangan menimbulkan kesulitan bagi umat atau warga masyarakat yang berkehendak baik untuk berpartisipasi dalam tugas pengutusan maupun bertobat. Aneka tata tertib yang dibuat dan diberlakukan hendaknya lebih bersifat mempermudah dan memperlancar bukan mempersulit dan menghambat. Dengan kata lain kami berharap para tokoh yang berpengaruh dalam paguyuban umat Allah untuk berjiwa pastoral sebagai gembala baik, sehingga bijak dalam mengambil keputusan maupun memberi arahan. Cinta bijaksana itulah yang hendaknya menjiwai cara hidup dan cara bertindak mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama Umat Allah. Semoga mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama Umat Allah tidak menimbulkan kesulitan bagi mereka yang akan bertobat atau berbalik kepada Allah.
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa.” (Mzm 96:1-3)
26 Mei 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ