
Spiritualitas Pertobatan
Mgr. Hubertus Leteng
14 x 21 cm; 224 hlm
Harga buku: Rp 37.500,-
Sebentar lagi kita memasuki masa adven. Masa penantian akan kelahiran Sang Kristus. Masa yang diisi dengan sikap tapa dan pertobatan. memeriksa batin kita dan merenungi segala dosa yang telah kita perbuat selama ini. Masa dimana antrean panjang tampak di depan kamar pengakuan. Sehingga dengan guyon bisa dibilang sedang musim pengakuan dosa .
Kita disadarkan bahwa pertobatan adalah jalan masuk menuju Kerajaan Allah, maka kita akan berlomba-lomba untuk tiba di kamar pengakuan. Akibatnya sang pastor akan kewalahan melayani permintaan umatnya.
Namun, Kerajaan Allah tak berjalan secara otomatis laksana mesin. Ia bukan hanya sekadar cita-cita umat beriman. Tetapi, harus diperjuangkan sepanjang hidup manusia. Sama dengan pertobatan, yang merupakan pergulatan tanpa batas dalam kehidupan manusia.
Buku ini merupakan goresan pena dan hasil permenungan Uskup Ruteng yang baru, Mgr Hubertus Leteng Pr. yang diluncurkan bertepatan dengan acara Tahbisan Uskup Dioses Ruteng, 14 April 2010.
Wajah dosa
Dalam buku ini kita akan menemukan hal-hal baru, yang selama mi mungkin belum terpikirkan. Kita diajak memahami spiritualitas pertobatan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pemahaman itu dapat menuntun kita pada penghayatan yang lebih mendalam karena dalam setiap bab, kita menimba inspirasi dari Kitab Suci.
Bahasa yang disajikan mudah dicerna, sehingga tak membosankan. Ulasan-ulasan diwarnai dengan dialog-dialog singkat yang menjiwai spiritualitas dan membawa kita masuk lebih jauh ke dalam permenungan.
Manusia yang berproses kerap mendapat cobaan dan godaan yang datang dan luar maupun dalam dirinya. Namun, cobaan terbesar justru datang dari dalam diri sendiri. Kita kerap mendengar nasihat, “Kalahkan din Anda sendiri!” Atau kita juga kerap mendengar, “Jika kita mampu mengalahkan diri sendiri, kita juga mengalahkan dunia!”
Tetapi, mengapa manusia kerap jatuh dalam dosa? Mgr Hubertus Leteng menyatakan, karena manusia Iemah, manusia mudah tergoda dan tertarik dengan tawaran-tawaran yang menggiurkan. Wajah dosa sela!u tampi! mempesona, menarik, dan menawan. Rayuannya maut. Daging dosa itu lembut, halus, empuk, dan enak. Dosa sangat mudah membuat manusia tergiur. Padahal, dosa yang berwajah manis justru menuntun manusia ke arah kematian. Dosa melahirkan ketakutan dan kematian. Laksana tumbuhan; dosa tumbuh dengan cepat jika disirami. Dan jika tidak segera ditebang, pohon dosa akan menghasilkan buah-buah dosa yang berlipat ganda.
Maka, manusia tak bisa mengandalkan kekuatan diri sendini. Untuk bertobat, ia membutuhkan rahmat Allah yang mampu membalikkan hatinya kepada-Nya. Hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan Kristus, “Di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Saat bertobat, manusia berarti memilih Tuhan. Maka, ia kembali kepada Tuhan dan tidak lagi berpaling kepada setan. Sebagai pengikut Kristus, titik tolak manusia hanya kepada Dia yang telah bangkit dan dimulyakan.
Spiritualitas Kebangkitan
Peristiwa kebangkitan Kristus telah memerdekakan dan membebaskan manusia dari belenggu dan keinginan duniawi. Spiritualitas kebangkitan adalah semangat yang hidup, berkobar-kobar, yang mengandung kesetiaan dan ketekunan, keteguhan dan keuletan dalam setiap perjuangan, sehingga manusia tidak mudah pesimis, putus asa, dan kecewa dengan pengalaman pahit dan penderitaan hidup.
Lewat tuntunan Roh Kudus yang memberi rahmat penyesalan dan pertobatan, manusia dibimbing agar Tuhan memimpin, meraja dan menguasai dalam hidupnya. Dalam bimbingan Roh Kudus manusia tak akan mudah tergoda dalam bujuk rayu setan dan terperosok dalam perangkap dosa.
Pertobatan adalah jalan masuk menuju Kerajaan Allah. Karena dengan bertobat, manusia membuka kembali hubungan denganNya. Salah satu upaya pertobatan adalah dengan berpuasa agar manusia dapat memperbaiki dan membangun hidup yang lebih balk. Lewat berpuasa, manusia menjadi baru kembali. Berpuasa adalah satu langkah penting untuk menghayati makna spiritualitas pertobatan.
Mgr Hubertus Leteng memang piawai dalam bidang spiritualitas. Lewat bukunya ini, ia mengajak kita menyelami spiritualitas pertobatan di tengah dunia yang kian hiruk-pikuk dengan beragam tawaran. Rupanya Mgr Hubertus Leteng ingin mengawali masa tugasnya sebagai uskup dengan berbagi dan memberikan tuntunan bagi kita semua sebagai mund-munid Kristus, sehingga kita dapat melangkah dengan arab dan langkah yang benar menuju Kerajaan Allah.
Mgr. Hubertus Leteng
14 x 21 cm; 224 hlm
Harga buku: Rp 37.500,-
Sebentar lagi kita memasuki masa adven. Masa penantian akan kelahiran Sang Kristus. Masa yang diisi dengan sikap tapa dan pertobatan. memeriksa batin kita dan merenungi segala dosa yang telah kita perbuat selama ini. Masa dimana antrean panjang tampak di depan kamar pengakuan. Sehingga dengan guyon bisa dibilang sedang musim pengakuan dosa .
Kita disadarkan bahwa pertobatan adalah jalan masuk menuju Kerajaan Allah, maka kita akan berlomba-lomba untuk tiba di kamar pengakuan. Akibatnya sang pastor akan kewalahan melayani permintaan umatnya.
Namun, Kerajaan Allah tak berjalan secara otomatis laksana mesin. Ia bukan hanya sekadar cita-cita umat beriman. Tetapi, harus diperjuangkan sepanjang hidup manusia. Sama dengan pertobatan, yang merupakan pergulatan tanpa batas dalam kehidupan manusia.
Buku ini merupakan goresan pena dan hasil permenungan Uskup Ruteng yang baru, Mgr Hubertus Leteng Pr. yang diluncurkan bertepatan dengan acara Tahbisan Uskup Dioses Ruteng, 14 April 2010.
Wajah dosa
Dalam buku ini kita akan menemukan hal-hal baru, yang selama mi mungkin belum terpikirkan. Kita diajak memahami spiritualitas pertobatan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pemahaman itu dapat menuntun kita pada penghayatan yang lebih mendalam karena dalam setiap bab, kita menimba inspirasi dari Kitab Suci.
Bahasa yang disajikan mudah dicerna, sehingga tak membosankan. Ulasan-ulasan diwarnai dengan dialog-dialog singkat yang menjiwai spiritualitas dan membawa kita masuk lebih jauh ke dalam permenungan.
Manusia yang berproses kerap mendapat cobaan dan godaan yang datang dan luar maupun dalam dirinya. Namun, cobaan terbesar justru datang dari dalam diri sendiri. Kita kerap mendengar nasihat, “Kalahkan din Anda sendiri!” Atau kita juga kerap mendengar, “Jika kita mampu mengalahkan diri sendiri, kita juga mengalahkan dunia!”
Tetapi, mengapa manusia kerap jatuh dalam dosa? Mgr Hubertus Leteng menyatakan, karena manusia Iemah, manusia mudah tergoda dan tertarik dengan tawaran-tawaran yang menggiurkan. Wajah dosa sela!u tampi! mempesona, menarik, dan menawan. Rayuannya maut. Daging dosa itu lembut, halus, empuk, dan enak. Dosa sangat mudah membuat manusia tergiur. Padahal, dosa yang berwajah manis justru menuntun manusia ke arah kematian. Dosa melahirkan ketakutan dan kematian. Laksana tumbuhan; dosa tumbuh dengan cepat jika disirami. Dan jika tidak segera ditebang, pohon dosa akan menghasilkan buah-buah dosa yang berlipat ganda.
Maka, manusia tak bisa mengandalkan kekuatan diri sendini. Untuk bertobat, ia membutuhkan rahmat Allah yang mampu membalikkan hatinya kepada-Nya. Hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan Kristus, “Di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Saat bertobat, manusia berarti memilih Tuhan. Maka, ia kembali kepada Tuhan dan tidak lagi berpaling kepada setan. Sebagai pengikut Kristus, titik tolak manusia hanya kepada Dia yang telah bangkit dan dimulyakan.
Spiritualitas Kebangkitan
Peristiwa kebangkitan Kristus telah memerdekakan dan membebaskan manusia dari belenggu dan keinginan duniawi. Spiritualitas kebangkitan adalah semangat yang hidup, berkobar-kobar, yang mengandung kesetiaan dan ketekunan, keteguhan dan keuletan dalam setiap perjuangan, sehingga manusia tidak mudah pesimis, putus asa, dan kecewa dengan pengalaman pahit dan penderitaan hidup.
Lewat tuntunan Roh Kudus yang memberi rahmat penyesalan dan pertobatan, manusia dibimbing agar Tuhan memimpin, meraja dan menguasai dalam hidupnya. Dalam bimbingan Roh Kudus manusia tak akan mudah tergoda dalam bujuk rayu setan dan terperosok dalam perangkap dosa.
Pertobatan adalah jalan masuk menuju Kerajaan Allah. Karena dengan bertobat, manusia membuka kembali hubungan denganNya. Salah satu upaya pertobatan adalah dengan berpuasa agar manusia dapat memperbaiki dan membangun hidup yang lebih balk. Lewat berpuasa, manusia menjadi baru kembali. Berpuasa adalah satu langkah penting untuk menghayati makna spiritualitas pertobatan.
Mgr Hubertus Leteng memang piawai dalam bidang spiritualitas. Lewat bukunya ini, ia mengajak kita menyelami spiritualitas pertobatan di tengah dunia yang kian hiruk-pikuk dengan beragam tawaran. Rupanya Mgr Hubertus Leteng ingin mengawali masa tugasnya sebagai uskup dengan berbagi dan memberikan tuntunan bagi kita semua sebagai mund-munid Kristus, sehingga kita dapat melangkah dengan arab dan langkah yang benar menuju Kerajaan Allah.