Mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:57-62)


Dalam perikop ini, Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas bahwa untuk menjadi seorang Kristen tidaklah mudah. Seseorang harus mau keluar dari situasi kenyamanan dan ia harus menyangkal dirinya, demi memberikan tempat yang utama kepada Tuhan. Ajaran Yesus ini bermaksud untuk menempatkan Allah di atas segalanya di dalam hidup ini, melebihi siapapun dan apapun. Ungkapan ini dapat dimengerti jika kita melihat kenyataan ini: seorang pasukan yang sedang bertempur di garis depan pada medan pertempuran untuk membela (melayani) negaranya, tidak dapat pulang ke kampung halamannya untuk mengubur ayahnya yang meninggal, dan ia harus menyerahkan tugas ini kepada orang lain. Jika tugas membela negara dapat menuntut sedemikian kepada seorang prajurit, maka terlebih lagi, kita yang melayani Kristus dan Gereja-Nya.

Dalam perikop ini, dikisahkan seseorang yang lain lagi yang mau mengikuti Kristus dengan satu kondisi yaitu bahwa ia diperbolehkan untuk berpamitan dengan keluarganya. Tuhan Yesus yang mengetahui kedalaman hati setiap orang, mengetahui bahwa di balik ungkapan itu sebenarnya hatinya masih belum memutuskan (undecided), akankah ia mau mengikuti Kristus. Menanggapi perkataannya ini, maka Yesus mengajarkan agar kita memusatkan perhatian sepenuhnya kepada Allah, tanpa keraguan dan tanpa alasan cadangan. Kesetiaan kita kepada Tuhan dan kepada misi yang Tuhan percayakan kepada kita harus memampukan kita untuk menghadapi rintangan apapun. Jose Maria Escriva yang terberkati mengatakan, bahwa dengan kita membaca perikop ini, kita diajarkan untuk tidak melihat ke belakang. Tuhan beserta kita. Kita harus setia kepada-Nya; kita mempunyai kewajiban kita masing- masing. Kita akan menemukan di dalam Kristus, kasih dan motivasi yang kita perlukan untuk memahami kesalahan orang lain, untuk mengatasi kesalahan kita sendiri. (lihat Bl. J. Escriva, Christ is passing by, 160).

Mengikuti Kristus artinya adalah menjadikan diri kita sepenuhnya siap sedia bagi-Nya, sehingga apapun pengorbanan yang diminta-Nya, dapat kita lakukan. Mengikuti panggilan Kristus artinya adalah tetap berjaga bersama-Nya, tidak jatuh atau meninggalkan Dia. Dalam khotbah di bukit Mat 5-7 Yesus menjelaskan bahwa seorang Kristen adalah seorang yang percaya kepada Kristus,- iman seperti ini diterimanya pada saat ia dibaptis- dan setelah dibaptis, ia mempunyai tugas untuk melayani Kristus. Melalui doa dan persahabatan dengan Tuhan, setiap umat Kristen harus berusaha menemukan tuntutan kewajiban apa yang harus dipenuhinya untuk secara maksimal memenuhi tugas panggilannya ini.

“Biarlah orang mati menguburkan orang mati…”, walau perkataan ini sekilas terdengar kasar, tetapi ini hanyalah gaya bahasa yang digunakan Yesus pada saat itu untuk menjelaskan bahwa “orang mati” di sini adalah mereka yang mempunyai interest/ minat hanya kepada hal- hal yang fana, dan yang tidak punya penghargaan terhadap apa yang sifatnya ilahi dan kekal. St. Yohanes Krisostomus mengatakan, bahwa ungkapan tersebut bukan untuk mengesampingkan tugas kewajiban kita terhadap orang tua, tetapi untuk menyadarkan kita bahwa tidak ada yang lebih penting daripada hal- hal surgawi, dan hati kita harus melekat pada hal- hal itu, dan tidak menanggalkannya walaupun hanya sekejap saja, walau alasannya terlihat cukup mendesak.” (St. Yohanes Krisostomus, Homily on St. Matthew, 27)

Sumber: Katolisitas.org berdasarkan apa yang dijelaskan dalam The Navarre Bible.