27 Agustus: Santa Monika

Siapakah Santa Monika itu?

Santa Monika, ibu Santo Agustinus dari Hippo, adalah seorang ibu teladan. Iman dan cara hidupnya yang terpuji patut dicontoh oleh ibu-ibu Kristen, terutama mereka yang anaknya tersesat oleh berbagai ajaran dan bujukan dunia yang menyesatkan. Riwayat hidup Monika terkait erat dengan hidup anaknya, Santo Agustinus, yang terkenal bandel sejak mudanya.

Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara, dari sebuah keluarga Kristen yang saleh dan beribadat. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan Patrisius, seorang pemuda kafir yang cepat panas hatinya.

Dalam hidupnya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena ulah Patrisius dan anaknya Agustinus. Patrisius mencemoohkan usaha keras istrinya mendidik Agustinus agar menjadi seorang pemuda yang luhur budinya. Namun semua itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun berdoa mohon campur tangan Tuhan. Bertahun-tahun lamanya tidak ada tanda apapun bahwa doanya akan dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis hidup suaminya.

Ketika itu Agustinus berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di kota Kartago, dia meninggalkan imannya dan memeluk ajaran Manikeisme yang sesat serta hidup dengan seorang wanita dan mempunyai anak tanpa perkawinan yang sah. Untuk menghindar dari ibunya, dia pergi ke Italia. Namun ia sama sekali tidak luput dari doa dan air mata ibunya.

Monika tidak tega membiarkan anaknya lari menjauhi dia, sehingga kemudian ia menyusul ke Italia. Disana ia menyertai anaknya di Roma maupun di Milano. Di Milano, ia berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius dan berkat bimbingan serta teladannya, Agustinus bertobat dan bertekad untuk hidup hanya bagi Allah dan sesamanya. Saat itu bagi Monika merupakan puncak dari segala kebahagiaan hidupnya.

Setelah mengalami masa-masa bahagia bersama anaknya, Monika akhirnya meninggal di Ostia, Roma. Teladan hidup Santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, pasti akan didengarkan Tuhan.

Disadur dari: Mgr. Nicolaas Martinus Schneider, CICM. " Orang Kudus Sepanjang Tahun", Penerbit Obor, 1993.