Sabtu-Minggu, 07-08 Agustus 2010 - Hari Minggu Biasa XIX
Keb 18:6-9; Ibr 11:1-2.8-12; Luk 12:35-40
Saudara-saudari terkasih,
Ada seorang guru ilmu bumi yang mempunyai kebiasaan untuk memberikan tes mendadak kepada siswanya. Maka, para siswa harus selalu siap sedia. Bila tidak, mereka akan gagal dalam tes mendadak itu.
Cara semacam ini sering kali membuat siswa serba susah. Belajar terus tapi tidak tahu kapan ujiannya juga membuat jengkel. Tetapi tidak belajar sama sekali juga semakin membuat tidak tenang. Siap sedia adalah sikap paling bijaksana untuk menghadapi segala keadaan dan kemungkinan. Jika kita siap, kita akan tenang dan kuat, tidak banyak khawatir dan berdalih.
Dalam hidup rohani sikap siap sedia juga sangat penting. Kita tidak tahu kapan kematian kita akan tiba. Kita tidak tahu kapan Tuhan akan memanggil kita. Hal itu dapat setiap saat. Maka, kita perlu siap sedia sehingga jika waktu itu datang. Kita siap menyambut Tuhan dengan gembira. Salah satu cara untuk mempersiapkan hidup kita ialah tidak jemu berbuat baik kepada sesama dan selalu mempererat hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Kesiapan atau ketidaksiapan menghadapi kedatangan Tuhan sungguh sangat tergantung diri sendiri. Hal ini pun berlaku untuk hal-hal lain yang biasa dalam hidup sehari-hari.
Dari bacaan kedua, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. (Ibr 11:1) Dengan sikap iman kepada Tuhan, kita dimampukan untuk membangun harapan-harapan yang lebih realistis dan sesuai dengan rencana Allah; bukan membangun harapan menurut rencana dan keinginan kita sendiri. Sehingga kita selaku umat percaya senantiasa mengedepankan sikap taat kepada Tuhan, walaupun kita saat itu belum bahkan mungkin akhirnya tidak memperoleh apa yang kita harapkan dan inginkan. Dalam hal ini kita perlu memiliki iman menurut model Abraham yang senantiasa diuji oleh Allah dalam seluruh hidupnya. Dia diperintahkan Allah keluar dari negeri dan tanah kelahirannya menuju negeri yang belum diketahui dengan baik (Ibr. 11:8-9). Dia taat kepada sabda Tuhan tentang janji keturunan baginya, walau dia sebenarnya waktu itu sudah mati pucuk (Ibr. 11:12). Tuhan memberkati.
Share|
Keb 18:6-9; Ibr 11:1-2.8-12; Luk 12:35-40
Saudara-saudari terkasih,
Ada seorang guru ilmu bumi yang mempunyai kebiasaan untuk memberikan tes mendadak kepada siswanya. Maka, para siswa harus selalu siap sedia. Bila tidak, mereka akan gagal dalam tes mendadak itu.
Cara semacam ini sering kali membuat siswa serba susah. Belajar terus tapi tidak tahu kapan ujiannya juga membuat jengkel. Tetapi tidak belajar sama sekali juga semakin membuat tidak tenang. Siap sedia adalah sikap paling bijaksana untuk menghadapi segala keadaan dan kemungkinan. Jika kita siap, kita akan tenang dan kuat, tidak banyak khawatir dan berdalih.
Dalam hidup rohani sikap siap sedia juga sangat penting. Kita tidak tahu kapan kematian kita akan tiba. Kita tidak tahu kapan Tuhan akan memanggil kita. Hal itu dapat setiap saat. Maka, kita perlu siap sedia sehingga jika waktu itu datang. Kita siap menyambut Tuhan dengan gembira. Salah satu cara untuk mempersiapkan hidup kita ialah tidak jemu berbuat baik kepada sesama dan selalu mempererat hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Kesiapan atau ketidaksiapan menghadapi kedatangan Tuhan sungguh sangat tergantung diri sendiri. Hal ini pun berlaku untuk hal-hal lain yang biasa dalam hidup sehari-hari.
Dari bacaan kedua, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. (Ibr 11:1) Dengan sikap iman kepada Tuhan, kita dimampukan untuk membangun harapan-harapan yang lebih realistis dan sesuai dengan rencana Allah; bukan membangun harapan menurut rencana dan keinginan kita sendiri. Sehingga kita selaku umat percaya senantiasa mengedepankan sikap taat kepada Tuhan, walaupun kita saat itu belum bahkan mungkin akhirnya tidak memperoleh apa yang kita harapkan dan inginkan. Dalam hal ini kita perlu memiliki iman menurut model Abraham yang senantiasa diuji oleh Allah dalam seluruh hidupnya. Dia diperintahkan Allah keluar dari negeri dan tanah kelahirannya menuju negeri yang belum diketahui dengan baik (Ibr. 11:8-9). Dia taat kepada sabda Tuhan tentang janji keturunan baginya, walau dia sebenarnya waktu itu sudah mati pucuk (Ibr. 11:12). Tuhan memberkati.
Share|