BACAAN I: Kis. 15:1-2,22-29
MAZMUR TANGGAPAN: Mzm. 67:2-3,5,6,8
BACAAN II: Why. 21:10-14,22-23
INJIL: Yoh. 14:23-29
Seorang pemimpin atau atasan atau orangtua yang akan bepergian cukup lama atau merasa akan dipanggil Tuhan tidak lama lagi, pada umumnya memberi pesan-pesan atau nasihat-nasihat kepada mereka yang ditinggalkan, lebih-lebih kepada para pembantu atau anak-anaknya. Ia mendelegasikan atau menyerahkan tanggungjawab tertentu serta menunjuk seseorang yang mungkin dapat dimintai bantuan dalam perjalanan atau langkah-langkah yang akan datang. Pesan atau nasihat tersebut pada umumnya sungguh diperhatikan dan diusahakan untuk dilaksanakan sebaik mungkin. Tidak lama lagi Yesus akan naik ke sorga dan Ia memberi nasihat serta pesan kepada para murid yang ditinggalkan serta kepada kita semua yang beriman kepada-Nya :"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:23-26). Marilah pesan atau nasihat ini kita renungkan dan hayati.
”Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:26)
Segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Yesus kiranya dapat dipadatkan ke dalam ajaran untuk saling mengasihi, sedangkan cara hidup dan cara bertindak-Nya dijiwai oleh ketaatan dan kerendahan hati. Pertama-tama dan terutama kita dipanggil untuk mengasihi Yesus dengan mentaati dan melaksanakan ajaran-ajaran atau perintah-perintahNya. Pada saat mengikrarkan janji seperti janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, dll..pada umumnya kita bergairah melaksanakan janji tersebut, yaitu janji untuk saling mengasihi, namun dalam perjalanan waktu, karena kesibukan dan banyak pekerjaan, sering kita lupa atau mengabaikan janji-janji tersebut. Kepada kita diingatkan bahwa dalam perjalanan waktu dan tugas pekerjaan atau penghayatan panggilan ada pribadi-pribadi tertentu yang siap membantu dan mengingatkan kita perihal janji-janji tersebut, yaitu mereka yang berkehendak baik, tangan-tangan panjang Tuhan, yang penuh Roh Kudus. Maka ketika diingatkan oleh siapapun yang berkehendak baik, hendaknya diterima dengan penuh ketaatan dan kerendahan hati.
Kepada siapapun yang berkehendak baik kami harapkan tidak takut untuk menyampaikan bisikan Roh atau kehendak baik tersebut kepada siapapun yang terkait. Dalam system perpajakan ada istilah ‘pengawasan melekat’, artinya wajib pajak diharapkan dengan jujur membayar pajak dengan menghitung sendiri jumlah pajak yang harus dibayar. Sayang system yang bagus ini dengan mudah diselewengkan, sebagaimana terjadi pada akhir-akhir ini dengan istilah ‘makelar kasus’. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang berfungsi untuk mengawasi pekerjaan atau kegiatan apapun dan dimanapun sungguh melaksanakan fungsinya dengan baik. Ketidak-disiplinan dan ketidak-jujuran mereka yang berkuasa, misalnya pejabat pemerintah, polisi dan jaksa/hakim, dapat menjadi wahana penyelewengan atau makelar kasus, maka kami berharap mereka yang berfungsi sebagai penentu kebijakan hidup bersama senantiasa siap sedia untuk diingatkan dan ketika diingatkan hendaknya diterima dengan rendah hati dan ketaatan. Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara rasanya fungsi pengawasan atau kontrol dari DPR terhadap pemerintahan sangat diharapakan. Sedangkan dalam hidup bersama sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja, kami berharap kepada orangtua atau pemimpin untuk berfungsi dengan prima dalam mengawasi anak-anak atau anggotanya.
Sebenarnya peringatan dari Tuhan juga dapat kita temukan dalam aneka macam peraturan atau tatanan yang terkait dengan hidup dan panggilan serta tugas pengutusan kita masing-masing. Maka baiklah aneka peraturan dan tatanan tersebut sering dibaca dan didalami kembali, jangan disimpan rapat-rapat dalam almari besi saja atau diarsipkan saja. Peraturan atau rambu-rambu yang tertulis dan terpasang dijalanan atau di tempat-tempat umum, hendaknya ditaati dan dilaksanakan dengan baik.
“Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat." (Kis 15:28-29)
Sidang para rasul dan penatua merupakan kuasa tertinggi dalam penentu kebijakan hidup bersama sebagai umat yang beriman kepada Yesus Kristus. Apa yang dilakukan oleh para rasul dan penatua tersebut pada masa kini antara lain berupa konsili atau sinode para uskup di tingkat internasional, sedangkan di tingkat nasional adalah sidang tahunan konferensi waligereja/uskup. Maka baiklah sebagai anggota Gereja Katolik marilah kita fahami dan laksanakan aneka kebijakan pastoral maupun moral yang telah diputuskan dalam berbagai pertemuan para gembala tersebut, entah yang bersifat nasional maupun internasional. Pada umumnya yang lebih operasional adalah kebijakan di tingkat nasional atau konferensi para uskup, karena kebijakan tersebut merupakan buah pengolahan bersama atas kebijakan kepausan/internasional sesuai dengan situasi dan kondisi Negara kita.
Jiwa atau semangat kebijakan pastoral maupun moral hemat saya adalah keselamatan jiwa, maka hendaknya menyikapi kebijakan tersebut dengan semangat yang sama juga yaitu keselamatan jiwa. Demi keselamatan jiwa kita sering harus bermatiraga atau berlakutapa, tidak boleh menikmati ini atau itu atau sebaliknya harus menikmatinya. Matiraga atau lakutapa berarti usaha mengendalikan raga atau tubuh agar berfungsi demi keselamatan jiwa, artinya agar cara hidup dan cara bertindak kita masing-masing demi keselamatan jiwa kita. Dengan kata lain matiraga atau lakutapa pada masa kini masih perlu, atau bahkan sangat diperlukan atau dibutuhkan demi keselamatan jiwa kita. Aneka macam produk makanan dan minuman maupun teknologi yang membanjiri pasar atau masyarakat masa kini pada dasarnya adalah netral, namun belum tentu semuanya menyehatkan atau menyelamatkan tubuh maupun jiwa kita. Dalam setiap kemasan makanan, minuman atau barang pada umumnya ada peraturan yang harus dilaksanakan terkait dengan cara mengkonsumsi dan sering juga ditulis bahaya-bahaya yang mungkin muncul. Maka dengan ini kami mengharapkan sebelum mengkosumsi atau memfungsikan makanan, minuman atau barang dalam kemasan tersebut, hendaknya dibaca dengan teliti aturan yang ada dan dihayati dengan baik. Masing-masing dari kita hendaknya tahu diri alias mengenal diri dengan baik, sehingga dapat mengendalikan diri dalam menghadapi aneka macam jenis makanan, minuman maupun barang.
“Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!” (Mzm 67:2-3.5-6.8)
Romo Ign Sumarya SJ