Oleh: Albert Alamsah Suhardi
Dalam injil sinoptik, Bartimeus termasuk sosok yang istimewa. Ia adalah satu-satunya karakter yang mengalami mukjizat penyembuhan dari Yesus yang disebut dengan nama. Secara harafiah namanya berarti: “anak (Bar) kehormatan (Time)”.
Sebagai pengemis buta yang berdiam di pinggir jalan dekat kota Yerikho, Bartimeus mungkin cuma pernah mendengar tentang Yesus dari mulut orang lain. Hebatnya, ia bisa percaya dan memanggil-Nya “Anak Daud”, sebutan lain untuk Mesias bagi kaum Israel. “Iman timbul dari pendengaran” (Rom 10:17a) demikian menurut St Paulus. Iman yang ditandai pula dengan kerendahan hati sehingga sebelum datang kepada Yesus, Bartimeus mau terlebih dahulu memohon belas kasih. Itulah Kyrie yang juga kita senantiasa serukan sebagai bagian dari proses perjumpaan kita dengan Kristus dalam Ekaristi.
Bartimeus mau menanggalkan jubah, boleh jadi satu-satunya yang dimilikinya, untuk datang kepada Yesus. Ia tidak minta yang muluk-muluk kecuali hanya untuk bisa melihat. Dan karena iman, ia pun mendapatkannya. Sikapnya kontras dengan si kaya, yang merasa layak selamat karena perbuatan baik tetapi tidak rela melepaskan kelekatan pada hartanya yang berlimpah, ataupun dengan Yakobus dan Yohanes yang mencari kedudukan tanpa sepenuhnya mengerti apa yang mereka minta dan apa yang mereka sanggupi. Kisah Bartimeus, menurut Bapa Suci, adalah model dari tahapan perjalanan inisiasi kaum Kristiani yang dibentuk dalam Gereja sebagai persiapan bagi sakramen baptis, krisma, dan Ekaristi. “Iman adalah penapakan dalam terang (path of illumination) yang berangkat dari kerendahan hati untuk mengakui bahwa setiap kita membutuhkan keselamatan dan tiba pada perjumpaan pribadi dengan Kristus yang memanggil kita untuk mengikuti-Nya dalam perjalanan kasih” (Khotbah saat Doa Angelus di Vatikan, 30 Okt 06).
Mari kita meneladani Bartimeus, percaya sekalipun tidak melihat. Dengan rendah hati mau datang kepada Yesus, melangkah keluar dari keterasingan dosa, lepas dari daya tarik dunia. Meminta apa yang bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kemuliaan-Nya. Semoga terang jasmani kita terpancar pula dalam terang spiritual, menyinari setiap langkah kita mengikuti Yesus menuju Kerajaan Allah. Menerima apa yang kita tidak layak dapatkan berkat rahmat, dan diluputkan dari apa yang kita layak terima berkat pengampunan. Kalau saja Bartimeus bisa bersenandung mengungkapkan keindahan semua ini, niscaya inilah pula lantunannya:
Amazing Grace, how sweet the sound
That saved a wretch like me
I once was lost, but now I’m found
Was blind, but now I see
Dalam injil sinoptik, Bartimeus termasuk sosok yang istimewa. Ia adalah satu-satunya karakter yang mengalami mukjizat penyembuhan dari Yesus yang disebut dengan nama. Secara harafiah namanya berarti: “anak (Bar) kehormatan (Time)”.
Sebagai pengemis buta yang berdiam di pinggir jalan dekat kota Yerikho, Bartimeus mungkin cuma pernah mendengar tentang Yesus dari mulut orang lain. Hebatnya, ia bisa percaya dan memanggil-Nya “Anak Daud”, sebutan lain untuk Mesias bagi kaum Israel. “Iman timbul dari pendengaran” (Rom 10:17a) demikian menurut St Paulus. Iman yang ditandai pula dengan kerendahan hati sehingga sebelum datang kepada Yesus, Bartimeus mau terlebih dahulu memohon belas kasih. Itulah Kyrie yang juga kita senantiasa serukan sebagai bagian dari proses perjumpaan kita dengan Kristus dalam Ekaristi.
Bartimeus mau menanggalkan jubah, boleh jadi satu-satunya yang dimilikinya, untuk datang kepada Yesus. Ia tidak minta yang muluk-muluk kecuali hanya untuk bisa melihat. Dan karena iman, ia pun mendapatkannya. Sikapnya kontras dengan si kaya, yang merasa layak selamat karena perbuatan baik tetapi tidak rela melepaskan kelekatan pada hartanya yang berlimpah, ataupun dengan Yakobus dan Yohanes yang mencari kedudukan tanpa sepenuhnya mengerti apa yang mereka minta dan apa yang mereka sanggupi. Kisah Bartimeus, menurut Bapa Suci, adalah model dari tahapan perjalanan inisiasi kaum Kristiani yang dibentuk dalam Gereja sebagai persiapan bagi sakramen baptis, krisma, dan Ekaristi. “Iman adalah penapakan dalam terang (path of illumination) yang berangkat dari kerendahan hati untuk mengakui bahwa setiap kita membutuhkan keselamatan dan tiba pada perjumpaan pribadi dengan Kristus yang memanggil kita untuk mengikuti-Nya dalam perjalanan kasih” (Khotbah saat Doa Angelus di Vatikan, 30 Okt 06).
Mari kita meneladani Bartimeus, percaya sekalipun tidak melihat. Dengan rendah hati mau datang kepada Yesus, melangkah keluar dari keterasingan dosa, lepas dari daya tarik dunia. Meminta apa yang bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kemuliaan-Nya. Semoga terang jasmani kita terpancar pula dalam terang spiritual, menyinari setiap langkah kita mengikuti Yesus menuju Kerajaan Allah. Menerima apa yang kita tidak layak dapatkan berkat rahmat, dan diluputkan dari apa yang kita layak terima berkat pengampunan. Kalau saja Bartimeus bisa bersenandung mengungkapkan keindahan semua ini, niscaya inilah pula lantunannya:
Amazing Grace, how sweet the sound
That saved a wretch like me
I once was lost, but now I’m found
Was blind, but now I see