MAZMUR TANGGAPAN: Mzm.30:2,4,5,6,11,12a,13b
BACAAN KEDUA: Why. 5:11-14
I N J I L: Yoh. 21:1-19 (Yoh. 21:1-14)
Beberapa tahun lalu pesawat ‘Adam Air’ jatuh di perairan/laut antara pulau Kalimantan dan Sulawesi, dalam rangka penerbangan dari Jakarta ke Manado. Konon salah satu sebab mengapa pesawat tersebut kena musibah karena tidak mengikuti jalur atau lintas yang telah ditentukan, dengan kata lain pesawat Adam Air mengambil jalan pintas, yang memang dalam perhitungan waktu dan jarak lebih cepat akan sampai, tetapi ancaman atau resiko lebih besar, karena jalur yang ditempuh Adam Air katanya rawan dengan badai yang sungguh membahayakan keselamatan perjalanan pesawat. Musibah tersebut membuka tabir bahwa memang pengelolaan perusahaan Adam Air tidak beres, dan beberapa waktu kemudian memang Adam Air gulung tikar. Jika analisa itu benar rasanya memang menunjukkan masih cukup banyak orang di Indonesia ini, yang berjalan atau melangkah tidak mengikuti aturan atau tatanan yang berlaku, melainkan berjalan atau melangkah seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera pribadi. Jika kita sungguh memperhatikan dan mencermati aneka macam musibah atau kecelakaan, hemat saya salah satu sebab terjadinya musibah atau kecelakaan adalah ketidak-taatan atau ketidak-setiaan pada aturan atau tatanan yang terkait. Begitulah kiranya yang terjadi dengan Petrus dan kawan-kawannya, para rasul: mereka telah dibina selama tiga tahun bersama dan oleh Yesus, ternyata kurang berhasil juga. Sebelum mengikuti Yesus mereka adalah nelayan atau penjala ikan, dan setelah Yesus wafat di kayu salib alias mereka ditinggalkan oleh Yesus, merasa kesepian dan untuk mengisi kesepiannya mereka kembali ke pekerjaan atau hobby lama, mencari ikan. Semalaman tak seekor ikanpun ditangkap, tetapi begitu mereka menebarkan jala sesuai perintah Yesus, mereka menangkap ikan banyak sekali. Maka marilah kita renungkan perintah Yesus kepada para rasul tersebut.
"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." (Yoh21:6)
Bagi para rasul menebarkan jala merupakan pekerjaan sehari-hari mereka sebelum mengikuti Yesus, maka sabda Yesus di atas ini rasanya merupakan peringatan agar dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari hendaknya kita senantiasa sesuai dengan perintah Tuhan, tidak mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri. Perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka macam rumusan janji, peraturan atau tatanan hidup, yang pada umumnya dibuat dalam Tuhan dan sebagai bantuan bagi mereka yang melaksanakannya untuk semakin berbakti kepada Tuhan, semakin beriman atau semakin suci. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan janji, aturan atau tatanan yang terkait dengan hidup dan panggilan kita masing-masing.
Pertama-tama dan terutama sebagai orang yang telah dibaptis marilah kita mawas diri sejauh mana kita setia pada janji baptis, yaitu ‘hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan’. Mengabdi Tuhan antara lain berarti hidup dan bertindak senantiasa membahagiakan Tuhan melalui saudara-saudari kita serta ciptaan-ciptaan lainnya di dunia ini. Salah satu cara membahagiakan antara lain dengan hidup dan bertindak sesuai dengan aturan dan tatanan hidup alias setia pada janji yang pernah kita ikrarkan. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr. Edi Sedyawati: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Meskipun ada aneka macam godaan yang nampaknya menguntungkan, orang yang setia tak akan mengikuti godaan tersebut, melainkan tetap berpegang teguh pada janji yang telah dibuat atau diikrarkan. Godaan setan masa kini dapat menggejala dalam rayuan berupa harta benda/uang, jabatan/kedudukan atau kehormatan duniawi, sebagaimana terjadi dalam berbagai departemen atau sektor pemerintahan di Negara kita, misalnya makelar kasus dalam aneka macam proses pengadilan, bocoran ujian nasional, dst..
Saya juga tergerak mengingatkan dan mengajak para pengguna jalan, pengemudi aneka macam jenis kendaraan bermotor maupun pejalan kaki untuk mentaati dan melaksanakan aneka macam aturan lalu lintas maupun rambu-rambu dan penunjuk jalan yang terpampang dengan jelas di jalanan. Korban kecelakaan lalu lintas terus berjatuhan dan rasanya terus bertambah setiap tahun, yang menunjukkan masih sungguh memprihatinkan ketaatan berlalu lintas. Setiap kendaraan kiranya dilengkapi dengan buku petunjuk perawatan kendaraan maupun cara menjalankan kendaraan yang benar, maka kami berharap buku tersebut sungguh dipelajari dan arahan atau tuntunan yang ada di dalamnya dihayati. Apa yang terjadi di jalanan menurut kami merupakan cermin kwalitas bangsa dalam hal taat dan setia pada aneka aturan dan tatanan hidup.
“Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus “ (Kis5:40-41)
“Bergembira karena telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus”, itulah yang dialami oleh para rasul. Taat atau setia pada aneka aturan dan tatanan hidup pada masa kini mungkin juga akan menghadapi aneka kesulitan, tantangan, hambatan atau bahkan ejekan atau penghinaan. Jika karena taat dan setia pada aturan atau tatanan hidup kita harus menghadapi yang demikian itu hendaknya tetap bergembira dan ceria. Percaya dan hayatilah bahwa dalam kegembiraan dan keceriaan kita akan mampu mengatasi aneka kesulitan, tantangan, hambatan maupun penghinaan, karena dalam kegembiraan dan keceriaan berarti organ-organ tubuh kita, termasuk syaraf, dalam keadaan baik atau bahkan prima dan dengan demikian kondusif untuk menghadapi kesulitan, tantangan, hambatan atau masalah.
Secara sosiologis dan kwantitatif jumlah yang percaya kepada Yesus di Negara kita rasanya sedikit dan tidak jarang di tempat-tempat tertentu, entah tempat tinggal atau tempat kerja, kita sebagai yang percaya kepada Yesus sering mendapat ancaman, terror atau hinaan melalui aneka cara. Ada kenalan saya, yang bekerja di sebuah kantor, dimana hanya dia sendiri yang katolik, menceriterakan bahwa hampir setiap hari dirinya merasa bagaikan berada di ujung tanduk, karena selalu diawasi dan dilihat oleh rekan-rekan kerja yang bukan katolik. Yang bersangkutan merasa hendak didepak atau disingkirkan dari tempat kerja tersebut. Menanggapi hal itu saya justru bangga dan mengucapkan proficiat kepadanya, sambil berkata: “Bergembira dan berbahagialah karena dengan demikian anda memperoleh dukungan konkret, yaitu pengawasan, sehingga anda tidak tergoda untuk menyeleweng serta senantiasa berusaha bekerja sebaik mungkin. Kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian yang mungkin merasa sendirian di tempat tertentu untuk tetap setia pada iman maupun tugas pekerjaan; jadikan aneka sapaan dari orang lain dalam bentuk apapun merupakan perwujudan kasih mereka terhadap diri kita yang lemah, rapuh dan hina dina. Marilah kita gembira dan ceria ketika harus menderita, dilecehkan atau direndahkan karena kesetiaan iman kita pada Yesus Kristus.
“Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku.TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mzm30:24-6).
Romo Ign Sumarya SJ