Tanggal 10-11 April 2010 ini seluruh liturgi Gereja Katolik dirayakan sebagai hari minggu kerahiman Ilahi. Apa dan bagaimana kerahiman Ilahi itu? Berikut ulasannya: Buku Catatan Harian St Faustina memuat setidak-tidaknya empatbelas bagian di mana Tuhan kita meminta suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” ditetapkan secara resmi dalam Gereja.
“Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)…. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)”
Tergerak oleh permenungan akan Allah sebagai Bapa yang Maharahim, maka Bapa Suci Yohanes Paulus II menghendaki agar sejak saat ditetapkannya, Minggu Paskah II secara resmi dirayakan sebagai Minggu Kerahiman Ilahi oleh segenap Gereja semesta. Hal ini dimaklumkan beliau pada tanggal 30 April 2000, tepat pada hari kanonisasi St Faustina Kowalska.
INDULGENSI KHUSUS PADA MINGGU KERAHIMAN ILAHI
Tuhan kita berjanji untuk menganugerahkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman pada Pesta Kerahiman Ilahi, seperti dicatat sebanyak tiga kali dalam Buku Catatan Harian St Faustina; setiap kali dengan cara yang sedikit berbeda:
“Aku akan menganugerahkan pengampunan penuh kepada jiwa-jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus pada Pesta Kerahiman Ilahi (1109).”
“Jiwa yang menghampiri Sumber Hidup pada hari ini akan dianugerahi pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (300).”
“Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (699).”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAZMUR TANGGAPAN: Mzm 118:2-4.22.25-27a;R1
BACAAN KEDUA: Why1:9-11a12-1317-19
I N J I L: Yoh 20:19-31
Dalam suatu kesempatan audiensi dengan umat katolik yang berziarah ke Roma, di lapangan Santo Petrus, Paus Yohanes Paulus II, berkeliling dengan berdiri di atas bak mobil terbuka untuk memberi salam dan memberkati umat. Tiba-tiba ada seorang lelaki menembak Paus, dan Paus pun tersungkur didukung oleh para pengawalnya. Begitu sadar Paus langsung berkata bahwa Yang Mulia mengampuni penembaknya. Apa yang dikatakan tersebut menjadi kenyataan ketika Paus telah sembuh dari sakitnya, Paus mengunjungi penembaknya yang pada waktu itu berada di sel penjara. Sang penembak pun dengan menyesal mengaku dosa di hadapan Paus dan Paus menyampaikan kasih pengampunan atau kerahiman Ilahi kepadanya. Peristiwa itu kiranya layak kita kenangkan dalam rangka merayakan Hari Minggu Kerahiman Ilahi hari ini. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus yang telah bangkit dari mati kepada para murid, kepada kita semua, di bawah ini.
"Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:22-23)
Kerahiman dalam bahasa Latin adalah ‘misericordia’ ; sedangkan ‘misericordia’ dapat berarti kasihan, belas-kasihan, kerahiman, kerelaan, kemurahan, kedermawanan’. Yesus mengugerahkan Roh Kudus kepada para rasul beserta para penerusnya masa kini yaitu para uskup beserta para pembantunya, para imam, serta kuasa untuk ‘mengampuni dosa orang atau menyatakan dosa orang tetap ada’. Hemat saya apa yang lebih banyak telah diberikan dan kita terima adalah pengampunan atau kerahiman ilahi, maka selayaknya kita bersyukur dan berterima kasih dengan meneruskan pengampunan atau kerahiman Ilahi tersebut kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Dalam menyampaikan pengampunan atau kerahiman ilahi kiranya secara implicit juga kita sampaikan keutamaan-keutamaan seperti arti dari kata misericordia diatas, yaitu belas-kasih, kerelaan, kemurahan dan kedermawanan. Maka kerahiman Ilahi kiranya juga dapat diwujudkan dalam bentuk harta benda atau uang, lebih-lebih dan terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan.
Masing-masing dari kita pernah tinggal penuh cintakasih dan kerahiman di rahim ibu kita masing-masing selama kurang lebih sembilan bulan lamanya sebelum dilahirkan di dunia ini, dan kiranya setelah dilahirkan juga menerima terus menerus kerahiman dan kasih pengampunan dari ibu kita masing-masing. Bukankah ketika kita masih bayi sering rewel dan mengganggu ketenangan ibu dan ibu tidak marah, melainkan dengan penuh kasih mesra dan kerahiman memeluk, menciumi dan membelai serta menimang-nimang kita? Dengan kata lain masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan dan kerahiman secara melimpah ruah, maka panggilan untuk membawa dan memberitakan kasih pengampunan maupun kerahiman hemat saya tidak sulit asal tidak pelit, karena kita tinggal meneruskan apa yang telah kita miliki secara melimpah ruah.
Rekan-rekan kaum wanita atau perempuan memiliki rahim, dan secara khusus bagi yang telah menjadi ibu kiranya telah mewartakan kasih pengampunan dan kerahiman luar biasa terutama dan lebih-lebih bagi anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan serta dilahirkan dalam derita yang membahagiakan. Maka kami berharap rekan-rekan wanita atau perempuan sungguh dapat menjadi saksi kasih pengampunan dan kerahiman Ilahi di dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga maupun tempat kerja, dimana setiap hari memboroskan waktu dan tenaga. Terutama di dalam keluarga hendaknya para ibu dapat menjadi ‘pahlawan kasih pengampunan dan kerahiman Ilahi’ bagi suami maupun anak-anaknya. Pengalaman akan apa yang terjadi di dalam keluarga akan sangat berpengaruh bagi semua anggota keluarga di dalam kehidupan bersama yang lebih luas, entah di dalam masyarakat, tempat kerja atau dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka.Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan” (Kis 5:15-16)
Kerahiman Ilahi melalui Petrus sungguh luar biasa, karena melalui Petrus banyak orang disembuhkan dari aneka macam penyakit, bahkan mereka menerima bayangan Petrus yang sedang lewat pun percaya akan disembuhkan dari sakit atau gangguan roh jahat. Kiranya kita semua yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati juga dipanggil untuk bersaksi seperti Petrus, kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada hendaknya memotivasi sesama untuk bertobat atau lebih bergairah dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusannya. Memang untuk itu kita sendiri diharapkan senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari alias berbudi pekerti luhur atau cerdas spiritual.
Beriman pada Yesus yang telah bangkit dari mati diharapkan menjadi pribadi yang menarik, memikat, mempesona bagi orang lain untuk mendekat pada kita serta kemudian bersahabat mesra dengan kita. Mereka yang sedang menghadapi aneka masalah atau kesulitan, yang sedang menderita sakit atau kurang bergairah dalam kehidupan, dst.. tergerak untuk mendatangi kita serta mohon ditolong, maka baiklah kita tetap menjaga diri sebagai pribadi yang menarik, mempesona dan memikat. Marilah kita dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha untuk ‘bermurah hati dan berderma’ kepada saudara-saudari kita, terutama yang miskin dan berkekurangan. Bermurah hati berarti menjual hati dengan murah kepada siapapun alias memperhatikan siapapun yang dijumpai atau hidup bersama dengan kita, sedangkan berderma rasanya erat kaitannya dengan harta benda atau uang, maka berarti memberi bantuan harta benda atau uang dengan sukarela dan besar hati.
Secara kelompok atau organisatoris kita semua juga diharapkan menjadi daya tarik, pikat dan mempesona bagi orang lain: keluarga kita, tempat kerja/kantor kita, kampung atau lingkungan hidup kita, dst.. Tanda bahwa kebersamaan hidup atau kerja kita menarik, memikat dan mempesona, antara lain adalah bahwa mereka yang pernah bergabung dengan kita atau bersama dengan meskipun hanya sesaat saja akan menceritakan atau menyebarluaskan pengalaman yang baik dan membahagiakan; dengan kata lain mereka yang pernah tinggal dan bekerja bersama dengan kita menjadi ‘sarana marketing’ kebersamaan hidup maupun karya-karya pelayanan kita. Maka dengan ini kami berharap kepada semua anggota, dalam bentuk hidup dan kerja apapun, untuk saling bekerjasama satu sama lain sehingga kebersamaan sungguh mempesona, menarik dan memikat.
“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN. TUHANlah Allah, Dia menerangi kita.” (Mzm 118:22-27a)
(Ign Sumarya, SJ)