Syukur Atas Keterlibatan Umat Dalam Ekaristi
Hari ke-1
Bergembira dan memuliakan Allah adalah ciri utama umat beriman yang mengalami kebaikan Allah, mengalami keselamatan yang datang dari Tuhan. Dalam Kitab Suci, kita banyak menemukan teks yang menyebutkan kegembiraan orang yang mengalami keselamatan dari Tuhan (mis. Kis 13:48). Refren pada Mazmur Tanggapan pada bacaan Misa hari ini juga mengumandangkan suasana hati yang sama: Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita (Mzm 98). Istilah lain dari bergembira dan memuliakan Allah adalah bersyukur! Dan apabila bersyukurnya itu sepanjang tahun, maka seluruh tahun itu disebut Tahun Syukur.
Tahun 2010 ini menjadi Tahun Syukur umat beriman se Keuskupan Agung Semarang. Ada banyak alasan untuk bersyukur bagi kita. Syukur atas ulang tahun KAS yang ke-70 tahun, yang persisnya besok tanggal 25 Juni; syukur atas semangat berbagi sebagaimana digulirkan KEK I dulu (Kongres Ekaristi tahun 2008); syukur atas keterlibatan anak, remaja, kaum muda dan keluarga; syukur atas Tahun Imam 2009-2010; dan tentu saja syukur atas habitus baru yang digulirkan Ardas 2006-2010. Kita juga telah mengetahui bahwa tema Tahun Syukur KAS ini adalah Terlibat Berbagi Berkat.
Pujian-syukur ternyata adalah tindakan paling puncak yang dibuat Gereja dalam hidup imannya sepanjang sejarah! Apabila umat beriman mampu bersyukur, umat beriman telah sampai pada inti puncak yang pantas dibuat bagi Allah, sesama dan alam lingkungan, karena pujian-syukur inilah makna asli dari kata EKARISTI, yang berasal dari kata Yunani: eucharistia yang artinya ya itu tadi: pujian syukur. Padahal Gereja meyakini sepanjang sejarahnya bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh kehidupan umat kristiani (Konstitusi Dogmatis dari Konsili Vatikan II: Lumen Gentium no. 11). Konsekwensi wajar dari rumusan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh kehidupan umat kristiani ialah bahwa pujian syukur menjadi acara dan kegiatan sentral dan puncak dari seluruh hidup umat beriman, termasuk di Keuskupan Agung Semarang.
Diambil dari buku Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi 2010,
Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang 2010
Hari ke-1
Bergembira dan memuliakan Allah adalah ciri utama umat beriman yang mengalami kebaikan Allah, mengalami keselamatan yang datang dari Tuhan. Dalam Kitab Suci, kita banyak menemukan teks yang menyebutkan kegembiraan orang yang mengalami keselamatan dari Tuhan (mis. Kis 13:48). Refren pada Mazmur Tanggapan pada bacaan Misa hari ini juga mengumandangkan suasana hati yang sama: Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita (Mzm 98). Istilah lain dari bergembira dan memuliakan Allah adalah bersyukur! Dan apabila bersyukurnya itu sepanjang tahun, maka seluruh tahun itu disebut Tahun Syukur.
Tahun 2010 ini menjadi Tahun Syukur umat beriman se Keuskupan Agung Semarang. Ada banyak alasan untuk bersyukur bagi kita. Syukur atas ulang tahun KAS yang ke-70 tahun, yang persisnya besok tanggal 25 Juni; syukur atas semangat berbagi sebagaimana digulirkan KEK I dulu (Kongres Ekaristi tahun 2008); syukur atas keterlibatan anak, remaja, kaum muda dan keluarga; syukur atas Tahun Imam 2009-2010; dan tentu saja syukur atas habitus baru yang digulirkan Ardas 2006-2010. Kita juga telah mengetahui bahwa tema Tahun Syukur KAS ini adalah Terlibat Berbagi Berkat.
Pujian-syukur ternyata adalah tindakan paling puncak yang dibuat Gereja dalam hidup imannya sepanjang sejarah! Apabila umat beriman mampu bersyukur, umat beriman telah sampai pada inti puncak yang pantas dibuat bagi Allah, sesama dan alam lingkungan, karena pujian-syukur inilah makna asli dari kata EKARISTI, yang berasal dari kata Yunani: eucharistia yang artinya ya itu tadi: pujian syukur. Padahal Gereja meyakini sepanjang sejarahnya bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh kehidupan umat kristiani (Konstitusi Dogmatis dari Konsili Vatikan II: Lumen Gentium no. 11). Konsekwensi wajar dari rumusan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh kehidupan umat kristiani ialah bahwa pujian syukur menjadi acara dan kegiatan sentral dan puncak dari seluruh hidup umat beriman, termasuk di Keuskupan Agung Semarang.
Diambil dari buku Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi 2010,
Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang 2010