Hari Minggu adalah Hari Gereja (Dies Domini, Diae Ecclesiae)
pada surat apostolik Paus Yohanes Paulus...II, tentang menguduskan Hari
Tuhan, terjemahan ke bahasa Indonesia: Seri Dokumen Gerejawi No. 54,
dari Departemen dokumentasi danpenerangan KWI, Jakarta, November
1998 atau bisa lihat link ini
http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_ii/apost_letters/documents/hf_jp-ii_apl_05071998_dies-domini_en.html
http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_ii/apost_letters/documents/hf_jp-ii_apl_05071998_dies-domini_en.html
Maksud Bapa Suci adalah untuk mencerminkan arti yang sesungguhnya dari hari Minggu itu, harinya Tuhan, dengan mengingat keadaan kita sekarang (pada masa sekarang ini).
Orang- orang Kristen pada masa sekarang dimohon untuk jangan
menyalahtafsirkan perayaan hari Minggu sebagai waktu untuk beristirahat
dan lebih untuk suatu pengelakan. Yang paling penting adalah bahwa
kematangan spiritual yang tulus dapat ditemukan kembali dan dapat
menolong orang-orang Kristen untuk menjadi dirinya sendiri dengan
keselarasan yang penuh dengan karunia iman.
Penemuan kembali arti hari Minggu ini adalah sebuah rahmat yang harus
kita mohon, bukan hanya supaya dapat hidup sepenuhnya dalam iman tetapi
juga dapat memberikan jawaban-jawaban praktis kepada semua orang. Rasa
kerinduan akan hal-hal ini ada pada semua orang.
Pada masa sekarang, walaupun sebenarnya suara hati orang- orang yang
percaya merasa bersalah, ada keinginan untuk mengira bukan hanya
pemusatan Komuni Kudus (Komuni Kudus yang menajdi pusat segala- galanya)
tetapi juga berdoa bersama untuk MENGUCAP SYUKUR kepada Tuhan.
Bapa Suci menulis: “Janganlah takut memberikan waktumu untuk Kristus!
Waktu yang diberikan kepada Kristus tidak pernah menjadi waktu yang
sia-sia, tetapi justru menguntungkan, untuk hubungan-hubungan kita antar
manusia dan jalan hidup kita.”
Ada 5 nama untuk hari Minggu yang ditulis oleh Bapa Suci yang menjadi judul dari 5 bab dari surat apostoliknya.
1. Hari Tuhan : Perayaan hari Sang Maha Pencipta.
2. Hari Kristus : Hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dan Karunia Roh Kudus.
3. Hari Gereja : Hari dimana diadakan Perayaan Ekaristi, berpusat di hari Minggu.
4. Hari Manusia : Sebab hari Minggu juga hari untuk bergembira, beristirahat, dan berada bersama keluarga.
5. Hari semua hari yang lain : Karena hari ini adalah hari yang suci, yang mengungkapkan suatu waktu yang khusus.
2. Hari Kristus : Hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dan Karunia Roh Kudus.
3. Hari Gereja : Hari dimana diadakan Perayaan Ekaristi, berpusat di hari Minggu.
4. Hari Manusia : Sebab hari Minggu juga hari untuk bergembira, beristirahat, dan berada bersama keluarga.
5. Hari semua hari yang lain : Karena hari ini adalah hari yang suci, yang mengungkapkan suatu waktu yang khusus.
Bapa Suci menegaskan pentingnya HARI MINGGU mengingat ajaran
Konsili Vatikan yang ke-II : “Mereka yang setia kepada hari Minggu harus
bersatu untuk mendengar Firman Tuhan, ikut partisipasi dalam Misa Suci,
untuk mengingat kembali cinta, kebangkitan dan kemenangan Tuhan kami
Yesus Kristus dan untuk MENGUCAP SYUKUR DAN TERIMAKASIH KEPADA TUHAN.”
Bapa Suci mempercayakan surat apostoliknya kepada PERANTARAAN BUNDA
MARIA : “Tanpa mengurangi rasa hormatnya kepada Kristus dan Roh Kudus
(tanpa mengecilkan Kristus dan Roh Kudus), Ibu Maria selalu hadir di
dalam setiap gereja pada hari Minggu. Peziarah yang mengikuti jejak Ibu
Maria, membuat doa-doa yang dipanjatkan kepada Tritunggal yang Mahakudus
luar biasa manjur.”
TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA ARTIKEL 35 & 36 (PERBAIKAN TERJEMAHAN OLEH PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ - MEMPERBAIKI TERJEMAHAN KASAR DARI GOOGLE).
35. Oleh karena itu, hari-hari Tuhan adalah juga hari-hari Gereja. Inilah sebabnya mengapa di tingkat umat aspek pastoral dari perayaan Minggu harus sangat ditekankan. Seperti yang saya telah dicatat di tempat lain, di antara banyak aktivitas paroki, "tidak ada hari sepenting atau sekuat Perayaan hari Minggu untuk mendidik kesadaran Hari Tuhan dan Ekaristi-Nya. (46) Mengingat hal ini, Konsili Vatikan II ingat bahwa upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa "di dalam paroki, paguyuban hidup umat, di tempat pertama ada pelayanan perayaan Misa Minggu" (47). Arahan liturgis selanjutnya memberikan tekanan yang sama, meminta pada hari Minggu dan hari suci - perayaan Ekaristi diadakan di gereja-gereja lain dan kapel yang dikoordinasikan dengan perayaan di gereja paroki, dalam rangka "untuk memupuk rasa komunitas Gerejawi, yang dipelihara dan ditunjukkan dalam suatu cara tertentu oleh umat pada perayaan hari Minggu, baik di sekitar Uskup, terutama di Katedral, atau di paroki, di mana pastor-pastor mewakili Uskup ". (48)
36. Perkumpulan (= Ibadat) pada hari Minggu merupakan tempat istimewa untuk persatuan: itu dirancang untuk perayaan Sakramen Peratuan (komunio) yang sangat menandai dengan amat mendasar Gereja sebagai jemaat yang berkumpul dalam kesatuan Bapa, Puta dan Roh Kudus. (49) Untuk keluarga kristiani, ibadat hari Minggu adalah salah satu ekspresi yang paling menonjol dari identitas mereka dan "pelayanan mereka" sebagai "gereja domestik (setempat)", (50) ketika orang tua berbagi dengan anak-anak mereka di satu meja Sabda dan Roti Kehidupan. Kami mengingatkan kembali dengan sungguh bahwa dalam hal ini adalah pertama-tama semua orang tua harus mengajar anak-anak mereka untuk berpartisipasi dalam Misa Minggu, supaya mereka dibantu oleh kateketis (pengajaran iman) ini, untuk memastikan bahwa membawa masuk anak-anak dalam Misa adalah bagian pendidikan bagi anak-anak seperti yang dipercayakan oleh Gereja mereka, dalam hal ini jelaslah alasan di balik sifat penting kewajiban dari ajaran tersebut. Apabila keadaan menyarankan hal itu, maka perayaan Misa untuk Anak-anak, sesuai dengan ketentuan norma-norma liturgi, (51) juga dapat membantu pencapaian hal ini.
Pada Misa hari Minggu di paroki, sejauh paroki adalah "komunitas Ekaristi", (52) itu adalah normal menemukan kelompok-kelompok yang berbeda, gerakan, asosiasi dan bahkan komunitas-komunitas keagamaan yang lebih kecil hadir di paroki. Hal ini memungkinkan setiap orang untuk mengalami bersama apa yang mereka bagikan yang paling dalam, di luar jalan spiritualitas tertentu yang, dengan penegasan oleh otoritas Gereja, (53) perbedaan itu adalah sah. Inilah sebabnya pada hari Minggu, hari berkumpul bersama, Misa kelompok kecil tidak diajurkan: hal itu bukan hanya soal memastikan bahwa tidak ada pelayanan parokial tanpa imam, tetapi juga memastikan bahwa kehidupan dan kesatuan komunitas Gereja sepenuhnya dilindungi dan diperkembangkan. (54) Pengecualian dari pedoman umum ini harus didasarkan pada kewenangan dan alasan yang jelas dan mencukupi berdasarkan pada discernment yang bijaksana dari Otoritas (gembala) dari Gereja-gereja partikular, mengingat kepentingan pastoral dan kebutuhan khusus di bidang pendidikan (formatio), dan dengan mengingat kebaikan individu atau kelompok - terutama keuntungan-keuntungan yang akan didapat tentang pengecualian tersebut dan dampaknya kepada umat kristiani secara keseluruhan.
Mengingat pentingnya Misa Hari Minggu seperti yang telah dijelaskan di atas, pada Hari Raya Natal 25 Desember 2016 yang bertepatan dengan hari Minggu hendaknya gereja-gereja yang telah memiliki pastor paroki/stasi sendiri, bahkan memiliki pastor rekan yang tinggal di pastoran tidak mengurangi jadwal Misa pada hari Minggu. Akan lebih baik, bila umat yang telah mengikuti Misa Malam diajak untuk kembali mengikuti Misa Natal Fajar atau Siang, untuk mendalami bacaan-bacaan yang disajikan oleh Gereja pada Misa Fajar atau Siang.
Diolah dari berbagai sumber: Majalah Ave Maria AM-06, 2002, facebook Seputar Liturgi dan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik