Karya Serikat Yesus di Waghete Papua - Keuskupan Timika

Serikat Yesus Provinsi Indonesia memiliki dua karya rintisan di Papua, yaitu di Nabire dan Waghete. Kedua karya tersebut mengurusi sekolah dan paroki. Nabire merupakan daerah pantai sedangkan Waghete merupakan daerah pegunungan.

Di Nabire, Serikat Yesus Provinsi Indonesia (Provindo) mengelola Paroki Kristus Raja dan Sekolah SMA Adi Luhur milik Keuskupan. Di Waghete, Provindo mengutus dua Jesuit untuk berkarya di Paroki St. Yohanes Pemandi Waghete yaitu Pastor C. Budiarto SJ (Pastor Budi) dan Pastor D. Octaviano SJ (Pastor Nico). Karya Paroki di Waghete dimulai oleh Serikat Yesus pada tahun 1996 untuk melayani penduduk asli Papua, khususnya suku Mee yang mendominasi Waghete. Selain pelayanan peribadatan, Paroki Waghete juga memberi pelayanan pendidikan dasar. Di kompleks Paroki Waghete terdapat beberapa jenjang pendidikan dasar yang tidak berjauhan, antara lain: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK) Komugai, SD dan SMP YPPK milik Keuskupan Timika yang dikelola oleh Pastor Paroki Waghete. Paroki Waghete juga mengelola Asrama Putri yang dikelola oleh suster-suster dari Tarekat Maria Mediatrix. 

Paroki Waghete bekerjasama dengan Paroki St. Perawan Maria Ratu (Blok Q) sejak tahun 2012 untuk program beasiswa pendidikan 51 anak TK-SMP. Paroki Waghete juga membuka kursus komputer bagi anak-anak SMP dengan dukungan pada donatur untuk pengadaan komputer serta solar cell.

Program pendidikan di atas juga didukung dengan Program Guru Volunteer untuk mengajar anak SD. Para Pemuda dan Pemudi dari seluruh Indonesia diundang untuk terlibat selama 1 tahun untuk menjadi volunteer dengan mengajar anak SD di Waghete.

Karya frontier yang menantang tersebut dapat dicapai baik lewat jalur darat maupun lewat udara. Menurut informasi dari Pastor Nico, jalur darat Nabire-Waghete sejauh 240 km sudah diaspal halus dan dapat ditempuh selama 8 jam menggunakan angkutan umum.

Selain menggunakan jalur darat dari Nabire, Waghete dapat ditempuh dari Nabire maupun Timika dengan pesawat kecil atau helikopter yang mendarat di Enarotali (35 km dari Waghete). Saat ini sedang dibangun Bandar Udara sepanjang 2,3 km di Waghete. Sementara itu, perjalanan dari luar Papua ke Nabire sendiri juga semakin mudah dengan maskapai Merpati Air, Wings Air dan Susi Air. Selain keterlibatan dalam karya yang menantang dan penuh harapan tersebut, Waghete juga menawarkan keindahan alam khas dataran tinggi dan pesona Tiga Danau Tigi-Tage-Paniai. 

Para Sahabat yang ingin terlibat/berkunjung dalam karya Jesuit di Waghete, dapat menghubungi Pastor Budi (budiarta@provindo.org) maupun Pastor Nico (nicosj@jesuits.net).

Karya SJ Waghete

Benarkah Yesus dan Roh Kudus lupa?

"Menyimak maraknya aliran-aliran (gereja) yang didirikan oleh oknum-oknum tertentu atas nama YESUS, aku heran dan bertanya: "Apakah Yesus dan Roh Kudus lupa untuk memerintahkan orang-orang suci seperti Bunda Teresa dari Kalkuta atau Paus Yohanes Paulus II untuk mendirikan Gereja baru kalau memang Gereja Katolik itu telah melenceng dari maksud Yesus, Sang Pendiri Gereja?"

Ingat bahwa karisma pribadi seseorang seharusnya disumbangkan demi Gereja dan bukan untuk mendirikan gereja baru atas nama Yesus. Karisma itu akan berguna dan benar bila disertai dengan KETAATAN kepada Bunda Gereja.

Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

RD. Inno Ngutra

Bahan Katekese Iman Katolik: Kitab Suci Orang Kristen

Oleh: RD. Inno Ngutra

Pengantar

Banyak orang skarang ini mendirikan gerejanya berdasarkan KITAB SUCI. Pertanyaan muncul: SIAPAKAH YANG MENCIPTAKAN KITAB SUCI? APAKAH KITAB SUCI MENCIPTAKAN GEREJA ATAU GEREJALAH YANG MENCIPTAKAN KITAB SUCI? Smakin bingung kan? Walaupun topiknya lumayan sulit untuk dipahami, tapi lebih baik tahu daripada tidak sama skali.

Terhadap pertanyaan utama: "SIAPAKAH YANG MENCIPTAKAN KITAB SUCI" memang rasanya sulit untuk dipahami. Karena itu, mungkin kita bisa merumuskan seperti ini; ATAS JASA SIAPAKAH TULISAN-TULISAN BERSERAKAN ITU DIKUMPULKAN MENJADI KITAB SUCI SEPERTI YANG KITA MILIKI SKARANG INI?

1. KITAB SUCI BUKANLAH SATU-SATUNYA SUMBER IMAN
Dengan judul ini saja, kita sudah berseberangan dengan keyakinan saudara/ri kita Protestan, yang inti ajarannya adalah "SOLA SCRIPTURA" (Hanya Kitab Suci saja). Namun, saya tidak mau berpolemik tentang keyakinan yang berbeda seperti ini. Apa yang saya jelaskan adalah soal kelogisan berpikir dan keyakinan akan kebenaran yang tertulis berdasarkan sejarahnya.
Jesus selama hidup-Nya di dunia ini tak pernah menyebutkan tentang sebuah Kitab Suci (dalam arti keharusan adanya sebuah Kitab Suci seperti TAURAT dalam Agama Yahusi). Benar kan? Dia tidak pernah memerintahkan para Rasul-Nya untuk percaya kepada sebuah buku. Demikian pun IA tak pernah memerintahkan para murid-Nya untuk menuliskan sebuah buku. Karena itu, sewaktu hidupnya para Rasul, harus diakui bahwa tidak ada yang namanya KITAB SUCI. Dengan kata lain, kita bisa menyimpulkan bahwa Yesus tak pernah membangun gereja-Nya di atas dasar sebuah Kitab/Buku sebagai dasar iman, tetapi Ia membangun sebuah Gereja sebagai pilar dan dasar dari sebuah kebenaran. (2 Tim 3:15). Dan Dia tidak pernah berjanji sebuah buku/Kitab melaikan Diri-Nya sendiri akan selalu beserta Gereja-Nya sampai akhir zaman (Mat.12:15) dan Roh Kudus akan memimpin para rasul dan para pengganti mereka sampai kepenuhan kebenaran yakni setelah Ia naik ke Surga (Yoh.14:16-17).

2. TRADISI DAN KITAB SUCI

Pada awal gereja di mana Kitab Suci belum ada, umat Kristen percaya pada pengajaran para Rasul, yang menjadi dasar iman mereka, yang mana disebut oleh gereja sebagai "TRADISI SUCI." Hal ini bisa dilihat dalam Mat.15:6-9. Sedangkan istilah-istilah seperti Tritunggal, Api Penyucian dan lain-lain berasal dari surat-surat para bapa Gereja yang kemudian dikuatkan oleh isi Kitab Suci kelak.

Tentang pentingnya tradisi dalam gereja bisa dibaca dalam 2 Tesalonika 2:15; "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." Atau dalam 1Kor 11:2: "...kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepdamu.

Dengan penjelasan ini maka kiranya menjadi jelas bahwa ; Pertama, Kitab Suci adalah sebuah TRADISI. Kitab Suci bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh Allah sebagai sebuah buku melainkan berupa inspirasi yang menggerakan para penulis menuliskan apa yang mereka alami. Kedua, tradisi lisan maupun tulisan tetap penting dalam membangun iman umat.

3. ALASAN TULISAN-TULISAN DIKUMPULKAN MENJADI KITAB SUCI.

Pada masa awal Gereja, terdapat sekitar lebih dari 50 Injil, yang termasuk 4 Injil yang kita kta dalam Kitab Suci sekarang ini (Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Selain itu, ada juga Injil lain seperti Injil Yakobus, Injil Thomas, Injil Ibrani, dll. Ada juga 22 buku Kitab lain, Kisah Para Rasul, Kisah Paulus, dan lain sebagainya. Banyaknya Kitab2 Injil ini semakin membingungkan umat gereja perdana. Di antara Injil dan Kitab2 itu ada juga yang isinya sangat bertentangan dengan ajaran Para Rasul, seperti ajaran Arius yang mengatakan bahwa Jesus bukan Allah, Apolinarius; Yesus bukan manusia, Macedonius; Roh Kudus bukan Allah. Kenyataan ini sungguh sangat memprihatinkan umat terutama dalam usaha untuk mengembangkan kehidupan iman mereka.
 
Menghadapi tantangan-tantangan nyata seperti Gereja Katolik memutuskan untuk menyeleksi beberapa Kitab yang menunjukkan keaslian pada ajaran para Rasul dan yang betul-betul penuh inspirasi. Inilah yang nantinya disebut Kanon (sarana untuk mengukut keaslian dan kebenaran Kitab Suci). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa INJIL DATANG DARI GEREJA DAN BUKAN GEREJA DATANG DARI INJIL (Inilah jawaban atas tulisan di statusku di atas).
    
Sekedar sebagai kesaksian bahwa banyak orang Protestan akhirnya kembali kepada pangkuan Gereja Katolik setelah menyadari akan kebenaran cerita tentang Kitab Suci. Ini bukan terjadi karena mereka cuma belajar tentang Kitab Suci sendiri tetapi mereka belajar tentang sejrah terbentuknya Kitab Suci, yang merupakan hasil kerja kerasa Gereja Katolik. Dalam konteks ini, kita bisa mengatakan bahwa TANPA GEREJA KATOLIK, PASTI KITA TIDAK MEMILIKI KITAB SUCI SEPERTI YANG ADA SEKARANG INI.

4. GEREJA KATOLIK-LAH YANG MENGUMPULKAN TULISAN-TULISAN YG BERSERAKAN DAN MENJADIKANNYA KITAB SUCI SEPERTI YANG SEKARANG INI.
   
Berawal dari Melito, Uskup dari Sardis (tahun 170 SM) yan gmencoba untuk memliki sebuah kanon tentang Kitab Suci Perjanjian Lama, namun karena ada kesulitan dalam daftar besar kitab2 yang beredar pada waktu itu maka usaha ini tidak berjalan dengan lancar.
     
Konsili Gereja di Laodicea, dengan izin Paus di Roma mencoba memproduksi kanon Kitab Suci. Tapi usaha ini pun hanya berkembang sebatas Paus Damasus. Di bawah kepemimpinannya, Ia memerintahkan St.Jerome menterjemahkan Kitab Suci dari bahasa aslinya ke dalm bahasa Latin (bahasa resmi dalam gereja waktu itu).

Dengan kuasa yang dimilik oleh Paus, ia kemudian menerima Injil Lukas dan digabungkan dengan ketiga Injil lain dengan alasan bahwa dalam Injil Lukas terekam lengkap kisah kanak-kanak Yesus, terutama dalam hubungan dengan Santa Perawan Maria. Lukas jugalah yang untuk pertama kalinya melukis gambar Bunda Maria dengan Yesus, yang sampai saat ini masih tersimpan di Gereja Basilika Santa Maria major di Roma. Injil Matius berisi ide jelas tentang kuasa mengajar Petrus dan gereja yang dibangun di atasnya. Injil Yohanes digunakan oleh orang Kristen perdana untuk mempertahankan imannya, terutama dalam hubungan dengan Sakramen Ekaristi sebagai Tubuh dan Darah Yesus. Injil Markus juga memberikan gambaran yang jelas tentang kuasa St. Petrus untuk memimpin gereja yang didirikan oleh Yesus, dan kuasa ini sampai saat ini masih dijalankan oleh para penggantinya, yakni Paus di Roma.

5. TIDAK ADA KITAB SUCI TANPA GEREJA.
   
Dari berbagai penjelasan di atas, kita lalu sampai pada kesimpulan logis bahwa "TIDAK ADA KITAB SUCI TANPA GEREJA KATOLIK". GEREJA KATOLIKLAH YANG MENGADAKAN KITAB SUCI, yang skarang malah diklaim oleh banyak orang sebagai miliknya, dan lebih parah lagi jika mereka berani mengatakan bahwa mereka LEBIH BENAR, LEBIH TAHU tentang Kitab Suci daripada Gereja Katolik. Ini sungguh sebuah lawak yang tidak lucu.

Dengan demikian, bagi mereka yang menyangkal tradisi, kuasa mengajar dan memimpin PAUS dan cuma percaya pada pewahyuan selalu mempertanyakan keabsahan Kitab Suci. Ini yang harus kita sadari bahwa ketika kita menyebut Injil Lukas, Injil Markus, dll. bukan berarti bahwa Kitab Suci sungguh ditulis oleh mereka. Kepercayaan ini berdasar pada tradisi gereja. Karena itu, isi Kitab Suci sendiri merupakan kumpulan dari tulisan2 mereka yang menjadi saksi bukan hanya sebagai Rasul tetapi sebagai murid dari para rasul seperti Lukas dan Markus. Kedua penulis ini bukanlah tergabung dalam kelompok 12 Rasul. Mereka adalah murid dari Petrus dan Paulus.
   
Karena itu, perjuangan untuk memasukan sebuah kitab/Surat dalam Kitab Suci sungguh memakan waktu dan pertimbangan yang matang dari sisi pewahyuan dan isinya yang mendukung perkembangan iman umat, seperti misalnya; Kitab Wahyu. Kitab ini awalnya tidak diterima oleh umat kristen perdana. Tapi hanya karena keputusan dari PAUS yang mempertimbangkan bahwa isi kitab ini dapat membantu umat dalam mengenal dan mengimani Allah, maka akhirnya kitab wahyu termaktub dalam Kitab Suci seperti sekarang ini. Kuasa Paus untuk menentukan ini berdasar pada Mat.28:20; Ajarilah mereka tentang segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan, lihatlah, Aku akan menyertaimu sampai akhir zaman. (kamu di sini adalah para rasul dibawa komando Petrus sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh Yesus).

Menjadi sebuah kebenaran bahwa segala sesuatu yang diperbuat oleh para rasul dan para bapa gereja perdana tidak tertulis dalam Kitab Suci. Kitab Suci sendiri mengakuinya itu dalam Yoh.21:25; "Masih ada banyak hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetpi jika semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu." Karena itu, mereka yang percaya bahwa kebenaran hanya terdapat dalam Kitab Suci membuat sebuah kontradiksi besar dalam hidup mereka, ketika mereka menerima pewahyuan lewat pemimpin gereja mereka sebagai kebenaran. Bukankah apa yang diwahyuhkan kemudian TIDAK TERTULIS dalam Kitab Suci? Mengapa mereka harus mengakuinya? Gereja Katolik telah melihat kemungkinan bahwa Allah akan terus bekerja dalam setiap generasi sampai akhir zaman. Karena itu, kebenaran dalam Kitab Suci tak pernah disangkal, tetapi pewahyuan atau apa yang dilestarikan dalam tradisi gereja juga dipercaya datang dari Allah.

PENUTUP
 
Di balik segala kelemahan dan kekurangan Gereja, terutama lewat pemimpin-pemimpinnya, kita tidak bisa membuatnya menjadi alasan untuk meninggalkan Gereja Katolik, apalgi untuk membenci. Gereja Katolik adalah gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri di atas dasar Petrus sebagai lambang kesatuan para rasul yang lain. Para rasul yang lain, seperti Yakobus, Matius, Tadeus, dll. bahkan murid kesayangan Yesus, Yohanes, tak pernah mendirikan sebuah gereja baru karena kuasa yang diberikan kepada mereka. Walaupun berbebda pendapat atas banyak hal tapi mereka tetap percaya kepada Petrus sebagai pemimpin resmi mereka, yang diangkat sendiri oleh Yesus. Bahkan di zaman Paulus yang mendapatkan pewahyuan luar biasa dari Yesus, bahkan disebut rasul bagi bangsa2 lain pun tetap mengakui Petrus sebagai pemimpinnya karena hak yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus sendiri secara khusus.

Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Rinnong - Duc in Altum***