“Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku” (Yoh 16:12-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Hidup dalam kebenaran berarti hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga apapun yang dikatakan dan dilakukan senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan jiwa, entah jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain. Secara manusia kita semua kiranya akan lebih tergerak untuk berkata atau bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, untuk memuaskan diri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain alias cenderung tunbuh berkembang menjadi pribadi yang egois, sebagaimana terjadi di lingkungan generasi muda masa kini karena pengaruh sarana genital seperti HP atau internet, IPad dst.. Sabda perpisahan hari ini mengingatkan kita semua bahwa kepada kita yang beriman kepada Yesus Kristus dijanjikan Roh Kudus, Roh Kebenaran yang akan memimpin kita ke kebenaran. Maka dari pihak kita diharapkan kesiapsediaan dan keterbukaan untuk menerima anugerah Roh Kudus tersebut. Untuk itu baiklah saya mengajak dan mengingatkan anda sekalian agar siap sedia menerima anugerah Roh Kudus, membiasakan diri untuk taat setia pada aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika kita terbiasa dituntun dan dibimbing oleh aturan dan tata tertib, maka kita akan lebih mudah untuk menerima anugerah Roh Kudus yang akan memimpin kita ke kebenaran sejati. Kita hendaknya juga dengan rendah hati suka mendengarkan kata-kata atau cerita orang lain atau teman kita, karena dengan demikian berarti juga ada kesiapsediaan dalam diri kita untuk menerima anugerah Roh Kudus. Dengan kata lain marilah kita perdalam keutamaan mendengarkan bagi kita semua. Secara khusus kami ingatkan kepada para orangtua agar tidak memanjakan anak-anaknya dengan sarana genital seperti HP, Ipad, dst.., yang mendorong anak tumbuh berkembang menjadi egois dan kurang peka terhadap orang lain, sehingga juga kurang peka akan bisikan Roh Kudus, dan tentu saja para orangtua dapat menjadi teladan tidak terkuasai oleh HP, IPad dst..
• “Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kis 17:29-30). Kutipan di atas ini kiranya mengingatkan kita semua agar tidak bersikap mental materialistis atau duniawi, selama hidup di dunia ini hanya bekerja keras demi ‘emas, perak atau batu’ alias harta benda/uang, kedudukan/jabatan duniawi dan kehormatan duniawi. Dengan kata lain kepada mereka yang masih bersikap mental materialistis atau duniawi kami harapkan segera bertobat. Kepada para orangtua kami harapkan mewariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan manusiawi kepada anak-anaknya bukan harta benda atau uang. Dengan kata lain hendaknya anak-anak dididik dan dibina agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Mereka yang bekarya dalam pelayanan pendidikan atau sekolah kami harapkan lebih mengutamakan usaha agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, bukan nilai ujian sebagaimana menjadi idaman banyak orang masa kini, yang akhirnya diusahakan dengan tidak bermoral, entah dengan mark-up nilai atau menyontek dalam ulangan dan ujian. Kami juga berharap kepada siapapun yang bekerja dalam jajaran Departemen Pendidikan dan Departemen Agama tidak melakukan korupsi dalam bentuk apapun. Maklum dan sungguh memprihatinkan bahwa masa kini mereka yang ada di jajaran dua departemen ini, yang seharusnya membina warganegara menjadi warganegara yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, tetapi dalam kenyataan saat ini justru merusak moral warganegara. Semoga para pemuka dan tokoh agama berani mengingatkan umatnya untuk tidak melakukan korupsi sedikitpun.
“Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya!” (Mzm 148:1-2)
Rabu, 8 Mei 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ