“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah” (Yoh 8:51-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Masalah umur memang pada umumnya menjadi salah satu pedoman atau acuan hidup bersama, lebih-lebih terkait dengan hidup baru, entah itu berarti jalan hidup baru atau jabatan baru. Umur sering menjadi acuan kedewasaan pribadi seseorang, dan ada pandangan umum semakin tua berarti semakin dewasa, memang dewasa fisiknya, tetapi belum tentu dewasa kepribadian dan imannya. Orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus semakin terpojok dan semakin tidak mengimani bahwa Yesus adalah Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia. Maka ketika Yesus berkata kepada mereka bahwa Ia telah ada sebelum Abraham, mereka berkata “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham”. Di dalam hidup beriman atau beragama yang penting bukan umur, melainkan kedalaman iman, entah dalam hal pengetahuan maupun penghayatan. Maka meskipun masih muda, jika yang bersangkutan menunjukkan kedewasaan dan kematangan iman, hemat saya yang bersangkutan lebih daripada orang yang umurnya lebih tua, dan selayaknya meskipun masih muda menjadi pemimpin dan panutan banyak orang, termasuk mereka yang sudah tua atau lansia. Kami berharap kepada anda sekalian agar dalam hidup dan kerja bersama lebih mengutamakan pentingnya kedewasaan kepribadian, iman maupun moral, dan siapapun yang paling dewasa selayaknya dihormati dan menjadi panutan bagi semuanya, meskipun yang bersangkutan masih muda. Kepada anda yang masih muda hendaknya tidak menolak ketika dipilih dan ditunjuk untuk menjadi pemimpin atau berpartisipasi dalam kepemimpinan (maaf: saya pribadi dalam tahun kedua imamat saya diminta oleh atasan atau provinsial saya untuk menjadi Ekonom Keuskupan Agung Semarang, demikian juga baru saja ditahbiskan diangkat menjadi Direktur Perkumpulan Strada).
· "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.” (Kej 17: 3-6). Kutipan ini adalah firman atau sabda Allah kepada Abraham untuk “menjadi bapa sejumlah besar bangsa”. Ketika menerima firman ini Abraham belum memiliki anak, dan boleh dikatakan masih muda juga, namun dalam iman Abraham percaya akan firman tersebut, yang memang berarti Abraham senantiasa harus melaksanakan firman Allah dalam situasi dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk sungguh-sungguh menyadari dan menghayati imannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Kutipan ini kiranya juga mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa hendaknya yang menjadi pemimpin hidup dan kerja bersama adalah mereka yang dalam usia tengah, misalnya antara 35 s/d 50 tahun, sedangkan yang berusia kurang atau lebih dari usia itu hendaknya berfungsi sebagai konsultan, dengan rendah hati memberi masukan kepada yang bertugas sebagai pemimpin, apa-apa yang perlu untuk hidup dan kerja bersama. Sebaliknya yang menjadi pemimpin kami harapkan dengan rendah hati menerima aneka masukan, kritik, saran maupun tegoran dari para pembantunya atau anggotanya.
“Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya” (Mzm 105:4-7)
Kamis, 21 Maret 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ