"Seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air"
Entah berapa kali sebagai orang katolik kita membuat tanda salib kiranya tak seorang dari kita ingat dan sempat menghitung, demikian juga berapa salib telah dipasang di rumah atau tempat kerja (karena sering ganti salib) kiranya juga tidak sempat menghitung. Banyak dari kita juga mengenakan salib di dada atau sebagai kalung, dan kiranya hal itu juga lebih berfungsi atau dihayati sebagai hiasan atau assesori. Salib bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus merupakan puncak iman, yang diharapkan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, maka pada hari raya Jumat Agung dalam rangka mengenangkan wafat Yesus di kayu salib sebagai pemenuhan tugas pengutusan-Nya hari ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri, dan secara kebetulan tema APP 2013 cocok bagi kita untuk mawas diri, yaitu "SEMAKIN BERIMAN DENGAN BEKERJA KERAS DAN MENGHAYATI MISTERI SALIB TUHAN". Tema ini sejak hari Rabu Abu, mengawali masa Prapaskah, masa Tobat, kita renungkan dan refleksikan melalui aneka kegiatan, maka sejauh mana tema tersebut telah merasuki diri kita, menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita.
"Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya." (Yoh 19:26-27)
Apa yang disabdakan oleh Yesus di atas ini kiranya merupakan pesan terakhir sebelum wafat di kayu salib, dan pada umumnya pesan terakhir dari orang yang mau meninggal atau dipanggil Tuhan menjadi pegangan atau acuan hidup dan bertindak bagi anggota keluarga atau kerabat dekat. Dengan kata lain kami berharap semoga pesan terakhir Yesus kepada Yohanes, murid terkasih, juga menjadi acuan atau pedoman hidup dan bertindak kita. Kita semua dipanggil meneladan Bunda Maria, teladan umat beriman dalam menelusuri `via dolorosa', jalan penderitaan menuju salib. Sejak menanggapi panggilan Allah untuk menjadi Bunda Penyelamat Dunia, sebagai perawan yang mengandung karena Roh Kudus, Bunda Maria telah berpartisipasi dalam penderitaan sebagai konsekwensi kesetiaan dan ketaatan pada panggilan Allah. Maka perkenankan saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal ketaatan.
Ketika membuat tanda salib kita menepuk kepala/otak, dada/hati/jantung dan bahu seraya berkata "Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus". Hal ini berarti kita diharapkan memiliki cara berpikir Yesus, meneladan Hati Yesus dan cara hidup serta cara bertindak-Nya. Dan hemat saya ketaatan sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak Yesus. Maka perkenankan saya mengutip "Ketaatan dalam 12 Kata Bijak Bapa Ignatius Loyola" (J. Darminta, SJ: Ketaatan, Surat Santo Ignatius kepada para Yesuit di Portugal, April 2009, hal 39-40), mungkin dapat membantu refleksi kita. 12 Kata Bijak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Haruslah kita setuju sekata dengan Gereja Katolik: Sesuatu yang kita lihat putih, tetapi sebenarnya hitam oleh Gereja, haruslah kita mengatakan hitam2. Inilah pedoman utama bertindak: sedemikian percayalah kepada Allah, seolah-olah segala sesuatu tergantung pada kalian, tak satu pun pada Allah, tetapi, bekerjalah seolah-olah kalian tidak berbuat apa-apa, dan Allahlah yang akan melakukan semuanya3. Pekerja di kebun anggur Tuhan haruslah satu kaki menginjak di tanah, kaki lain terangkat untuk dapat segera melangkah4. Mereka yang taat hanya dalam kehendak, tanpa akal, berjalan dalam hidup religius dengan satu kaki5. Mau dan tak mau tidak berdiam di rumah kita6. Mengalahkan kehendak sendiri adalah perbuatan lebih agung daripada membangkitkan orang-orang mati7. Sungguh seorang religius dia, yang tidak hanya secara batiniah merdeka dari dunia, tetapi juga dari diri sendiri8. Pengalaman biasanya mengajarkan bahwa dimana banyak pertentangan, di situ akan banyak buah9. Setan akan menyerang manusia: pertama-tama menyelidiki bagian mana yang lebih lemah, dan bagian mana yang lebih mudah diabaikan; lalu menggerakkan naluri-nalurinya dan mempengaruhinya10. Tingkat keutamaan mana pun yang tak dapat diraih oleh orang malas selama bertahun-tahun, akan dapat dicapai oleh orang tekun dalam waktu singkat11. Mereka yang tak sudi dan tak setuju, namun kenyataannya melakukan perintah-perintah Pembesar, haruslah dihitung berada di antara budak-budak belian yang paling hina12. Taklukkanlah dirimu sendiri, sebab dengan mengalahkan diri sendiri engkau akan menerima mahkota lebih cemerlang di surge daripada mereka yang lebih lembut karena pembawaan.
"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibr 4:14-16)
Salib diatur di etalase toko merupakan barang dagangan atau komersial, salib dipasang di dinding bangunan atau didada orang berfungsi sebagai hiasan, salib teronggok di gudang merupakan barang bekas/rongsokan, barang dibuang sayang, salib ditaruh di atas kepala maka orang yang bersangkutan akan dituduh sinthing, demikian juga salib dipasang di puncak bangunan akan mengundang perhatian. Yesus disalibkan di puncak bukit Kalvari, dalam tempat tertinggi di daerah itu, yang berarti menghubungkan dunia dan surga, bumi dan langit. Dengan kata lain Yang Tersalib memang menjadi penghubung antara Allah dan manusia.
Anggota tubuh kita yang kelihatan dan senada dengan `salib' hemat saya adalah leher, dimana melalui leher makanan, minuman dan udara segar lewat dari luar masuk ke dalam perut; leher tak mungkin dapat menyakiti anggota lain atau orang lain, sedangkan anggota tubuh lain dapat menyakiti orang lain, dalam hal makanan dan minuman maupun udara leher tak pernah melakukan korupsi sedikitpun, sedangkan mulut dapat korupsi karena pasti masih ada makanan yang tertinggal di sela-sela gigi. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita diharapkan dapat menjadi `leher', penyalur berkat Allah kepada umat manusia dan doa, dambaan, kerinduan umat manusia kepada Allah, dan secara khusus hemat saya hal ini harus terjadi dalam diri seorang imam. Leher kiranya dapat menjadi symbol ketaatan dan kerendahan hati, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam untuk hidup dan bertindak dengan taat dan rendah hati, agar dengan demikian dapat menjadi penyalur berkat Allah kepada umat manusia dan dambaan, kerinduan, keluh-kesah umat manusia kepada Allah.
Dalam ketaatan marilah kita taati dan hayati ajakan Gereja kepada para imam atau klerus, lebih-lebih yang terkait dengan sikap mental materialistis yang sungguh merebak dan merajalela pada masa kini. "Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang memberi kesan kesia-siaan" (KHK kan 282 $1). Marilah kita ingat bahwa Paus kita yang baru, Paus Fransiskus, telah menunjukkan kesederhanaan, dan kiranya seluruh umat Allah juga dipanggil untuk sederhana dan untuk itu hendaknya rekan-rekan imam/klerus dapat menjadi teladan dalam hal kesederhanaan. Kami berharap kepada segenap Umat Allah tidak memanjakan imam-imamnya, dan hendaknya dengan rendah hati berani mengingatkan rekan-rekan imam yang tidak sederhana untuk hidup dan bertindak sederhana.
"Pada-Mu ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, Ya Tuhan Allah yang setia. Di hadapan semua lawanku aku bercela, tetangga-tetanggaku merasa jijik. Para kenalanku merasa nyeri; mereka yang melihat aku cepat-cepat menyingkir, Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati. Telah menjadi seperti barang yang pecah. Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, Aku berkata, "Engkaulah Allahku!". Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari musuh-musuhku dan bebaskan dari orang-orang yang mengejarku! Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap hatimu." (Mzm 31:2.6.12-13.15-17.25)
Jumat, 29 Maret 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ