“Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun”
Hidup bemasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beragama pada masa kini, bagaikan ‘pergi ke padang gurun’, karena cukup banyak godaan dan rayuan untuk berbuat jahat atau berperilaku amoral. Aneka bentuk korupsi, ketidaksiplinan, ketidak-jujuran, hidup seenaknya dan hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi marak dalam kehidupan dan kerja bersama. Yang cukup memprihatinkan adalah mereka yang bekerja dalam naungan atau dibawah paying Departemen Pendidikan maupun Departemen Agama tak terlepas dari perilaku amoral, misalnya korupsi, yang hemat kami akar dari semuanya itu adalah kebebesan menyontek dalam ulangan maupun ujian di sekolah-sekolah atau mark-up nilai raport maupun nilai ujian akhir. Maka tidak mengherankan bahwa tindakan korupsi tak kunjung surut, apalagi berhenti, dan sebaliknya semakin marak dan berkembang. Kebanyakan orang masuk ke tempat kerja atau tugas dengan sikap mental untuk mencari keuntungan pribadi atau memperkaya diri alias dengan dorongan setan atau roh jahat. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan ada tiga bentuk utama yang sering menggoda atau merayu kita, maka marilah kita renungkan atau refleksikan.
"Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (Luk 4:3)
Godaan setan terhadap Yesus diatas ini pada masa kini kiranya berupa godaan yang terkait dengan harta benda/uang, makanan dan minuman. Uang atau harta benda adalah ‘jalan ke sorga’ atau ‘jalan ke neraka’, artinya jika kita memfungsikannya sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan, maka uang atau harta benda dapat menjadi sarana atau wahana untuk semakin suci, semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebaliknya jika kita memfungsikannya hanya mengikuti selera pribadi atau keinginan sendiri berarti uang atau harta benda akan membuat hidup kita semakin amburadul, ngawur, mudah jatuh sakit dan ada kemungkinan juga cepat mati. Pengamangatan membuktikan cukup banyak orang tergoda jatuh ke dalam dosa karena uang, entah itu suami-isteri, generasi muda, imam, bruder maupun suster. Makanan dan minuman demikian juga, jika kita makan dan minum hanya mengikuti selera pribadi pasti akan mudah jatuh sakit dan cepat mati, maka hendaknya dalam hal makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat, serta kemudian senantiasa memilih dan menikmati apa yang sehat, meskipun tidak enak.
Godaan dalam hal makan dan minum yang marak pada saat ini adalah makanan atau minuman instant, yang cepat saji dan nikmat di lidah, namun belum tentu baik dan sehat bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh. Kami mengajak dan mengingatkan kita semua; untuk menjadi kaya atau sehat hendaknya mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Dalam hal makan dan minum hendaknya mengkonsumsi yang alamiah, belum teracuni oleh aneka jenis obat maupun zat -zat buatan manusia yang dapat merusak anggota tubuh. Kami berharap kepada kita semua untuk senantiasa hidup sederhana. Hendaknya jangan gila akan uang atau harta benda, karena ketika tiada uang atau harta benda anda akan menjadi gila.
"Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu. (Luk 4:6-7)
Harta benda atau uang dapat untuk membeli kedudukan, sebagaimana terjadi di Indonesia ini, yang dikenal dengan ‘kampanye uang’ dalam pemilu: untuk menjadi anggota DPR harus setor sekian juta rupiah kepada partai, untuk menjadi kepala daerah harus mengeluarkan sekian milyard rupiah untuk membeli suara rakyat, dst.. Memang pada umumnya kita sungguh gila akan kedudukan atau kuasa, apalagi dengan kedudukan dan kuasa tinggi orang dapat memperkaya diri seenaknya. Sikap mental berkuasa atau menguasai memang merebak dan menjiwai banyak orang, dan sebagai orang beriman kita dipanggil untuk bersikap mental melayani, bukan menguasai, dan dalam hal harta benda atau uang bukan memiliki, melainkan menggunakan dengan izin dari mereka yang berwewenang.
Yesus mengingatkan kita semua bahwa yang berkuasa adalah Allah, maka kita sebagai orang beriman diharapkan senantiasa membaktikan diri kepada Allah dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Dengan kata lain marilah kita arahkan hati dan perhatian kita kepada Allah, yang terus-menerus berkarya melalui ciptaan-ciptaan-Nya, terutama melalui manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra-Nya. “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rm 10:10), demikian peringatan Paulus kepada kita semua, umat beriman. Semoga kita semua senantiasa berkata-kata tentang Allah atau berdasarkan bisikan dan sentuhan Allah, sehingga kita semua senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah.
"Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."(Luk 4:9-11)
Godaan atau rayuan orang yang berkuasa dan berkedudukan ialah kesombongan. Orang menyombongkan kekayaan dan kekuasaannya dan senantiasa melecehkan atau merendahkan orang lain, dan dengan demikian menginjak-injak harkat martabat manusia serta tak percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi/Allah. Kebalikan dari sombong adalah rendah hati, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati. Bentuk sederhana dan mungkin sulit dihayati dalam hal rendah hati masa kini, yang sungguh mendesak dan up to date adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu.
Kebanyakan orang ketika harus menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan selera atau keinginan pribadi pada umumnya lalu mengeluh atau menggerutu, misalnya yang setiap hari dihadapi atau dilakukan adalah dalam hal makan atau makanan. Jika dilayani makanan yang tidak enak, tetapi sehat, pada umumnya orang mengeluh atau menggerutu, maka dengan ini kami harapkan hendaknya tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika kita harus mengkomsumsi makanan yang tidak enak tetapi sehat. Ketika kita tidak mengalami kesulitan dalam hal mengkomsumsi makanan sehat dan tidak enak, maka kiranya kita akan mudah untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati.
Kami berharap kepada para pemimpin atau atasan atau yang memiliki kuasa dapat menjadi teladan dalam kerendahan hati. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa kuasa yang anda miliki dan nikmati saat ini merupakan pemberian rakyat, yaitu ketika pemilu, maka hendaknya dihayati untuk melayani rakyat, membahagiakan dan mensejahterakan rakyat. Keberhasilan kerja atau jerih payah anda sebagai pemimpin atau atasan tidak lain ada pada kesejahteraan atau kebahagiaan rakyat. Rakyat tidak sejahtera dan tidak bahagia berarti yang menjadi pemimpin atau yang berkuasa hidup dan bertindak dengan sombong.
“Malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga. "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya” (Mzm 91:10-15)
Minggu, 17 Februari 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ