“Pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur”
Warta Gembira dari perikop Injil Yohanes hari ini sering dipilih dalam bacaan Injil dalam Misa Penerimaan Sakramen Perkawinan di lingkungan Gereja Katolik. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus mengadakan mujizat, merubah air menjadi anggur, dalam peristiwa perjamuan perkawinan di Kana. Sebagaimana terjadi pada umumnya dalam perjamuan perkawinan menyediakan jamuan makan bagi para tamu sebaik dan senikmat mungkin, sehingga para tamu sangat terkesan. Kiranya dapat dibayangkan betapa malu pemilik perjamuan ketika tahu bahwa jamuan makan yang disediakan mengalami kekurangan atau kurang enak dan kurang nikmat. Begitulah yang terjadi dalam pesta perkawinan di Kana, dan kehadiran SP Maria beserta Yesus sungguh menyelamatkan keluarga yang bersangkutan maupun mempelai yang sedang berbahagia. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian yang percaya kepada SP Maria dan Yesus untuk mawas diri sejauh mana SP Maria dan Yesus berperan dalam hidup keluarga kita.
“Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki” (Yoh 2:8-9)
Air menjadi anggur, yang segar menjadi nikmat, itulah kiranya yang terjadi dalam peristiwa perjamuan perkawinan di Kana. Hal itu terjadi karena kehadiran dan peran SP Maria serta Yesus. SP Maria adalah Bunda kita, sedangkan Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat kita, maka secara khusus kami mendambakan segenap anggota keluarga menghayati kehadiran dan peran SP Maria dan Yesus di dalam keluarga. Pertama-tama marilah meneladan SP Maria yang peduli dan peka akan kebutuhan orang lain, sehingga menghindarkan nama baik orang lain terganggu. Memang hemat saya di dalam keluarga yang cukup kepada akan kebutuhan orang lain atau anggota keluarganya pada umumnya ialah para ibu. Maka dengan ini kami mengajak para ibu untuk mendidik dan mengajak segenap anggota keluarganya dalam hal kepekaan dan kepedulian kepada yang lain.
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil meneladan-Nya antara lain dengan mengubah yang tidak enak menjadi enak, yang tidak segar menjadi segar, yang loyo menjadi bergairah, yang putus asa menjadi berpengharapan, atau dengan kata lain mengubah lingkungan hidup yang kurang baik menjadi baik, sehingga mempesona, menarik dan memotivasi orang lain untuk mendekat dan menggabungkan diri. Hadapi dan sikapi segala sesuatu dalam dan dengan cintakasih, karena dengan demikian segala sesuatu akan enak dan nikmat adanya. Ingat dan sadari, terutama bagi anda yang sedang berpacaran atau bertunangan, dengan kata lain silahkan kenangkan masa pacaran dan tunangan: bukankah apa-apa yang tidak enak dari calon pasangan hidupnya, pacarnya atau tunangannya senantiasa dihadapi dan disikapi dalam dan dengan cinta kasih, sehingga semuanya baik adanya? Kami berharap baik kepada suami maupun isteri untuk melanjutkan pengalaman masa pacaran atau tunangan tersebut dalam hidup bersama sebagai suami-isteri.
Hidup berkeluarga didasari dan diikat oleh cintakasih, maka baiklah dihayati ajaran atau sharing perihal kasih dari Paulus ini, yaitu: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” (1Kor 13:4-7). Maka kami berharap kepada segenap anggota keluarga untuk menghayati ajaran kasih Paulus di atas ini dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Ketika orang menerima dan mengalami pengalaman mendalam dalam hal saling mengasihi di dalam keluarga, maka kelak ketika mereka hidup di luar keluarga akan saling mengasihi dengan siapapun tanpa pandang bulu.
“Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama “ (1Kor 12:4-7)
Jutaan atau milyardan manusia di bumi ini berbeda satu sama lain, tidak ada yang sama persis atau identik, meskipun kembar, sebagaimana anggota tubuh kita yang begitu banyak jumlahnya juga berbeda satu sama lain, beda tempat maupun fungsi. Yang paling kentara antar manusia adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan, namun meskipun berbeda atau karena berbeda satu sama lain laki-laki dan perempuan saling tertarik, saling ingin mendekat dan bersaudara atau bersahabat sampai ada yang menjadi satu sebagai suami-isteri sampai mati. Yang berbeda antara laki-laki dan perempuan menjadi daya tarik dan daya pemersatu, itulah yang terjadi, maka kiranya seruan atau peringatan Paulus di atas sungguh merupakan kebenaran ilahi.
“Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama”, demikian peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita fungsikan bakat, kemampuan dan keterampilan yang kita miliki demi kepentingan atau kesejahteraan bersama/umum. Bakat, kemampuan dan keterampilan semakin disumbangkan demi kepentingan umum/bersama atau orang lain tidak akan habis, melainkan justru akan semakin handal, mantab dan akurat serta berkembang. Marilah kita bercermin pada atau belajar dari anggota tubuh kita, yang saling bekerjasama sangat luar biasa, masing-masing anggota di tempatnya masing-masing fungsional bagi kesehatan dan kesegaran tubuh. Tidak ada yang iri, saling membenci atau melecehkan. Maka dengan ini kami mengharap kita semua untuk saling memberi dan menerima, mengajar dan belajar: yang kaya akan harta benda mungkin memberikan sebagian harta bendanya kepada mereka yang miskin seraya belajar keutamaan-keutamaan hidup dari mereka yang miskin akan harta benda namun kaya akan nilai dan keutamaan hidup, dst..
Kerjasama atau gotong-royong dalam melaksanakan segala sesuatu pasti akan sukses. Ingat yang menjadi juara dunia sepak bola yang lalu bukan kesebelasan dari Ameka Latin yang bertebaran bintang-bintang sepak bola dan juga senior, tetapi kesebelasan dari Eropa yang memiliki kerjasama team luar biasa. Kami berharap dalam tugas pekerjaan atau kewajiban apapun hendaknya senantiasa dikerjakan dalam kerjasama atau gotong-royong. Sekali lagi kami angkat atau ingatkan bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama atau gotong-royong kasih total, yaitu kerjasama bapak dan ibu kita sebagai pekerjasama karya penciptaan Allah. Maka jika kita tidak bekerjasama atau bergotong-royong berarti kita ingkar diri atau tidak tahu terima kasih dan syukur.
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa.” (Mzm 96:1-3)
Minggu, 20 Januari 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ