“Datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Ef 6:10-13.18; Mzm 16:5.7-8; Mat 19:16-21)


“ Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat 19:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St. Antonius, Abas, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Sebagai umat beriman atau beragama kiranya kita semua mendambakan hidup yang kekal, bahagia selama-lamanya setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus diharapkan secara total mengikutiNya, sebagaimana dilakukan oleh St.Antonius, “menjual segala miliknya dan kemudian memberikannya kepada orang-orang miskin, lalu secara total mengikuti Yesus Kristus alias mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi”. Bagi kita semua kiranya tak mungkin meneladan Antonius sccara fisik dengan menjual segala milik dan kemudian memberikannya kepada orang-orang miskin, namun kiranya kita dapat menghayatinya dengan cara lain. Sebagai orang beriman berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah atau Penyelenggaraan Ilahi, maka baiklah jika dalam cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita. Maka marilah pertama-tama dan terutama kita hayati aneka aturan dan tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan dan pekerjaan kita masing-masing sebaik mungkin. Dalam cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya senantiasa dijiwai oleh cintakasih, sehingga berbuah cintakasih juga, dan siapapun yang melihat cara hidup dan cara bertindak kita juga akan hidup dan bertindak saling mengasihi. Hendaknya kita jangan melecehkan saudara-saudari kita dalam bentuk apapun dan sekecil apapun, melainkan kita senantiasa saling menghormati, menjunjung tinggi serta membahagiakan dan menyelamatkan.

· “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef 6:10-12). Agar kita dapat mengenakan perlengkapan senjata Allah, maka hendaknya yang kita pikirkan atau apa yang ada dalam otak atau pikiran kita adalah keselamatan jiwa manusia, mengingat dan memperhatikan bahwa apa yang ada dalam otak atau pikiran kita itulah yang akan kita lakukan, yang mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Hendaknya jangan pernah memikirkan yang jahat atau keinginan untuk berbuat jahat sedikit dan sekecil apapun, melainkan hendaknya senantiasa memikirkan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Melengkapi pikiran kita yang baik tidak lain adalah doa, karena kita harus melawan ‘roh-roh jahat di udara’, dan hanya bersama dan bersatu dengan Allah kita mampu mengatasi atau mengalahkan roh-roh jahat di udara. Dimana saja dan kapan saja roh-roh jahat akan mengganggu dan merayu kita, maka hadapilah dalam dan dengan doa, agar kita terbebaskan dari perbuatan jahat. Doa-berdoa merupakan salah satu cirikhas orang hidup beragama, maka jangan pernah melupakan doa sebelum dan sesudah melakukan suatu tugas pekerjaan. Saya sangat terkesan dengan sopir bus malam, bahwa sebelum menghidupkan mesin bus ia berdoa sejenak untuk mohon keselamatan dalam perjalanan. Hal itu kiranya ia melihat bahwa ia bertanggungjawab puluhan orang yang menjadi penumpang bus dengan aneka macam dambaan dan kerinduannya alias harus menjaga keselamatan jiwa mereka. Marilah sebelum melangkah atau berjalan kemana pun kita berdoa lebih dahulu, agar kita selamat dalam perjalanan dan akhirnya sampai tujuan dengan selamat dan bahagia.

“Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku.Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.” (Mzm 16:5.7-8)


Kamis, 17 Januari 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ