“Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya”
Setiap hal baru senantiasa diberi nama atau identitas baru, dan kita hari ini memasuki Tahun Baru, yang disebut sebagai Tahun Ular Air. Ciri-ciri ular antara lain cerdas, sabar, bijak dan cermat, yang dapat dilihat ketika ular akan menangkap mangsanya. Hari ini bagi kami warga Serikat Yesus juga mengenangkan pesta nama Ordo; St.Ignatius Loyola menamakan kelompok atau ordo yang didirikannya dengan ditandai nama Yesus, dengan harapan para pengikutnya senantiasa berusaha untuk menjadi sahabat-sahabat Yesus, taat dan setia meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus maupun mentaati dan melaksanakan sabda-sabdaNya. Hari ini juga merupakan Hari Perdamaian Sedunia, dengan harapan dalam mengarungi tahun-tahun yang akan kita lewati hendaknya senantiasa mengusahakan dan memperdalam hidup damai, bersahabat atau bersaudara dengan siapapun tanpa pandang bulu. Warta Gembira hari ini juga mengkisahkan pemberian nama Penyelamat Dunia yang baru saja dilahirkan dan diberi nama Yesus, sebagaimana diwartakan oleh malaikat kepada SP Maria, maka hari ini juga menjadi Pesta SP Maria Bunda Allah, Bunda Penyelamat Dunia. Angka 13 (tiga belas) sering dikatakan sebagai angka sial, maka di dalam pesawat atau tempat-tempat tertentu tidak ada kursi nomor 13, angka tersebut dihindari. Mungkinkah tahun 2013 yang mulai kita tapaki hari ini juga banyak masalah, tantangan dan hambatan yang membuat sial hidup kita? Marilah kita hadapi tahun 2013 ini dengan semangat ular yang mau menangkap mangsanya. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk menelusuri tahun 2013 dengan semangat yang menandai nama kita masing-masing, mengingat dan memperhatikan bahwa nama yang kita kenakan atau diberikan kepada kita kiranya memiliki harapan atau dambaan tertentu pada kita.
”Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Luk 2:21)
“Sunat adalah tanda fisik ‘perjanjian dengan Yahweh dan melambangkan integrasi dalam hidup keagamaan bangsa Yahudi. Maka kiasan berupa ‘sunat hati’ mengungkapkan kesetiaan terhadap Yahweh. Ungkapan ‘tak bersunat’ adalah sinonim orang kafir” (Xavier Leon-Dufour: Ensiklopedi Perjanjian Baru, Penerbit Kanisius – Yogyakarta 1990, hal 523). Menurut tradisi Yahudi anak laki-laki pada usia delapan hari harus disunat, dengan kata lain ada harapan agar anak yang bersangkutan senantiasa setia pada kehendak dan perintah Tuhan sampai mati. Secara medis sunat merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan alat kelamin laki-laki. Maka dalam rangka mengenangkan pemberian nama Yesus kepada Penyelamat Dunia serta penyunatan-Nya hari kita, kita semua diingatkan dan diajak untuk senantiasa mengusahakan kebersihan atau kesucian diri kita masing-masing, dan antara lain dengan senantiasa setia pada perintah dan kehendak Allah dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapan pun.
Kami percaya bahwa nama apapun yang diberikan kepada kita atau kita pilih sendiri untuk menandai diri kita pasti ada harapan agar kita senantiasa tumbuh berkembang sebagai orang yang cerdas beriman sampai mati, baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa bekerjasama tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas spiritual, sehingga hidup bersama dimana pun dan kapan pun dalam keadaan damai sejahtera, aman tenteram. Sebagai orang yang beriman kepada Bunda Maria kita juga dapat meneladan Bunda Maria, Bunda Allah, sehingga kita semua juga layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus. Tentu saja secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan Yesuit untuk setia menjadi sahabat-sahabat Yesus, sehingga semakin lama kita semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia, dan dengan demikian juga semakin banyak generasi muda untuk bergabung ke dalam Serikat Yesus.
Kami mengajak segenap anggota Lembaga Hidup Bakti, para biarawan dan biarawati untuk setia pada semangat atau spiritualitas pendiri, yang singkatan namanya juga anda kenakan di belakang nama anda masing-masing. Kemerosotan moral hemat saya juga mengena pada para imam, bruder maupun suster, sehingga dalam berkarya mereka sering hanya mengikuti selera pribadi saja, tidak mengikuti tata tertib atau peraturan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Hukum Kanonik maupun Konstitusi Tarekat masing-masing. Dalam berkarya kiranya kita juga dapat meneladan Penyelamat Dunia, yang ‘melepaskan ke Allah-an atau kebesaran-Nya’ dengan menjadi sama seperti kita manusia kecuali dalam hal dosa, dengan kata lain hendaknya dalam berkarya dijiwai oleh misteri Inkarnasi.
“Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah” (Gal 4:5-7)
Hukum atau aneka peraturan dan tata tertib dibuat dan diberlakukan agar mereka yang berada di wilayah hukum tersebut hidup saling mengasihi, sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Jika diperhatikan bahwa banyak orang untuk mentaati hukum atau peraturan saja masih sulit, maka untuk hidup dan bertindak saling mengasihi kiranya masih jauh dari kenyataan dan masih dalam harapan atau impian. Dalam tataran nilai ada tiga macam tingkat, yaitu nilai sopan santun, nilai hukum dan nilai moral. Nilai sopan santun pada umumnya berlaku untuk kalangan atau kelompok terbatas pada suku-suku tertentu, dan ada perbedaan di antara suku-suku yang ada, nilai hukum berlaku di wilayah yang lebih luas, sedangkan nilai moral berlaku dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Sebagai orang beriman, yang percaya kepada Tuhan, kita diharapkan hidup dan bertindak berpedoman atau berpegang pada nilai-nilai moral. Nilai moral yang paling mendasar atau tertinggi adalah cinta kasih, dan jika orang sungguh hidup dan bertindak saling mengasihi maka hidup bersama dalam keadaan damai sejahtera atau baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja. Tanda bahwa kita semua saling mengasihi atau baik adalah jiwa kita dalam keadaan selamat semuanya, maka keselamatan jiwa manusia hendaknya senantiasa menjadi barometer atau patokan keberhasilan hidup dan karya kita dimana pun dan apapun.
“TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera” (Bil 6:24-26). Kutipan ini kiranya membesarkan dan meneguhkan harapan dan usaha kita bersama untuk mengusahakan hidup baik dan damai sejahtera. Maka jika dalam hidup sehari-hari harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, arahkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh anda kepada Tuhan, karena berkat atau rahmat-Nya akan membekali atau mempersenjatai kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi aneka hambatan, tantangan dan masalah. Maka ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua adalah ciptaan Tuhan, yang diciptakan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa kita. Maka hendaknya aneka kekayaan, harta benda atau keterampilan dan kecakapan difungsikan untuk mengejar tujuan kita diciptakan, yaitu demi keselamatan jiwa manusia.
“Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu.” (Mzm 67:2-3.5-6)
“Selamat natal 2012 dan tahun baru 2013”
Selasa, 1 Januari 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ