“Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Perayaan
Natal, mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia semakin dekat, dan besok
sore/ malam kiranya kebanyakan dari anda berpartisipasi dalam Perayaan
Ekaristi Agung Malam Natal. Hari-hari ini kiranya persiapan untuk
Perayaan Malam Natal sudah siap semuanya dan tinggal pelaksanaannya,
maka kutipan judul di atas, kata-kata Elisabeth kepada SP Maria, sungguh
sesuai untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi kita pada hari
ini, tentu saja kami ajak untuk merenungkannya secara rohani atau
spiritual, bukan secara fisik belaka, dengan kata lain apakah kita telah
siap sedia secara konkret merayakan Natal dalam hidup sehari-hari,
yaitu berdamai dan bersahabat dengan siapapun tanpa pandang bulu atau
SARA, sehingga kita sendiri senantiasa dalam keadaan bahagia dan tentu
saja siapapun yang bertemu dengan
saya juga menikmati hidup bahagia dan damai sejahtera sejati, bahagia
dan sejahtera fisik maupun spiritual, lahir maupun batin.
"Diberkatilah
engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab
sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam
rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya,
sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:42-45).
Sesuatu yang sungguh mengejutkan dan menggembirakan bahwa anak yang masih berada di dalam rahim “melonjak kegirangan”, yang
berarti ia yang belum lahir sebagai manusia ikut menikmati kegembiraan
perihal pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan dunia, umat manusia
seluruhnya. Hemat saya hal ini terjadi karena Roh Kudus sungguh
berkarya baik dalam diri Elisabeth maupun SP Maria. Apa yang terjadi
dalam perjumpaan antara Elisabeth dan SP Maria ini kiranya dapat menjadi
inspirasi bagi kita semua dalam rangka menyambut kedatangan Penyelamat
Dunia, mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia yang akan segera tiba.
Menjadi
orang yang sungguh bergembira ‘luar-dalam’, artinya tidak hanya
dipermukaan saja tetapi sampai di hati, pasti senantiasa dalam keadaan
mempesona, menarik dan memikat, sehingga siapapun yang melihatnya akan
memuji dan bersyukur, tentu saja orang-orang yang baik, bermoral dan
berbudi pekerti luhur. Kita kiranya dapat menyaksikan bayi sehat yang
baru saja dilahirkan atau balita yang sehat wal’afiat, yang senantiasa
bergembira dan ceria serta memiliki sikap mental siap sedia didatangi
oleh siapapun yang hendak mengasihinya. Memang ketika bayi atau balita
didekati atau diperlakukan tanpa kasih, maka ia akan memberontak dan
menangis. Kita semua diharapkan memiliki keterbukaan yang mendalam untuk
siap sedia didatangi oleh Penyelamat Dunia.
Secara
khusus perkenankan saya menyapa rekan-rekan ibu yang sedang mengandung,
lebih-lebih baru pertama kali mengandung, serta mendambakan anaknya
yang berada dalam kandungan segera lahir di dunia ini. Kami ucapkan
selamat dan kiranya bolehlah saya sapa anda dengan kata-kata ini: “Berbahagialah
anda karena tidak lama lagi anda akan menjadi ibu, dan menurut kata
banyak orang berarti sempurnalah kewanitaan anda!”. Hendaknya anda
sungguh dalam keadaan ceria dan gembira, karena dengan demikian
kelahiran anak anda akan berjalan lancar, tanpa ada hambatan sedikitpun,
dan anak anda akan lahir dalam keadaan sehat juga. Sedangkan kepada
suami maupun saudara-saudarinya kami harapkan juga bersyukur dan
berterima kasih.
Kita
semua yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya pada hari ini juga
dalam keadaan gembira dan ada di antara yang sedang dalam rencana atau
perjalanan untuk bertemu sanak-saudara dan kerabat alias mudik ke
kampung halaman tempat dilahirkan dan dibesarkan. Kami percaya bahwa
anda juga dalam keadaan siap sedia untuk saling menyapa dengan gembira,
saling curhat, saling menceriterakan pengalaman hidup yang mengesan.
Maka manfaatkan kesempatan bersilaturahmi ini dengan baik untuk
memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan yang sejati.
Mungkin di antara anda juga sudah menyampaikan ucapan ‘Selamat Natal’,
entah melalui kartu Natal atau surat, dan pada umumnya anda juga
siap-siap untuk mengucapkan selamat Natal dengan kirim SMS atau email.
Marilah kita bersiap-siap untuk bergembira
dalam mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia.
Di
atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban
penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan
kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. Dan
kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu."
Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena
kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya
oleh persembahan tubuh Yesus Kristus” (Ibr 10:8-10)
Kutipan
di atas ini mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman atau
beragama agar dalam cara hidup dan cara bertindak senantiasa lebih
mengutamakan pelaksanaan atau penghayatan kehendak Allah, bukan
upacara-upacara liturgis atau doa-doa yang panjang. Memang kehendak
Allah antara lain dapat kita temukan dalam aneka aturan atau tata tertib
yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing,
maka baiklah aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup,
panggilan dan tugas pengutusan kita sungguh dihayati atau dilaksanakan
sepenuhnya. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa tujuan utama tata
tertib atau aturan dibuat dan diberlakukan tidak lain adalah agar kita
semakin setia dan tahu melaksanakan kehendak Allah di lingkungan hidup
atau kerja kita masing-masing.
SP Maria mengunjungi Elisabeth, saudarinya,
merupakan kehendak Allah, bukan hanya keinginan pribadi. Semoga
perjalanan anda untuk mengunjungi keluarga atau sanak-saudara atau
ucapan “Selamat Natal dan Tahun Baru” juga merupakan kehendak Allah,
maka baiklah sharingkan pengalaman hidup anda yang baik kepada
saudara-saudari kita. Semoga jabatan tangan maupun peluk-cium yang anda
lakukan dengan saudara-saudari anda juga tidak sekedar formalitas atau
sopan santun belaka, melainkan sungguh merupakan dorongan Allah.
Kutipan
di atas juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mempersembahkan
diri seutuhnya kepada Allah, apa yang kita miliki dan kuasai saat ini
hendaknya dipersembahkan kepada Allah atau difungsikan sesuai dengan
kehendak Allah. Dalam hal ini saya sangat terkesan pada seorang
seminaris dari Seminari Mertoyudan, yang beberapa waktu lalu dipanggil
Tuhan, yaitu Ignatius Destian Kristiadi. Ia adalah anak keempat dari
lima bersaudara, dan merupakan anak terbaik dalam keluarganya. Ibunya
sendiri sungguh berbahagia mempersembahkan anak tersebut kepada Tuhan
untuk menjadi imam. Banyak orang mungkin menyayangkan bahwa anak baik
kok lebih dahulu dipanggil Tuhan. Memang Tuhan menghendaki apa yang
terbaik dari kita, bukan sisa-sisa atau yang tidak baik. Ketika
mempersembahkan Ekaristi untuk tujuh hari
kematian Ignatius Destian Kristiadi di rumahnya, ibunya berbagi
pengalaman kepada saya: “Romo ia adalah anak kami yang terbaik, dan sekarang sudah mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, hidup mulia dan berbahagia di sorga bersama Tuhan. Saya merasa bahagia dengan hal ini”.
Dalam misa atau Perayaan Ekaristi tujuh hari tersebut saya juga memperoleh sesuatu yang baru dan indah. Di stasi ini
ada paguyuban umat yang disebut kelompok “LUWAK” (=Leladi Umat Wewaton
Ati Karep = melayani umat dengan kehendak hati). Kelompok ini dengan
cekatan dan gembira melayani apa yang sungguh dibutuhkan oleh umat dan
masyarakat. Marilah kita hidup dan bertindak melayani umat atau
masyarakat.
“Ya
Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan
lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan
kanan-Mu!Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu,
anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak
akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan
menyerukan nama-Mu” (Mzm 80:15-16.18-19)
Romo Ignatius Sumarya, SJ