Rm. FX Wiryapranata, SJ bersama Rm. P Suradibrata, SJ saat ulang tahun Rm. P Suradibrata ke 79 (duduk dari kiri, ketiga dan keempat) |
Sosoknya sudah tidak muda lagi, tepatnya hari ini 8 Oktober 2012 beliau merayakan hari ulang tahunnya yang ke-80. Namun usia tak akan pernah menyurutkan semangat beliau untuk terus berkarya bagi Tuhan dengan melayani umat. Usai bertugas selama kurang lebih 16 tahun di Paroki Gedhangan Semarang, pada tahun 2009 Romo Paulus Suradibrata,SJ ditugaskan oleh Romo R.B. Riyo Mursanto,SJ, Romo Provinsial Serikat Yesus di Paroki Santo Antonius Purbayan Solo. Meski sudah purna tugas, ketaatannya untuk menjadi imam sungguh – sungguh didedikasikan dengan mematuhi segala perintah pimpinan imam Yesuit dengan tanpa mengeluh dan lelah. Usia dan kondisi fisik yang sepuh tidak menyurutkan semangatnya. Serangan stroke mendadak yang sempat dialami beliau 4 tahun silam, yang hingga kini menyebabkan gangguan kesehatan pada kaki beliau pun tak kuasa memadamkan semangat menjalankan tugas membantu karya pastoral di Paroki Purbayan. Sungguh kita semua harusnya malu bila meragukan kemampuan beliau dalam membantu karya pastoral di Paroki Purbayan, karena justru melalui figur beliau, Tuhan telah memberikan gambaran semangat berkarya yang tak kunjung padam sepanjang waktu dalam diri kita.
Saat pertama kali mendapat tugas di Solo beliau sempat kuatir bila kehadirannya tidak diterima dengan baik oleh umat Purbayan yang disebabkan kondisi beliau saat ini. “... Pertama saya kan harus menerima situasi saya, artinya saya harus sadar bahwa saya sudah purna tugas, maka saya dulu juga agak kuatir, apakah umat Purbayan masih menerima saya karena saya sudah tua dan cacat...”. “...Saya takut saya dianggap membebani umat, oleh sebab itu pertama saya di Purbayan saya mengatakan kalau saya sudah purna tugas dan saya katakan pada Dewan bahwa kalau saya sakit itu bukan ditanggung Paroki, bukan ditanggung Pastoran, tetapi Provinsialat lah yang akan menanggungnya. Saya menekankan itu karena saya kuatir dikatakan: “wong koyo ngono kok di kekne kene...” Namun setelah tiba di Purbayan serta mengenal umat Purbayan, Romo yang akrab dipanggil Romo Sura ini, menjadi semakin yakin untuk tidak perlu kuatir lagi, karena beliau merasakan sambutan hangat serta keramahan umat Paroki Purbayan yang menerima kehadiran beliau, itulah yang menjadi kesan pertama beliau ketika bertugas di Solo.
Penggemar masakan khas tradisional Jawa ini, mengaku selama tinggal di Solo beliau menyukai masakan “sambel tumpang”. “Saya belum pernah menemukan masakan ini sebelumnya di tempat lain, baik di Jogja maupun di Semarang”. Romo Sura juga berbagi cerita pengalamanna sewaktu ditugaskan di luar negeri, beliau kurang bisa menikmati jenis – jenis masakan yang ada di sana, “Saya di Eropa itu ndak bisa menikmati makan roti, ya bisa..., tapi tidak menikmati...”
Ya, Romo Sura semasa mudanya memiliki sangat banyak pengalaman bertugas sebagai imam Yesuit. Usai ditahbiskan menjadi imam pada 31 Juli 1965 dengan motto : “Parate Viam Domini” atau “Persiapkanlah Jalan untuk Tuhan” (Markus 1 : 3), beliau mendapat tugas pertama sebagai imam di Sumber, Muntilan pada tahun 1967. Ini dirasakan sebagai cinta pertama melayani umat. Namun baru satu tahun di Sumber, beliau harus mengalami masa Tersiat di Amerika Serikat selama setahun. Selesai tersiat, tahun 1968 Romo Sura ditugaskan sebagai pastor pembantu di Paroki Gedhangan Semarang. Bertugas di paroki adalah tugas yang sangat didambakan Romo Sura, oleh karena kesan mendalam yang diperolehnya semasa kecil ketika menerima kunjungan para romo serta frater Yesuit di rumahnya dan pengalaman ini pula yang kemudian membawa beliau untuk memilih hidup panggilan sebagai imam Serikat Yesus atau Yesuit.
Belum lama bertugas di Paroki Gedangan saat itu, tahun 1969, secara mendadak beliau dipindahkan ke Seminari Mertoyudan. Pengalaman pemindahan ini meninggalkan kesan tersendiri bagi Romo Sura dalam menjalankan tugas imamatnya. Beliau mengatakan bahwa pengalaman ini menjadi semacam ujian ketaatan bagi dirinya. Saat itu secara mendadak Romo Sura diberi tahu oleh Romo Kepala Paroki bahwa dirinya akan dipindah ke Seminari Mertoyudan, dan saat itu pula Romo Sura baru saja berpapasan dengan Romo Provinsial ( yang berwenang memindahkan beliau), dan beliau tidak mengatakan apapun mengenai kepindahan tersebut. Romo Sura sempat merasa “ora diuwongke”. Atas kejadian tersebut Romo yang selama bertugas di Paroki Gedhangan dikenal sebagai romo yang tegas dan diisiplin ini, kemudian menghadap kepada Romo Provinsial dan mengutarakan apa yang menjadi kemarahannya atas pengalaman pemindahan tersebut. Setelah dengan sabar mendengar komplain Romo Sura atas sikap beliau saat itu, Romo Provinsial menjelaskan alasannya. Akhirnya Romo Sura bisa menerima alasan Romo Provinsial, dan peristiwa ini sekaligus menjadi pelajaran berharga bagi Romo Sura saat beliau sendiri kemudian terpilih dan menjabat sebagai Romo Provinsial berikutnya. Beliau menerapkan cara berdialog secara langsung kepada setiap romo Yesuit yang akan dipindahtugaskan. “Segala sesuatu ada maknanya”, demikian penuturan beliau.
Tahun 1987 – 1993, Romo Sura mendapatkan tugas sebagai Asisten Pater Jenderal untuk kawasan Asia Timur dan Oceania. Pengalaman ini sangat mengesankan karena selama setahun tersbut, beliau bertugas mengunjungi para Yesuit yang ada di Jepang, Korea, Taiwan, Cina Daratan, Hongkong, Macau, Vietnam, Kamboja, Filipina, Indonesia, Thailand, Australia, dan Kepulauan Pasifik. Dari tugas ini yang berkesan serta membesarkan hati beliau yaitu saat berada di Hiroshima Jepang, di mana ada seorang Romo Yesuit Jepang yang sudah lanjut usia menyambut kedatangannya dan mengatakan, “Saya senag Asisten Pater Jenderal untuk kawasan Asia sekarang orang Asia”. Beliau memang orang Asia pertama sebagai Asisten Pater Jenderal untuk kawasan Asia Timur dan Oceania. Setelah selesai bertugas di Roma, Romo Sura ditugaskan menjadi Romo Paroki di Gedangan Semarang.
Pengalaman di atas adalah penggalan kisah perjalanan pelayanan imamat Romo Sura semasa aktif bertugas. Kini beliau telah purna tugas, meski demikan oleh Romo Provinsial beliau masih diberi kepercayaan untuk membantu karya pastoral di Paroki Purbayan Solo. Tugas – tugas Romo Sura antara lain melayani misa, retret dalam hidup sehari-hari untuk umat, dan karya pastoral lainnya.
Dalam menjalani masa purna tugas ini, Romo Sura mengganti motto pelayanan hidupnya dengan: “Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni...” ( II Timotius 1 : 3 )
Nama Lengkap : Romo Paulus Suradibrata, SJ
Tanggal Lahir : 8 Oktober 1932
Putra keempat dari pasangan Bapak Constansius Suradibrata dan Ibu Bernarda Sukisni.
Riwayat singkat perjalanan Imamat Romo Paulus Suradibrata, SJ
1949 : Masuk Seminari Menengah di Jl. Code 2 Yogyakarta
7 September 1954 : Masuk Novisiat Serikat Jesus di Novisiat Santo Stanislaus Girisonta
1956 : Mengucapkan Kaul Serikat Jesus, lalu melanjutkan Juniorat dengan memperdalam Ilmu Humaniora selama 2 tahun.
1959 – 1962 : Melanjutkan Studi Filsafat di Puma, India dan merupakan angkatan pertama Frater Yesuit yang dikirim belajar di sana.
1962 : Selama 3 bulan memasuki Tahun Orientasi Kerasulan di Girisonta.
1962 – 1966 : Studi Teologi di Kolese Santo Ignatius (Kolsani) Yogyakarta
31 Juli 1965 : Menerima Tahbisan Imamat dari Kardinal Yustinus Darmoyuwono
1966 – 1967 : Tugas perutusan di Paroki Sumber, Muntilan
1967 – 1968 : Menjalani masa Tersiat di Amerika Serikat
1968 – 1969 : Bertugas di Paroki Gedangan, Semarang
1969 – 1974 : Bertugas di Seminari Mertoyudan
1969 – 1972 : sebagai pamong guru
1972 – 1974 : sebagai Rektor Seminari Mertoyudan
1974 – 1981 : Menjadi Romo Provinsial Serikat Yesus
1981 – 1987 : Menjadi Rektor Kolese Santo Ignatius ( Kolsani ) Yogyakarta
1987 – 1983 : Dipanggil ke Roma untuk menjadi Asisten Pater Jenderal untuk kawasan Asia Timur dan Oceania
1993 – 2009 : Bertugas di Paroki Gedangan, Semarang
2009 – sekarang : Menjalani masa Purna Tugas di Paroki St. Antonius Purbayan Solo
Sumber : Buletin Pelegrina edisi Tahun ke-2 No.1 November 2010, Foto: Umat Paroki Gedangan Semarang
SELAMAT ULANG TAHUN ROMO PAULUS SURADIBRATA,SJ yang ke-80
8 Oktober 1932 – 8 Oktober 2012
“Semoga selalu semangat dan bahagia di dalam menjalankan Karya Pastoral dan Penggembalaan di Gereja Santo Antonius Purbayan Solo”
...Proficiat dan Berkah Dalem...