“Yesus memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.” (Yer 26:11-16.24; Mzm 69:15-16.30-31.33-34; Mat 14:1-12)

Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.” (Mat 9:35-10:1), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes Maria Vianney, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Terpanggil untuk menjadi imam berarti harus berpartisipasi dalam karya penyelamatan Yesus, antara lain “mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan”. St.Yohanes Maria Vianney, yang terkenal dengan pembaktian dirinya untuk menerimakan Sakramen Pengakuan di kamar pengakuan sampai berjam-jam setiap hari, kiranya lebih menghayati perutusan untuk ‘melenyapkan segala penyakit dan kelemahan’. Ia juga menjadi pelindung bagi para imam, dengan harapan para imam dapat meneladan cara hidup dan cara bertindaknya dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan. Maka pertama-tama kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam untuk meneladan St.Yohanes Maria Vianney dalam pelayanan pastoralnya dalam karya macam apapun. Secara konkret memang para imam hendaknya senantiasa siap sedia kapan saja untuk menerimakan Sakramen Pengampunan bagi mereka yang memintanya, dan dalam cara hidup serta cara bertindaknya senantiasa mengampuni mereka yang bersalah, entah bersalah terhadap imam sendiri maupun orang lain. Kasih pengampunan hemat saya merupakan anugerah Tuhan yang telah kita terima secara melimpah ruah, maka selayaknya kita meneruskannya kepada orang lain dimana pun dan kapan pun. Yang terpanggil untuk hidup saling mengampuni kiranya tidak hanya para imam saja, melainkan kita semua umat beriman atau beragama. Marilah kita dimanapun dan kapanpun senantiasa hidup dan bertindak saling mengampuni satu sama lain, saling berusaha menyembuhkan aneka penyakit dan kelemahan.

· Jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu. Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu." (Yeh 3:19-21). Apa yang difirmankan oleh Tuhan melalui nabi Yeheskiel ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi kita semua, umat beriman atau beragama. Kita semua dipanggil untuk segera mengingatkan dan menegor orang-orang berdosa atau yang melakukan kesalahan untuk bertobat atau memperbaharui diri. Jika kita tahu ada orang berdosa atau bersalah dan kita tidak mengingatkan atau membiarkan saja, maka kita bersalah, dan dari pihak kita dituntut tanggungjawab oleh Tuhan. Sebaliknya kami juga berharap kepada kita semua: ketika kita bersalah dan diingatkan atau ditegor oleh saudara-saudari kita hendaknya tidak melawan atau mempertahankan diri, melainkan dengan rendah hati ditanggapi dengan kata-kata singkat “terima kasih”. Sadari dan hayati bahwa semua sapaan, sentuhan, tegoran atau peringatan sekeras apapun dan menyakitkan hati kita, hemat saya hal itu merupakan wujud kasih mereka terhadap kita, maka hendaknya disikapi dengan ‘terima kasih’. Orang tak mungkin menegor, mengingatkan dan memarahi kita jika mereka tak mengasihi kita. Kita semua juga diingatkan agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat jahat atau berdosa dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati.Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan” (Mzm 88:2-5)



Sabtu, 4 Agustus 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ