“Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Jumlah umat terus bertambah namun jumlah imam atau pastor semakin berkurang, entah karena yang telah menjadi imam atau pastor mengundurkan diri maupun pendaftar yang masuk ke seminari juga semakin berkurang. Sekiranya pendaftar yang masuk seminari banyakpun karena pencerahan selama pendampingan di seminari akhirnya cukup banyak yang menemukan panggilan sejatinya dan akhirnya mengundurkan diri dari seminari. Yang cukup memprihatinkan juga pada masa kini yang masuk ke seminari kecerdasan intelektualnya pas-pasan, sedangkan mereka yang cerdas secara intelektual tidak tergerak untuk ke seminari. Memang yang terpanggil adalah mereka yang mungkin sederhana dan miskin, secara intelektual dan finansial, tetapi unggul dalam hal kepribadian dan kecerdasan spiritual. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini marilah kita berdoa agar Tuhan menyentuh dan memanggil anak-anak dan generasi muda untuk menanggapi panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Dan tentu saja kami berharap kepada para orangtua untuk menjadikan hidup berkeluarga sebagai tempat penyemaian benih-benih panggilan, antara lain di dalam keluarga dibiasakan berdoa bersama, saling mendoakan dan anak-anak dididik atau dibina dalam hal kepekaan sosial. Jika ada anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster hendaknya orangtua dengan suka hati dan penuh syukur mengijinkan dan mendukungnya. Kami juga mengharapkan partisipasi seluruh umat Allah untuk berdoa pagi suburnya panggilan imam, bruder dan suster serta membantu pembeayaan pendidikan di seminari dengan menyumbangkan sebagian harta atau uangnya bagi seminari. Sedangkan rekan-rekan imam, bruder dan suster kami harapkan dapat menjadi saksi penghayatan panggilan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya memikat dan menarik anak-anak dan generasi muda untuk mengikutinya.
· “Mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!” (Hos 8:13). Apa yang tertulis ini rasanya pada masa kini juga masih marak terjadi, yaitu orang dengan seenaknya berpesta pora dan melupakan hidup doa maupun hidup beriman. Maka tidak mengherankan bahwa hidup bersama sungguh telah rusak dan banyak orang bersikap mental materialistis serta egois. Hal yang demikian tentu saja membuat orang-orang baik dan sosial semakin berkurang, dan benarlah apa yang disabdakan Yesus bahwa ‘pekerja’ hanya sedikit. Kepada mereka yang bersikap mental materialistis serta egois kami ajak untuk bertobat dan memperbaharui diri, tak ada kata terlambat untuk bertobat serta memperbaharui diri. Kegagalan anda dalam hidup, pekerjaan maupun tugas pengutusan terjadi karena sikap mental materialistis maupun egois. Marilah kita hidup dan bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Dengan kata lain kita harus mengorbankan diri kita, bukan orang lain, binatang atau harta benda. Kita nikmati hidup dan pekerjaan dengan gembira dan ceria, karena dengan kegembiraan dan keceriaan kita pasti akan lebih berhasil atau sukses. Yang penting adalah hidup dan bekerja dengan sebaik mungkin, sedangkan perihal hasil atau imbal jasa biarlah kita serahkan kepada Penyelenggaraan Ilahi melalui mereka yang baik hati. Hidup sebaik mungkin agar terampil hidup, belajar atau bekerja sebaik mungkin agar terampil belajar atau bekerja itulah yang hendaknya kita usahakan atau upayakan bersama-sama.
“Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.” (Mzm 115:3-8)
Rabu, 10 Juli 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Jumlah umat terus bertambah namun jumlah imam atau pastor semakin berkurang, entah karena yang telah menjadi imam atau pastor mengundurkan diri maupun pendaftar yang masuk ke seminari juga semakin berkurang. Sekiranya pendaftar yang masuk seminari banyakpun karena pencerahan selama pendampingan di seminari akhirnya cukup banyak yang menemukan panggilan sejatinya dan akhirnya mengundurkan diri dari seminari. Yang cukup memprihatinkan juga pada masa kini yang masuk ke seminari kecerdasan intelektualnya pas-pasan, sedangkan mereka yang cerdas secara intelektual tidak tergerak untuk ke seminari. Memang yang terpanggil adalah mereka yang mungkin sederhana dan miskin, secara intelektual dan finansial, tetapi unggul dalam hal kepribadian dan kecerdasan spiritual. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini marilah kita berdoa agar Tuhan menyentuh dan memanggil anak-anak dan generasi muda untuk menanggapi panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Dan tentu saja kami berharap kepada para orangtua untuk menjadikan hidup berkeluarga sebagai tempat penyemaian benih-benih panggilan, antara lain di dalam keluarga dibiasakan berdoa bersama, saling mendoakan dan anak-anak dididik atau dibina dalam hal kepekaan sosial. Jika ada anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster hendaknya orangtua dengan suka hati dan penuh syukur mengijinkan dan mendukungnya. Kami juga mengharapkan partisipasi seluruh umat Allah untuk berdoa pagi suburnya panggilan imam, bruder dan suster serta membantu pembeayaan pendidikan di seminari dengan menyumbangkan sebagian harta atau uangnya bagi seminari. Sedangkan rekan-rekan imam, bruder dan suster kami harapkan dapat menjadi saksi penghayatan panggilan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya memikat dan menarik anak-anak dan generasi muda untuk mengikutinya.
· “Mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!” (Hos 8:13). Apa yang tertulis ini rasanya pada masa kini juga masih marak terjadi, yaitu orang dengan seenaknya berpesta pora dan melupakan hidup doa maupun hidup beriman. Maka tidak mengherankan bahwa hidup bersama sungguh telah rusak dan banyak orang bersikap mental materialistis serta egois. Hal yang demikian tentu saja membuat orang-orang baik dan sosial semakin berkurang, dan benarlah apa yang disabdakan Yesus bahwa ‘pekerja’ hanya sedikit. Kepada mereka yang bersikap mental materialistis serta egois kami ajak untuk bertobat dan memperbaharui diri, tak ada kata terlambat untuk bertobat serta memperbaharui diri. Kegagalan anda dalam hidup, pekerjaan maupun tugas pengutusan terjadi karena sikap mental materialistis maupun egois. Marilah kita hidup dan bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Dengan kata lain kita harus mengorbankan diri kita, bukan orang lain, binatang atau harta benda. Kita nikmati hidup dan pekerjaan dengan gembira dan ceria, karena dengan kegembiraan dan keceriaan kita pasti akan lebih berhasil atau sukses. Yang penting adalah hidup dan bekerja dengan sebaik mungkin, sedangkan perihal hasil atau imbal jasa biarlah kita serahkan kepada Penyelenggaraan Ilahi melalui mereka yang baik hati. Hidup sebaik mungkin agar terampil hidup, belajar atau bekerja sebaik mungkin agar terampil belajar atau bekerja itulah yang hendaknya kita usahakan atau upayakan bersama-sama.
“Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.” (Mzm 115:3-8)
Rabu, 10 Juli 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ