“Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada” (2Raj 11:1-4.9-18.20; Mzm 132:11-14; Mat 6:19-23)

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” (Mat 6:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hati adalah pelita kehidupan, maka orang akan kelihatan baik atau buruk tergantung dari hatinya. Keadaan hati orang dapat dicermati dalam hal-hal apa yang menjadi perhatiannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Orang yang perhatiannya pada hal makan dan minum berarti apa yang ada dalam hatinya hanya kenikmatan makanan dan minuman saja, demikian juga orang yang omongan dan perhatiannya hanya masalah seksual, berarti yang ada di dalam hatinya adalah kenikmatan seksual. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk memiliki perhatian dalam hal iman, dimana hati senantiasa dipersembahkan kepada Allah melalui perhatian terhadap keselamatan pribadi maupun saudara-saudarinya. Maka dengan ini kami mengharapkan para orangtua untuk lebih memperhatikan kehidupan beriman, baik pada dirinya sendiri maupun pada anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah. Sekiranya kita kaya akan uang dan harta benda, baiklah kita sadari dan hayati bahwa semuanya itu merupakan anugerah Allah, maka semakin kaya akan uang dan harta benda hendaknya juga semakin beriman kepada Allah, menjadi orang yang peka terhadap kebutuhan sesamanya, ‘to be man or woman with/for others’. Sebaliknya kepada mereka yang miskin atau berkekurangan dalam hal uang atau harta benda kami harapkan juga tidak bersikap materialistis, melainkan hendaknya percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi, percaya bahwa ada orang-orang yang baik hati akan menolong atau membantunya sesuai dengan kebutuhan anda masing-masing. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kami harapkan meneladan Yesus, yang walaupun kaya, telah memiskinkan diri untuk memperkaya orang lain.

· Sesudah itu masuklah seluruh rakyat negeri ke rumah Baal, lalu merobohkannya; mereka memecahkan sama sekali mezbah-mezbahnya dan patung-patung dan membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu. Kemudian imam Yoyada mengangkat penjaga-penjaga untuk rumah TUHAN.” (2Raj 11:18). “Rumah Baal” adalah rumah dewa-dewa, yang berarti tempat penyembahan berhala-berhala. Berhala-berhala masa modern saat ini antara lain menggejala dalam aneka bentuk harta benda atau uang, khususnya generasi muda atau remaja dan anak-anak adalah sarana –prasarana modern seperti HP, komputer maupun Ipad, maklum mereka ‘dilahirkan di depan HP, komputer atau Ipad’ sehingga sangat sulit terpisahkan dari sarana-prasarana tersebut. Kami berharap kepada para orangtua maupun guru atau pendidik untuk memperhatikan hal ini. Mungkin sulit atau tak mungkin sama sekali memisahkan mereka dengan IT tersebut, namun kiranya baik diusahakan agar mereka pernah mengalami dalam jangka waktu tertentu tidak menggunakan IT tersebut, agar dapat mengambil jarak terhadap IT serta memfungsikannya sebagai sarana untuk mamanusiakan manusia. Sebagai contoh di Seminari Menengah Mertoyudan para seminaris tidak boleh membawa HP, dan penggunaan Internet pun dibatasi. Kami berharap di sekolah-sekolah juga diberlakukan untuk waktu tertentu atau jangka waktu tertentu para siswa/murid tidak diperkenankan membawa HP. Semoga para tokoh agama apapun dapat menjadi teladan dalam pemberantasan sembah-sujud pada berhala-berhala modern ini, dan dapat menjadi teladan dalam pemfungsian IT sebagai sarana, bukan tujuan. Dengan kata lain hidup dan bertindak sederhana pada masa kini hemat saya sungguh penting dan mendesak untuk dihayati dan disebarluaskan.

TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku, dan pada peraturan-peraturan-Ku yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak-anak mereka selama-lamanya akan duduk di atas takhtamu." Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya” (Mzm 132:11-14)

Jumat, 22 Juni 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ