“ Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.” (Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Filipus Neri, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Terpanggil menjadi imam kiranya boleh dikatakan sebagai yang sungguh dikasihi oleh Tuhan dan juga ada kemungkinan dikasihi oleh umat yang digembalakan atau dilayaninya melalui berbagai cara dan bentuk. Maka sebagai imam kami harapkan dapat menjadi teladan bagi umatnya sebagai ‘yang terkasih’ sehingga senantiasa hidup penuh syukur dan terima kasih, serta kemudian menyalurkan kasih dan syukur itu kepada umat yang dilayani maupun warga masyarakat. Imam berasal dari umat/masyarakat dan akhirnya menjadi pelayan bagi umat/masyarakat. Rekan-rekan imam hendaknya menyadari dan mengingat bahwa selama dalam masa pendidikan atau pembinaan sebagai persiapan untuk menjadi imam senantiasa didukung dan didoakan oleh umat, dukungan itu antara lain melalui harta dan uang guna penyelenggaraan proses pendidikan calon imam. Maka marilah kita, para imam, meneladan Yesus yang mendoakan para murid setelah Ia menyampaikan kehendak dan perintah Allah agar para murid setia melaksanakan kehendak dan perintah Allah. Kami percaya rekan-rekan imam setiap hari berdoa, entah dengan mempersembahkan Perayaan Ekaristi bagi umat maupun mendoakan Ibadat Harian, maka kami harapkan dalam doa-doa tersebut senantiasa mendoakan umat dan warga masyarakat, lebih-lebih mereka yang harus kita doakan, yaitu para pemimpin serta mereka yang miskin dan berkekurangan. Selain berdoa para imam hendaknya dengan besar hati dan semangat berkorban berani memboroskan waktu dan tenaga bagi umat yang harus dilayaninya.
· “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp 4:4-6), demikian ajakan Paulus kepada umat di Filipi. Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi kita, maka tidak ada alasan sedikitpun untuk tidak bersukacita. Hidup sekali hendaknya untuk bersukacita dan bergembira terus menerus, dan tentu saja juga kemudian senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun, sehingga kebaikan hati kita diketahui semua orang, dengan kata lain kita dikenal sebagai orang yang baik hati. Memang ada orang yang tidak senantiasa bersukacita atau bergembira atau sebenarnya mayoritas dari kita demikian adanya karena adanya kekhawatiran atau ketakutan tertentu. Misalnya: mereka yang sedang belajar khawatir tidak naik klas atau lulus ujian, yang sedang bekerja khawatir dikeluarkan, yang sedang menjadi penumpang dalam kendaraan khawatir kecelakaan dst.. Orang yang khawatir atau takut memang rentan terhadap aneka penyakit alias dengan mudah jatuh sakit. Marilah kita senantiasa bersukacita dan bergembira, sehingga menarik, memikat dan mempesona siapapun, sehingga ketika kita dalam kesulitan akan didekati oleh orang lain yang siap membantu kita. Sebaliknya jika kita sedih dan muram tentu orang lain akan enggan mendatangi kita atau bahkan menjauhi kita, sehingga kita senantiasa dalam kesedihan dan kemuraman terus menerus.
“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.” (Mzm 34:2-6)
Sabtu, 26 Mei 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ