YOGYAKARTA, - Minggu, 20 Mei 2012 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional dengan hari Komunikasi Sosial sedunia diadakan sarasehan, semacam bedah film di ruang Komunikasi Kanisius Deresan Yogyakarta dengan narasumber Rm. Murti SJ selaku produser film dan pemain film Olga Lidya (berperan sebagai ibu dari Ling-ling) dan adik Andrea Reva (pemeran Ling-ling dalam film Soegija).
Rm. Murti menyampaikan bahwa dana untuk pembuatan film itu Rp 12 miliar, dan itu masih berhutang dan akan terbayar dengan penjualan karcis pemutaran nanti. Dan bila ada banyak dana diperoleh dari pemutaran film ini, setelah membayar utang, dana itu akan dipakai untuk membuat film berikut yang bernuansa sama dengan tokoh lain. Film Soegija ini bernuansa : kemanusiaan / humanis (yang menyatukan semua perbedaan dalam hidup a.l. suku, ras, agama), multi-kultural, pluralitas masyarakat dan ke - Indonesia- an yang bersatu membangun bangsa.
Diinfokan juga bagaimana umat katolik mendukung pembuatan film ini dengan menyediakan tempat di Gereja bersejarah yang dipakai sebagai setting film, juga peran OMK, umat pada umumnya dalam mendukung peran figuran yang berjumlah 2700 totalnya. Biaya untuk menjadikan, misalnya suasana Gereja paroki Bintaran Yogyakarta dan Gereja Paroki Gedangan Semarang agar menjadi seperti foto-foto di masa Soegija hidup, ini juga biaya besar. Karena halaman gereja sekarang sudah di paving blok, sementara dulu hanya tanah, maka halaman perlu diurug dg pasir dulu. Begitu pula dengan bagian-bagian Gereja, pasturan dll yang sudah banyak berubah perlu diadakan pemulasan agar cocok dengan keadaan tahun waktu Soegija hidup dulu. Juga pemain dipilih yang relatif menggambarkan orang-orang masa itu yang umumnya relatif kurus. Sementara upaya pembuatan film memberdayakan OMK, dengan catatan perlu dipilih OMK yang kurus-kurus agar sesuai, juga umat yang kurus-kurus seperti pada waktu zaman Soegija.
Sementara untuk memberikan pesan bahwa sejak zaman dulu sampai awal reformasi, golongan Tionghoa adalah sasaran penjarahan, begitu pula di zaman Soegija di Semarang. Maka untuk memberikan gambaran itu, pesan disampaikan dengan peran keluarga Tionghoa yang mengalami penderitaan akibat perang waktu itu, itulah keluarga anak bernama Ling-ling. Ling-ling diperankan oleh anak kelas 5 bernama Andrea Reva, dan ibu dari Ling-ling diperankan oleh Olga Lidya.
Sementara yang memerankan Mgr. Soegija adalah Nirwan Dewanto seorang muslim yang bersemangat multi kultural dan pluralis. Mengapa dipilih Nirwan, karena wajahnya mirip Mgr. Soegija, juga karakternya serupa. Pilihan lain waktu sebagai alternatif adalah Butet Kertarajasa, tapi Butet punya kesamaan wajah, tetapi beda jauh karakternya dengan Mgr. Soegija. Dengan pemeran utama, bintang film Nirwan Dewanto, ini merupakan bagian yang mengungkapkan semangat dari film ini yang pluralis.
Rm. Murti menyampaikan bahwa dana untuk pembuatan film itu Rp 12 miliar, dan itu masih berhutang dan akan terbayar dengan penjualan karcis pemutaran nanti. Dan bila ada banyak dana diperoleh dari pemutaran film ini, setelah membayar utang, dana itu akan dipakai untuk membuat film berikut yang bernuansa sama dengan tokoh lain. Film Soegija ini bernuansa : kemanusiaan / humanis (yang menyatukan semua perbedaan dalam hidup a.l. suku, ras, agama), multi-kultural, pluralitas masyarakat dan ke - Indonesia- an yang bersatu membangun bangsa.
Diinfokan juga bagaimana umat katolik mendukung pembuatan film ini dengan menyediakan tempat di Gereja bersejarah yang dipakai sebagai setting film, juga peran OMK, umat pada umumnya dalam mendukung peran figuran yang berjumlah 2700 totalnya. Biaya untuk menjadikan, misalnya suasana Gereja paroki Bintaran Yogyakarta dan Gereja Paroki Gedangan Semarang agar menjadi seperti foto-foto di masa Soegija hidup, ini juga biaya besar. Karena halaman gereja sekarang sudah di paving blok, sementara dulu hanya tanah, maka halaman perlu diurug dg pasir dulu. Begitu pula dengan bagian-bagian Gereja, pasturan dll yang sudah banyak berubah perlu diadakan pemulasan agar cocok dengan keadaan tahun waktu Soegija hidup dulu. Juga pemain dipilih yang relatif menggambarkan orang-orang masa itu yang umumnya relatif kurus. Sementara upaya pembuatan film memberdayakan OMK, dengan catatan perlu dipilih OMK yang kurus-kurus agar sesuai, juga umat yang kurus-kurus seperti pada waktu zaman Soegija.
Sementara untuk memberikan pesan bahwa sejak zaman dulu sampai awal reformasi, golongan Tionghoa adalah sasaran penjarahan, begitu pula di zaman Soegija di Semarang. Maka untuk memberikan gambaran itu, pesan disampaikan dengan peran keluarga Tionghoa yang mengalami penderitaan akibat perang waktu itu, itulah keluarga anak bernama Ling-ling. Ling-ling diperankan oleh anak kelas 5 bernama Andrea Reva, dan ibu dari Ling-ling diperankan oleh Olga Lidya.
Sementara yang memerankan Mgr. Soegija adalah Nirwan Dewanto seorang muslim yang bersemangat multi kultural dan pluralis. Mengapa dipilih Nirwan, karena wajahnya mirip Mgr. Soegija, juga karakternya serupa. Pilihan lain waktu sebagai alternatif adalah Butet Kertarajasa, tapi Butet punya kesamaan wajah, tetapi beda jauh karakternya dengan Mgr. Soegija. Dengan pemeran utama, bintang film Nirwan Dewanto, ini merupakan bagian yang mengungkapkan semangat dari film ini yang pluralis.