Bila ada saudara atau teman dari jauh dan mengunjungi keluarga kita, kita tentu menerimanya dengan senang hati. Bahkan apabila teman atau saudara itu tinggal di rumah kita untuk beberapa hari. Memang kita sangat rela menyambutnya, tetapi tentulah acara harian kita diubah dan harus disesuaikan. Misalnya saja, kita yang biasanya punya jadwal olah raga atau rapat, mungkin kita pamit karena sedang ngurus tamu kita itu. Begitulah, tinggalnya seseorang di rumah, keluarga atau komunitas kita sungguh mengubah acara dan bahkan gaya hidup kita.
Tuhan Yesus Kristus juga tinggal di tengah kita melalui perayaan Ekaristi. bahkan ketika Ekaristi sudah selesai, Kristus tetap hadir melalui Sakramen Mahakudus yang ada di tabernakel. Apalagi bila kita mengadakan Adorasi Ekaristi, Kristus sungguh tinggal dan hadir di tengah kita. Dari segi liturgisnya saja, bukankah adanya Sakramen Mahakudus telah membuat kita harus berlutut apabila menghadap ke tabernakel? Jika di tabernakel tidak ada Sakramen Mahakudus tentu saja kita cukup membungkuk yang dalam ke altar tetapi tidak perlu berlutut. Pertanyaan lebih lanjut adalah: apakah kehadiran Kristus yang tinggal dalam diri kita melalui komuni telah mengubah hidup kita juga?
Banyak sekali umat yang telah menyambut komuni dengan hormat dan khidmat. Namun sering masih ada sebagian umat yang maju komuni dengan santai, tangannya kayak orang antri prasmanan, tidak hormat ke Sakramen, sesudah menerima komuni langsung duduk dan membuka HP untuk melihat apakah ada SMS atau 'misscall' temannya. Yang sangat menyedihkan ialah adanya umat yang selama Misa cuma sibuk dengan HP atau ngobrol, tetapi berani juga maju menerima komuni suci. Tinggalnya Kristus ternyata belum mengubah perilaku teman-teman kita ini.
SUMBER: Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi KAS 2012 hari 12.