"Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?”
Anggota
keluarga atau anak-anak yang baru saja ditinggal mati oleh orangtuanya,
sehingga tidak punya orangtua lagi, pada umumnya pada hari-hari setelah
kematian tersebut bercakap-cakap untuk membicarakan masalah warisan
orangtua, entah itu yang bersifat phisik maupun spiritual. Secara phisik
mungkin bercakap-cakap bagaimana membagi warisan kekayaan harta benda
atau uang, sedangkan secara spiritual adalah saling mensharingkan
pengalaman pribadinya perihal aneka nasehat, teladan, pengalaman
dst..dari orangtua, yang begitu mengesan dalam hati serta mempengaruhi
cara hidup dan cara bertindaknya. Dalam percakapan macam itu pasti ada
pribadi-pribadi tertentu yang was-was, ragu-ragu atau dalam
kekhawatiran. Namun jika suatu saat ingat akan nasehat atau petuah yang
baik dari orangtuanya kiranya yang bersangkutan menjadi tenang, tidak
ragu-ragu lagi. Begitulah kiranya yang terjadi di lingkungan para murid,
yang sedang bercakap-cakap perihal segala sesuatu yang mereka dengar
perihal penampakan Yesus yang telah bangkit dari mati, tiba-tiba Ia
menampakkan Diri kepada mereka. Untuk mengobati keraguan mereka, maka
Yesus pun minta makanan untuk dimakan, sehingga mereka tahu dan mengimani apa yang dikisahkan dalam Kitab Suci, “Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci”.
“Sementara
mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di
tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi
kamu!” (Luk 24:36).
Jika
kita sedang mengalami frustrasi atau ragu-ragu hendaknya kita
bercakap-cakap atau bercurhat tentang segala sesuatu yang telah terjadi
atau secara pribadi mengadakan refleksi. Awali percakapan atau refleksi
anda dengan doa, agar dalam terang RohNya anda menerima pencerahan,
penerangan atau penyingkapan hal baik yang membuat anda tidak ragu-ragu
lagi, melainkan diteguhkan dan dikuatkan dalam menghadapi aneka masalah
kehidupan, serta dalam memahami atau mengerti isi Kitab Suci. Kami
percaya bahwa dalam hidup bersama maupun pribadi terdapat apa yang baik
lebih banyak dari pada apa yang buruk atau jahat, maka pertama-tama
dalam percakapan atau refleksi hendaknya dicari atau ditemukan apa-apa
yang baik.
Di
dalam percakapan bersama carilah pertama-tama kekuatan dan kesempatan
atau peluang, baru kemudian kelemahan dan ancaman, demikian juga dalam
refleksi atau mawas diri secara pribadi. Ada baiknya juga dalam
percakapan bersama juga ada makan bersama apa adanya, tidak perlu mewah
dan enak, namun sehat meskipun sederhana. Ia yang telah bangkit hadir
dan berkarya dalam diri mereka yang berkehendak baik berupa kekuatan
serta keberanian untuk mengaplikasikan kekuatannya menerobos aneka
kesempatan atau peluang untuk berbuat baik, melakukan apa yang baik,
benar dan menyelamatkan. Jika anda mampu melihat dan mengimani cukup
banyak kekuatan dan peluang yang ada, maka ‘damai sejahtera’ akan
menyertai anda, sehingga hati, jiwa, akal budi dan tubuh anda dalam
keadaan segar, ceria dan gembira.
Kesegaran,
keceriaan dan kegembiraan hati, jiwa, akal budi dan tubuh merupakan
modal atau kekuatan luar biasa untuk mengerti dan memahami isi Kitab
Suci maupun aneka dokumen penting dalam kehidupan bersama. Yesus yang
telah wafat dan bangkit dari mati memang senantiasa menampakkan Diri
kepada mereka yang percaya kepadaNya untuk menyampaikan damai sejahtera.
Damai sejahtera merupakan dambaan dan kerinduan semua orang, dan
kiranya damai sejahtera hanya dapat diusahakan
dengan sukses dalam kesegaran, keceriaan dan kegembiraan, sebagai
penghayatan bahwa Yesus yang telah bangkit dari mati hidup dan berkarya
dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Beriman kepadaNya pasti
senantiasa segar, ceria dan gembira kapan pun dan dimana pun. Kami
berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan dalam kesegaran,
keceriaan dan kegembiraan bagi anak-anaknya, karena Allah sungguh hidup
dan berkarya dalam diri anda sebagai suami-isteri. Senantiasa ceria dan
gembira juga tahan terhadap aneka serangan virus penyakit, sehingga
tidak mudah jatuh sakit.
“Inilah
tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti
perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia
tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya
tidak ada kebenaran.Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam
orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah” (1Yoh 2:3-5a)
Kita
semua berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah ketika
dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kita akan kembali kepada Allah,
hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga jika dalam perjalanan hidup
dan tugas kita di dunia ini kita sungguh mengenal Allah, yang berarti
senantiasa menuruti dan melaksanakan semua firman Allah dalam cara hidup
dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Orang yang
senantiasa menghayati firman Allah berarti ‘sungguh sudah sempurna kasih Allah’ dalam dirinya.
Mungkin
bagi kita semua sulit untuk menjadi sempurna dalam kasih Allah, namun
demikian hendaknya kita terus berusaha dengan keras, tekun dan rajin
terus menerus. Pelatihan untuk tumbuh berkembang dalam kasih Allah
antara lain dapat kita usahakan dengan saling mengenal antar kita dalam
keluarga, tempat kerja, komunitas dst.., sehingga juga saling mengasihi.
Maka pertama-tama marilah kita usahakan agar kita yang setiap hari
hidup dan bekerja bersama sungguh saling mengenal satu sama lain. Ingat
pepatah Jawa “witing tresno, jalaran kulino” (= pohon atau awal kasih adalah kebiasaan bertemu), maka usahakan selalu hadir dalam pertemuan bersama di dalam keluarga, komunitas atau tempat kerja dst…
“Hai
saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena
ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi dengan jalan
demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya
harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu
dihapuskan” (Kis
3:17-19), demikian kata/kotbah Petrus kepada para pendengarnya. Jika
kita jarang atau tidak pernah bertemu dan bercakap-cakap dengan
saudara-saudari kita, maka piciklah pengetahuan kita, dan kita tidak
tumbuh berkembang sebagaimana kita rindukan atau dambakan. Peringatan
Petrus “sadarlah dan bertobatlah”, merupakan ajakan bagi
kita semua untuk senantiasa membuka diri terhadap aneka informasi,
perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di masyarakat maupun di dunia
ini, sehingga kita diperbaharui terus menerus.
Jika
dalam pertemuan atau percakapan kita bicarakan atau sharingkan apa-apa
yang tertulis di dalam Kitab Suci, maka kita akan diperkarya dengan
pengetahuan atau pemahaman isi Kitab Suci dan ada kemungkinan untuk
bertobat atau diperbaharui terus menerus. Mereka yang dulu tidak percaya
kepada Yesus Kristus menjadi percaya dan kemudian minta dibaptis
sebagai bukti pertobatan mereka, atau yang semua berbuat jahat kemudian
bertobat dengan senantiasa berbuat baik, melakukan apa yang baik,
menyelamatkan dan membahagiakan, khususnya keselamatan atau kebahagiaan
jiwa. Semakin kaya akan pengetahuan ada kemungkinan semakin bijak dalam
cara hidup dan bertindak serta dengan demikian senantiasa hidup dalam
damai sejahtera dalam situasi dan kondisi apapun.
“Apabila
aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam
kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan
dengarkanlah doaku! Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya
seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru
kepada-Nya. Banyak orang berkata: "Siapa yang akan memperlihatkan yang
baik kepada kita?" Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN!
Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab
hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.” (Mzm 4:2.4.7.9)
Minggu, 22 April 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ