“Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:17-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Memperhatikan dan mencermati aneka kekerasan dan kebrutalan yang hampir setiap hari terjadi di kota-kota di Indonesia masa kini menunjukkan bahwa mereka yang terlibat di dalam kekerasan atau kebrutalan menerima pendidikan yang keras di dalam keluarga atau sekolahnya, atau mereka terbiasa melihat kekerasan di lingkungan hidup mereka. Kekerasan yang terjadi belum tentuk secara phisik, mungkin secara social, emosional, psikis atau spiritual, namun demikian berarti tetap akan menjiwai orang yang bersangkutan untuk bertindak keras dan brutal jika ada kesempatan. Pemerintah-pemerintah melalui aparat-aparatnya juga sering melaksanakan pemerintahannya dengan kekerasan. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk memerintah dengan semangat melayani. Kepada mereka yang berada di jajaran pemerintahan, entah menjadi pejabat atau pegawai, kami ingatkan akan sumpah anda, yaitu ketika diangkat menjadi pejabat atau pegawai anda berjanji untuk melayani atau mengabdi rakyat. Hendaknya tidak hanya manis di mulut ketika sedang bersumpah, tetapi juga manis dalam cara hidup dan cara bertindak atau memfungsikan jabatannya. Layanilah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tenaga anda, mereka yang harus anda layani. Melayani atau mengabdi orang lain berarti berusaha dengan sungguh-sungguh membahagiakan orang yang dilayani, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup mereka. Semoga anda para pejabat atau pegawai pemerintahan tidak gila harta benda/uang, jabatan/kedudukan atau kehormatan duniawi.
· “Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Namun mereka telah menggali pelubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka” (Yer 18:19-20), demikian doa Yeremia yang menerima ancaman untuk dibunuh oleh mereka yang memusuhinya. Orang baik, benar, jujur dan rendah hati di negeri ini juga sering menerima ancaman atau terror dari para penguasa yang gila harta benda/uang, jabatan maupun kehormatan duniawi, entah secara langsung atau melalui suruhan/perantara. Kepada mereka yang sering menerima ancaman atau terror yang demikian itu kami harapkan tetap tenang dan tegar seraya persembahkan semuanya kepada Tuhan. Jangan hadapi dan sikapi ancaman atau terror dengan takut dan balas dendam, karena dengan demikian kekerasan dan kebrutalan akan muncul. Tetap berdirilah teguh dalam Tuhan, yang berarti tetap baik, benar, jujur dan rendah hati, karena dengan demikian ancaman atau terror akan mundur dan berhenti dengan sendirinya. Ancaman dan terror berasal dari setan, dengan kekuatan setan, dan kita percaya Tuhan pasti mengalahkan setan, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan kita dapat mengatasi ancaman dan terror. Marilah kita ingat dan kenangkan dan belajar darinya, yaitu para ibu dan anak-anak berbaris teratur seraya berdoa rosario dengan tenang dan tegar menghadapi tentara-tentara dengan tank perang serta pesenyataan mutakhir lainnya, dimana akhirnya kekerasan yang dikirim oleh Presiden Marcos, yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi, mundur teratur. Doa telah mengalahkan kekerasan phisik, itulah yang terjadi.
Rabu, 7 Maret 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Memperhatikan dan mencermati aneka kekerasan dan kebrutalan yang hampir setiap hari terjadi di kota-kota di Indonesia masa kini menunjukkan bahwa mereka yang terlibat di dalam kekerasan atau kebrutalan menerima pendidikan yang keras di dalam keluarga atau sekolahnya, atau mereka terbiasa melihat kekerasan di lingkungan hidup mereka. Kekerasan yang terjadi belum tentuk secara phisik, mungkin secara social, emosional, psikis atau spiritual, namun demikian berarti tetap akan menjiwai orang yang bersangkutan untuk bertindak keras dan brutal jika ada kesempatan. Pemerintah-pemerintah melalui aparat-aparatnya juga sering melaksanakan pemerintahannya dengan kekerasan. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk memerintah dengan semangat melayani. Kepada mereka yang berada di jajaran pemerintahan, entah menjadi pejabat atau pegawai, kami ingatkan akan sumpah anda, yaitu ketika diangkat menjadi pejabat atau pegawai anda berjanji untuk melayani atau mengabdi rakyat. Hendaknya tidak hanya manis di mulut ketika sedang bersumpah, tetapi juga manis dalam cara hidup dan cara bertindak atau memfungsikan jabatannya. Layanilah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tenaga anda, mereka yang harus anda layani. Melayani atau mengabdi orang lain berarti berusaha dengan sungguh-sungguh membahagiakan orang yang dilayani, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup mereka. Semoga anda para pejabat atau pegawai pemerintahan tidak gila harta benda/uang, jabatan/kedudukan atau kehormatan duniawi.
· “Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Namun mereka telah menggali pelubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka” (Yer 18:19-20), demikian doa Yeremia yang menerima ancaman untuk dibunuh oleh mereka yang memusuhinya. Orang baik, benar, jujur dan rendah hati di negeri ini juga sering menerima ancaman atau terror dari para penguasa yang gila harta benda/uang, jabatan maupun kehormatan duniawi, entah secara langsung atau melalui suruhan/perantara. Kepada mereka yang sering menerima ancaman atau terror yang demikian itu kami harapkan tetap tenang dan tegar seraya persembahkan semuanya kepada Tuhan. Jangan hadapi dan sikapi ancaman atau terror dengan takut dan balas dendam, karena dengan demikian kekerasan dan kebrutalan akan muncul. Tetap berdirilah teguh dalam Tuhan, yang berarti tetap baik, benar, jujur dan rendah hati, karena dengan demikian ancaman atau terror akan mundur dan berhenti dengan sendirinya. Ancaman dan terror berasal dari setan, dengan kekuatan setan, dan kita percaya Tuhan pasti mengalahkan setan, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan kita dapat mengatasi ancaman dan terror. Marilah kita ingat dan kenangkan dan belajar darinya, yaitu para ibu dan anak-anak berbaris teratur seraya berdoa rosario dengan tenang dan tegar menghadapi tentara-tentara dengan tank perang serta pesenyataan mutakhir lainnya, dimana akhirnya kekerasan yang dikirim oleh Presiden Marcos, yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi, mundur teratur. Doa telah mengalahkan kekerasan phisik, itulah yang terjadi.
“Sebab aku mendengar banyak orang berbisik-bisik, -- ada kegentaran dari segala pihak! -- mereka bersama-sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut nyawaku.Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!” (Mzm 31:14-16)
Rabu, 7 Maret 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ