
HOMILI: Hari Minggu Adven I (Yes 63:16b-17; 64:1.3b-8; Mzm 80:15-16.18-19; 1Kor 1:3-9; Mrk 13:33-37)
“Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta”
Ketika saya mendapat berita bahwa ibu/simbok saya yang telah lansia tidak mau makan dan sulit minum lagi, maka saya sering menengoknya dan pada suatu haripun kami, anak-anak, berempat, berkumpul untuk berdoa serta memberi sakramen minyak suci. Kami sadar bahwa simbok saya tidak lama lagi akan segera dipanggil Tuhan, maka kepada kakak saya yang ada di rumah saya berharap dapat menemani simbok. Sepanjang malam sampai pagi hari, pada saat simbok dipanggil Tuhan, kakak saya perempuan dan adik saya menunggui atau menemani simbok. Mereka berdua katanya menemani sampai kurnang lebih pukul 04.30 pagi, pada jam ini kakak perempuan saya pergi ke dapur untuk memasak dan adik saya nonton TV, dengan kata lain simbok sendirian saja. Kurang lebih pk 05.40 adik saya menengok simbok dan ternyata telah dipanggil Tuhan. Sepanjang malam berjaga-jaga dengan harapan dapat menemani simbok ketika dipanggil Tuhan, ternyata meleset, itulah yang terjadi. Tugas berjaga-jaga memang diharapkan senantiasa berada dalam kesiap-siagaan. Memasuki tahun baru liturgi, masa adven, ini kita diajak untuk mawas diri perihal ‘berjaga-jaga’, maka marilah kita renungkan sabda hari ini. Secara kebetulan juga hari Minggu Adven I/tahun baru liturgi ini juga Tahun Baru Hijriah (1 Suro)
“Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta” (Mrk 13:35)
Orang yang berjaga-jaga pada umumnya dalam keadaan sehat wal’afiat lahir dan batin, jasmani dan rohani. Seorang yang bertugas sebagai penjaga malam untuk menjaga keamanan kantor, wilayah/perumahan dst.. harus dalam keadaan sehat wal’afiat agar dapat berjaga semalam suntuk. Selama kurang lebih empat minggu kita diajak untuk mempersiapkan diri atau berjaga-jaga dalam rangka menyambut kelahiran atau kedatangan Penyelamat Dunia, hari Natal. Pada umumnya di lingkungan Gereja Katolik (di paroki, di wilayah/stasi, lingkungan) diselenggarakan pendalaman iman Adven, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendalaman iman atau doa bersama di lingkungan-lingkungan selama masa Adven ini. Sekiranya tidak mungkin berpartisipasi dalam lingkungan karena berbagai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, baiklah di dalam keluarga diselenggarakan pendalaman iman atau doa bersama.
Berjaga-jaga di sini kiranya lebih diharapkan secara spiritual daripada material, rohani daripada jasmani. Dengan kata lain kita diharapkan mengusahakan kebersihan atau kesucian jiwa, hati dan pikiran kita, sehingga layak menyambut kelahiran Penyelamat Dunia. “Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!” (Mrk 13:37), demikian sabda Yesus. Memang sabda ini kiranya juga dapat ditafsirkan agar kita semua siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan alias meninggal dunia, dan kemudian hidup mulia dan berbahagia selama di sorga. Kami percaya kita semua mendambakan setelah meninggal dunia nanti segera hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga, maka marilah kita wujudkan dambaan kita dengan penuh harapan.
Keutamaan harapan itulah yang hendaknya kita refleksikan, usahakan dan perdalam selama masa Adven ini. Cirikhas orang yang berpengharapan antara lain: ceria/gembira, dinamis, cekatan, kerja keras serta melakukan lakutapa atau matiraga. Kita semua mengharapkan rahmat kegembiraan dan kebahagiaan sejati, hidup selamat dan damai sejahtera; dan itulah inti rahmat Natal yang kita nantikan atau harapkan. Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk berusaha hidup baik dan berbudi pekerti luhur dengan penuh harapan. Perkenankan saya mengangkat masalah lakutapa atau matiraga sebagai salah satu nilai yang harus dihayati orang yang berpengharapan. Salah satu tujuan lakutpa atau matiraga adalah untuk memperoleh rahmat yang didambakan dari Tuhan, dan rahmat yang kita dambakan adalah damai sejahtera lahir dan batin, jasmani dan rohani. Matiraga berarti mengendalikan gerak seluruh anggota tubuh sedemikian rupa sehingga tidak pernah melakukan dosa atau mengurangi apa yang biasa. Dengan kata lain wujud matiraga dapat berupa tindakan-tindakan baik atau pengumpulan harta benda atau uang sebagai pengurangan keperluan atau kebutuhan biasa kita, yang kemudian kita sumbangkan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Aksi Adven secara nyata itulah yang hendaknya kita lakukan.
“Kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.” (1Kor 1:7-9)
Kita semua telah menerima karunia dari Tuhan secara melimpah ruah: hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah karunia Tuhan yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita dengan aneka cara dan bentuk. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Paulus bahwa “kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya”. Maka kami harapkan kita tidak mensia-siakan aneka karunia Tuhan yang telah kita terima sampai kini.
Marilah kita fungsikan aneka karunia untuk mengusahakan dan menjaga agar kita ‘tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus’. Marilah kita mawas diri perihal relasi kita dengan Tuhan, sesama manusia, aneka ciptaan lainnya maupun dengan lingkungan hidup kita. Apakah kita tetap berrelasi baik dan benar, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita tidak pernah mengecewakan atau menyakiti Tuhan, sesama, ciptaan lainnya maupun lingkungan hidup kita? Apakah cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa berkenan di hati Tuhan dan saudara-saudari kita sehingga kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan saudara-saudari kita, apakah kita menjaga dan melestarikan lingkungan hidup yang baik?
Kita semua menyongsong atau menantikan hari-hari pesta atau kenangan yang sarat dengan persaudaraan atau perdamaian sejati, antara lain Hari Solidaritas Nasional tgl 20 Des, Hari Natal tgl 25 Des dan Hari Perdamaian Sedunia tgl 1 Januari, maka marilah kita siapkan diri kita sebaik mungkin sehingga kita layak berpartisipasi dalam perayaan-perayaan atau kenangan-kenangan tersebut. Kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dalam hidup sehari-hari kita dimana pun dan kapan pun. Marilah kita saling meneguhkan dalama usaha membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Kita renungkan sapaan Yesaya ini: “Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala. Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu!” (Yes 63:16-17)
“ Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu” (Mzm 80:15-16.18-19)
Minggu, 27 November 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Perayaan Ekaristi: Sabtu-Minggu, 26-27 November 2011

SABTU-MINGGU, 26 - 27 November 2011
LAGU PEMBUKA (PS 720)
TANDA SALIB DAN SALAM
I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus bersamamu
U. Dan bersama rohmu
PENGANTAR
I. Mulai hari ini kita memasuki masa Adven. Kata adven berasal dari kata Latin adventus, artinya kedatangan. Pada masa Adven kita diajak untuk menantikan kedatangan Tuhan yang pertama, yaitu yang kita rayakan pada hari raya Natal nanti, maupun kedatangan Tuhan yang kedua, yakni pada akhir zaman. Nuansa pada masa Adven adalah nuansa pengharapan. Lilin pertama pada lingkaran Adven yang kita nyalakan pada hari ini merupakan tanda pengharapan akan kedatangan Tuhan. Masa Adven memberikan kepada kita kesempatan yang istimewa untuk menata hidup dan bertobat. Marilah kita belajar dari seorang hamba dari Injil hari ini yang menantikan dengan penuh harapan dan sambil berjaga-jaga. Sikap berjaga-jaga bukan sikap yang pasif tetapi aktif, yaitu untuk mempersiapkan segala sesuatunya apabila tuan rumah datang pada saat yang tidak diduga-duga.
DOA PEMBERKATAN KORONA ADVEN
I. Terpujilah Engkau, ya Allah, pencipta segala sesuatu.
U. Terpujilah Engkau selama-lamanya.
I. Dalam diri Putera-Mu, yang datang sebagai cahaya sejati, Engkau mengusir kegelapan hati, dan memulihkan hidup kami
U. Terpujilah Engkau selama-lamanya.
I. Engkau mengutus Roh Kudus, yang menerangi hati kami, sehingga sadarlah kami, betapa besar kasih-Mu yang boleh kami dambakan.
U. Terpujilah Engkau selama-lamanya.
Pemimpin ibadat mengulurkan tangan ke atas lingkaran Adven:
I. Marilah berdoa.
I. Allah, Tuhan kami, kami bersyukur kepada-Mu, karena kami boleh mengalami lagi Masa Adven, yakni masa yang penuh pengharapan dan kerinduan akan kedatangan Sang Juruselamat. Harapan dan kerinduan itu kami ungkapkan dalam lambang lingkaran Adven ini. Maka kami mohon, sudilah Bapa memberkati † Lingkaran adven ini, dan limpahkanlah rahmat-Mu, supaya melalui masa yang suci ini persekutuan umat di Paroki ...... semakin kokoh.
Semoga kami selalu saling membantu mempersiapkan diri dengan tekun sehingga sungguh pantas menyambut kedatangan Yesus. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin
I. Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, hamba-Mu yang merindukan Putra-Mu, cahaya kehidupan kami. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putra-Mu yang menjadi penerang bagi hidup dan karya kami.
(lilin dinyalakan)
Bagai nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus dalam kehidupan kami.
Semoga dalam terang-Nya, kami dapat mengembangkan iman yang solider, mendalam dan tangguh, sehingga mampu mewujudkan iman di tengah-tengah masyarakat. Doa ini kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
SERUAN TOBAT (Cara 3)
I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah berdosa supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.
I. Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah pembawa damai sejahtera ke dunia. Engkaulah yang dinanti-nantikan umat manusia.
K. Tuhan, kasihanilah kami (PS 351)
U. Tuhan, kasihanilah kami.
I. Engkaulah cahaya penghalau kegelapan dunia. Engkaulah yang didamba-dambakan umat manusia.
K. Kristus, kasihanilah kami
U. Kristus, kasihanilah kami
I. Engkaulah pembawa keselamatan dunia. Engkaulah yang diharap-harapkan umat manusia.
K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami.
I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.
TANPA KEMULIAAN
DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I. Allah Bapa kami di surga, Engkau nampaknya begitu jauh dari kami, hingga kami kurang kami perhatikan dan hampir-hampir kami lupakan kedatangan-Mu kembali. Berkenanlah kini mempecepat kedatangan-Mu di tengah-tengah kami, dan buatlah kami mendambakan penyelamatan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.
BACAAN I (Yes 63:16b-17; 64:1.3b-8)
"Sudilah Engkau mengoyakkan langit dan turun."
L. Pembacaan dari Kitab Yesaya:
Ya Tuhan, Engkau sendirilah Bapa kami. Sejak dahulu kala nama-Mu ialah "Penebus kami". Ya Tuhan, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu? Mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga kami tidak takut kepada-Mu? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, dan oleh karena suku-suku milik pusaka-Mu. Sudilah Engkau mengoyakkan langit dan turun, sehingga gunung-gunung goyang di hadapan-Mu. Karena sejak dahulu kala orang tidak pernah mendengar, dan juga tidak ada telinga yang mendengarl tidak ada mata yang melihat Allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan Dia. Hanya Engkau yang berbuat demikian. Engkau menyongsong mereka yang melakukan kebenaran, dan yang mengindahkan jalan yang Kautunjukkan! Sesungguhnya, Engkau ini murka sebab kami berdosa. Terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala. Demikianlah kami semua seperti orang najis, dan segala kesalehan kami seperti kain kotor. Kami semua menjadi layu seperti daun, dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin. Tidak ada yang memanggil nama-Mu atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu, sebab Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami. Engkau menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami. Tetapi sekarang, ya Tuhan, Engkaulah Bapa kami! Kami ini tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami semua adalah buatan tangan-Mu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
MAZMUR TANGGAPAN (PS 865)
Refren: Tuhan, Engkaulah penyelamatku
Mazmur:
1. Hai gembala Israel, pasanglah telinga-Mu, Engkau, yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar. Bangkitkanlah keperkasaan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
2. Allah semesta alam, kembalilah, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Tengoklah pohon anggur ini, lindungilah batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu.
3. Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang ada di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu. Maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu.
BACAAN II (1Kor 1:3-9)
"Kamu menantikan penampakan Tuhan kita Yesus Kristus."
L. Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara, kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Aku, Paulus, senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu, atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Kristus kamu telah menjadi kaya dalam segala hal, yaitu dalam segala macam perkataan dan pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus yang telah diteguhkan di antara kamu, sehingga kamu tidak kekurangan suatu karunia pun sementara kamu menantikan penampakan Tuhan kita Yesus Kristus. Dia juga akan meneguhkan kamu sampai kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Sebab setialah Allah yang telah memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
BAIT PENGANTAR INJIL (PS 951)
Refren. Alleluya, Alleluya, Alleluya.
Ayat. Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan dan berilah kami keselamatan yang dari pada-Mu.
BACAAN INJIL (Mrk 13:33-37)
"Berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu bilamana tuan rumah pulang!"
I. Tuhan sertamu
U. Dan sertamu juga
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamana waktunya tiba. Ibaratnya seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing sesuai dengan tugasnya, dan memerintahkan supaya penunggu pintu berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamana tuan rumah itu pulang: Menjelang malam atau tengah malam, atau larut malam atau pagi-pagi buta. Hal ini Kukatakan supaya kalau ia tiba-tiba datang, jangan sampai kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu Kukatakan kepada semua orang: Berjaga-jagalah!"
I: Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U: Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
HOMILI
AKU PERCAYA
DOA UMAT
I. Kita tahu bilamana Tuhan datang kembali. Tetapi Ia berkata supaya kita siap siaga. Suatu dorongan bagi kita untuk selalu berdoa dan bekerja bagi kepentingan umum. Maka marilah kita panjatkan doa kita:
L. Bagi Gereja Allah:
Ya Bapa, semoga Gereja-Mu tetap rendah hati, selalu gembira dan penuh harapan sekalipun mengalami banyak hambatan dan kegagalan. Marilah kita mohon:
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
L. Bagi para pemimpin masyarakat:
Ya Bapa, dampingilah para pemimpin kami, agar dalam membimbing dan melayani masyarakat selalu mendahulukan kepentingan umum dan penuh rasa tanggung jawab. Marilah kita mohon:
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
L. Bagi para orang tua:
Ya Bapa, perkenankanlah para orang tua dengan iman yang mantap mendidik anak-anak dan berhasil menciptakan suasana pengertian dan cinta kasih di dalam keluarganya. Marilah kita mohon:
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
L. Bagi mereka yang hari ini tak dapat hadir di sini: Ya Bapa, berkatilah dan lindungilah saudara-saudara kami yang hari ini tak dapat hadir, agar mereka mampu mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi. Marilah kita mohon:
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
I. Allah Bapa yang mahakuasa, sepanjang zaman Engkau setia akan sabda-Mu. Engkaulah Tuhan kami, Allah-beserta kami, dan kami ini umat-Mu. Itulah iman dan harapan kami, bila kami berdoa kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.
A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN
LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN (PS 438)
DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Allah Bapa yang mahakudus, terimalah kiranya persembahan, hasil karya tangan kami, sebagai tanda bakti dan pujian kami kepada-Mu. Semoga berguna bagi kami dan seluruh masyarakat kami berkat Dia yang kami kenangkan, ialah Yesus Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.
B. DOA SYUKUR AGUNG
PREFASI
KUDUS (PS 392)
DOA SYUKUR AGUNG
BAPA KAMI (Konvenas)
I+U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.
DOA DAMAI
I. Tuhan Yesus bersabda: “Berjaga-jagalah dan berdoalah selalu, supaya kamu pantas diluputkan dari malapetaka yang akan terjadi, dan sanggup menghadap Putra Manusia.” Maka marilah kita mohon damai kepada-Nya: Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
ANAK DOMBA ALLAH (PS 413)
PERSIAPAN KOMUNI
KOMUNI
DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa:
I. Bapa di surga, dengarkanlah doa kami dan berikanlah harapan kepada semua orang, yang mendambakan bantuan-Mu. Berkati dan lindungilah kami berkat sabda-Mu dan jadikanlah kami saksi cinta kasih-Mu demi Yesus Kristus, Putra-Mu, cahaya dunia, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
PENGUMUMAN
BERKAT
PENGUTUSAN
“Berjagalah senantiasa sambil berdoa” (Dan 7:15-27; MT Dan 3:82-87; Luk 21:34-36)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan St. Yohanes Berchmans, biarawan Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· “Tiga benda inilah yang paling kusayangi: dengan tiga benda ini aku mati dengan rela hati”, demikian kata Yohanes Berchmans di akhir hidupnya seraya memegang salib, rosario dan aturan-aturan Serikat Yesus. Ia adalah pengikut St. Ignatius Loyola yang kerja keras dalam melaksanakan tugas belajarnya, sehingga senantiasa sukses dalam belajar, dan dipanggil Tuhan dalam usia muda karena penyakit. Memegang salib berarti berbakti kepada Yesus, menjadi sahabat Yesus, memegang rosario berarti berbakti kepada Bunda Maria alias meneladan Bunda Maria, teladan umat beriman, sedangkan memegang aturan Serikat Yesus berarti taat dan setia melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan hidupnya. Dengan kata lain Yohanes Berchmans sungguh menghayati sabda Yesus juga, yaitu “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi, dan supaya kamu tahan di hadapan Anak Manusia”. Maka di akhir tahun liturgi ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri: apakah kita senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa dalam hidup dan bertindak kita setiap hari. Berjaga-jaga berarti senantiasa siap sedia atas segala sesuatu yang akan terjadi, sedangkan sambil berdoa berarti kesiap-siagaan bersama dan bersatu dengan Tuhan, dengan kata lain dalam keadaan dan situasi apapun senantiasa setia pada iman, setia pada kehendak dan perintah Tuhan, senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Marilah setiap hari kita renungkan sabda Tuhan dan kita hayati, kita berdoa rosario serta membaca dan merefleksikan tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan dan kewajiban kita masing-masing.
· “Lalu Majelis Pengadilan akan duduk, dan kekuasaan akan dicabut dari padanya untuk dimusnahkan dan dihancurkan sampai lenyap. Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka” (Dan 7:26-27), demikian penglihatan Daniel. ‘Pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus’ inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Orang kudus berarti orang baik dan berbudi pekerti luhur, membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dalam cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari kapan pun dan dimana pun. Tuhan hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja, terutama dalam diri maanusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra-Nya. Maka membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan secara konkret berarti membaktikan diri kepada sesama manusia demi keselamatan atau kesejahteraan mereka, terutama jiwa manusia. Kami berharap kepada para pemimpin maupun pebisnis atau mereka yang berada di dalam poros bisnis dan poros badan publik untuk senantiasa berpihak pada dan bersama dengan rakyat. Ingatlah dan sadari bahwa anda dapat duduk di badan publik di tingkat apapun kiranya karena dukungan rakyat, demikian pula anda sukses dalam bisnis karena dukungan rakyat juga. Maka jika anda yang berada di poros bisnis maupun poros badan publik tidak memihak dan bersama rakyat berarti anda bunuh diri pelan-pelan dan pada waktunya akan segera hancur berantakan. Para pengelola, pengurus maupun pelaksana karya pendidikan atau sekolah hendaknya senantiasa berpihak pada peserta didik, maka boroskan waktu, tenaga dan harta benda atau uang anda bagi para peserta didik. Para kepala daerah beserta para pembantunya kami harapkan sungguh berpihak pada dan bersama rakyat yang harus dilayani. Kepada semua saja yang berpengaruh dalam hidup bersama kami harapkan hidup dengan rendah hati dan melayani.
“Pujilah Tuhan, hai anak-anak manusia, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai Israel, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai para imam Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai para hamba Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai roh dan jiwa orang-orang benar, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai semua yang mursid dan rendah hati, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya” (Dan 3:82-87)
Sabtu, 26 November 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Requiem in Pacem : Pater Rudolphus Kurris, SJ

Misa Requiem Almarhum Pater Rudolphus Kurris,SJ untuk umat Keuskupan Agung Jakarta di Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta :
- Jumat, 25 November 2011 (pukul 19.00)
- Sabtu, 26 November 2011 (pukul 19.00)
Selanjutnya acara pemakaman pada hari Minggu 27 November 2011 akan diatur oleh Superior Girisonta Rm Suyitna SJ.
Selamat jalan Romo Kurris, SJ.
Foto & Info: Facebook Gereja St Antonius Surakarta a.k.a Purbayan
“Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Dan 7:2-14; MT Dan 3:75-81; Luk 21:29-33)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit atau di bumi ini memang tidak abadi, sementara sifatnya, termasuk manusia sebagai ciptaan terluhur atau termulia di bumi ini. Namun sabda Tuhan tidak akan berlalu begitu saja. Kita semua tahu bahwa sabda Tuhan yang tertulis sekian abad yang lalu sampai kini masih berlaku dan up to date, tak pernah dilupakan orang, sementara itu manusia serta karya-karyanya dengan mudah berlalu dan dilupakan orang. Kita semua kiranya mendambakan apa yang tahan lama atau tidak akan mudah berlalu atau dilupakan, maka marilah kita miliki dan hayati sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Kiranya tidak perlu seluruh isi Kitab Suci dikuasai dan dihayati, tetapi cukuplah ada ayat-ayat yang mengesan bagi kita masing-masing sungguh kita miliki dan hayati. Sebagai contoh kiranya adalah ajaran perihal kasih, karena kasih juga bersifat tak terbatas, maka perkenankan saya mengangkat ajaran kasih Yesus untuk kita refleksikan dan hayati. “ Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” (Luk 6:27). Perihal saling mengasihi kiranya kita semua tahu bahwa kapan kita mulai dan mengakhiri dalam saling mengasihi kita tidak tahu sama sekali. Ambil contoh: apakah anda sebagai suami-isteri tahu persis kapan mulai mengasihi pasangan anda dan akan berakhir dalam mengasihi? Kiranya tak ada yang tahu. Maka marilah kita perdalam dan perkuat penghayatan sabda Yesus di atas ini: saling mengasihi dan berbuat baik dengan dan kepada siapapun, dimana pun dan kapan pun tanpa pandang bulu. Ingatlah dan sadari bahwa jika selama hidup di dunia ini sungguh saling mengasihi dan berbuat baik, maka ketika kita telah mati dan menjadi tanah kembali kita pasti terus dikasihi dan dibaiki oleh orang lain, saudara-saudari kita yang telah kita kasihi dan kepada mereka kita senantiasa berbuat baik.
· “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah” (Dan 7:13-14), demikian penglihatan Daniel, orang yang setia pada imannya, setia pada kehendak dan perintah Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun. Kiranya kita semua mendambakan sebagaimana dilihat oleh Daniel tersebut, yaitu nama baik kita tak akan musnah alias nama kita senantiasa dikenang atau diabadikan seperti para santo-santa atau pahlawan, yang namanya diabadikan untuk nama baptis atau nama bangunan dan jalan. Bukankah para santo-santa atau pahlawan menghayati cara hidup dan cara bertindak tidak untuk kepentingan pribadi atau golongan, melainkan demi keselamatan atau kesejahteraan umum/bersama? Hidup mengasihi dan berbuat baik memang berarti hidup dan bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum. Kami berharap kepada para pemimpin di tingkat dan bidang kehidupan apapun dapat menjadi teladan dalam cara hidup dan cara bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum/bersama. Maka secara konkret kami ingatkan lagi para orangtua atau bapak-ibu: hendaknya orangtua dapat menjadi teladan cara hidup dan cara bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum bagi anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada mereka. Ketika anak-anak menerima teladan macam itu dan juga dididik untuk itu, maka kami yakin kita semua akan hidup saling mengasihi dan berbuat baik. Para orangtua jika mendambakan namanya senantiasa dikenang oleh anak-cucu, cicit dan canggah atau keturunannya hendaknya mendidik dan membina anak-anaknya untuk hidup saling mengasihi dan berbuat baik dengan teladan konkret setiap hari.
“Pujilah Tuhan, hai gunung-gemunung, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala apa yang bergerak di dalam air, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai unggas di udara, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.” (Dan 3:75-81)
Jumat, 25 November 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Romo Kurris, SJ Telah Tiada
Romo Kurris, SJ dilahirkan di Maastricht, Belanda pada 11 Agustus 1929. Masuk dalam Serikat Yesus, pada tahun 1950 dikirim ke Indonesia, menjalani seluruh studi imamatnya di Indonesia dan ditahbiskan sebagai Imam pada 31 Juli 1962 di Yogyakarta.
Kemudian bertugas di:
- Gereja St Fransiscus Xaverius, Tanjung Priok (1962-1970)
- Gereja St Maria Ratu, Kebayoran, Blok Q Jakarta (1971-1977)
- Gereja St Yohanes, Kebayoran, Blok B Jakarta (1977-1985)
- Gereja Katedral Jakarta (1985-1993)
- Gereja St Servatius Kampung Sawah, Jakarta (1993-2001)
- Paroki Tarutung, Tapanuli Utara (2002-2006)
- Gereja St Antonius Purbayan (Oktober 2006-2009)
Romo Kurris, SJ sangat gemar menulis dan sejarah adalah bidang yang diminati. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di pelbagai media massa.
- Cerber (Cerita Berasambung), dimuat dalam majalah "Semangat"
- Rubrik "Pastor Kampung", dimuat dalam "HIDUP KATOLIK"
- "Terlepas Sebelum Terusap", sebuah novel dimuat dalam harian "Sinar Harapan"
- Buku "Seputar Katedral Jakarta", diterbitkan oleh Penerbit Obor, Jakarta (1992)
- Buku "Terpencil Seputar Katedral Jakarta", diterbitkan oleh Penerbit Obor, Jakarta (1996)
- Buku "Pelangi di atas Bukit Barisan"
- Buku "Menuju Santiago", Penuntun bagi peziarah yang mau bergabung dengan ratusan ribu peziarah ke makam Santo Yakobus di Spanyol Utara.
- Buku "Sang Jago Tuhan", tentang Pater Le Coeq d'Armandville, SJ yang pada pertengahan kedua abad 19 berkarya di pelbagai tempat di Indonesia Timur, dan akhirnya menemui ajalnya di pantai Timika. Pater Le Coeq adalah Misionaris pertama di Papua
- Buku Purbayan di Tengah Rakyat dan Ningrat (2009)
Romo Kurris, SJ meninggal hari Kamis, 24 November 2011 pagi hari di Rensidensi Komunitas Yesuit di Nabire, Papua. Selamat jalan Romo, karyamu akan menjadi kenangan terindah bagi kami. Semoga Romo mendapat kedamaian abadi bersama Bapa di surga.
Pesan Natal Bersama PGI - KWI 2011
PESAN NATAL BERSAMA
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) TAHUN 2011
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” (Yes. 9:1a)
Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Kembali kita sudah berada pula di dalam suasana perayaan kedatangan Dia, yang dahulu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya sebagai “seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja damai.” (Yes. 9:5). Tokoh inilah yang disebutnya juga di dalam nubuatan itu sebagai “Terang yang besar” dan “yang dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan dalam kegelapan” (bdk. Yes. 9:1a). Inilah Kabar Gembira tentang kedatangan Sang Juruselamat Yesus Kristus Tuhan kita,, yang dahulu disampaikan oleh para malaikat di padang Efrata kepada para gembala (bdk Luk.2:8-12), dan sekarang disampaikan juga kepada kita semua di sini.
Para gembala di padang Efrata, orang-orang kecil, sederhana dan terpinggirkan di jaman Lukas, menanggapi sapaan ilahi “Jangan takut” (Luk. 2:10) dengan saling mengajak sesama yang dekat dan senasib dengan mereka dengan mengatakan satu sama lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita” (Luk. 2:15). Para Majus dari Timur, telah menempuh perjalanan jauh sampai ke Yerusalem untuk mencari dan mendapatkan Dia ini, karena “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat. 2:2). Sayang sekali, bahwa di samping para gembala dan para majus dari Timur ini ada juga Raja Herodes, yang juga mendapat tahu tentang kedatangan Dia ini, tetapi dengan berpura-pura mau datang menyembah-Nya, tetapi sebenarnya bermaksud membunuh-Nya dan ketika niat jahatnya ini gagal ia malah melakukan kejahatan lain dengan membunuh anak-anak tak bersalah dari Bethehem (lih. Mat. 2: 8, 10-12).
Kepada kitapun, yang hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 2011 ini, telah disampaikan Kabar Gembira tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus, yang adalah “Firman, yang di dalamnya ada hidup dan hidup itu adalah terang bagi manusia” (bdk. Yoh. 1:1-4). Memang, yang kita rayakan pada hari Natal itu adalah: “Terang yang sesungguhnya yang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (bdk Yoh.1:9-11). Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata bahwa bangsa kita masih mengalami berbagai persoalan. Kemiskinan sebagai akibat ketidakadilan masih menjadi persoalan sebahagian besar bangsa kita, yang mengakibatkan juga sulitnya menanggulangi biaya-biaya pendidikan dan kesehatan. Kekerasan masih merupakan bahasa yang digemari guna menyelesaikan masalah relasi antar-manusia. Kecenderungan penyeragaman, ketimbang keanekaragaman masih merupakan pengalaman kita. Akibatnya, kerukunan hidup, termasuk kerukunan antar-umat beragama, tetap menjadi barang mahal. Korupsi, bukannya dihapuskan, tetapi malah makin beranak-pinak dan merasuki segala aras kehidupan kita. Penegakan hukum yang berkeadilan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia masih merupakan pergumulan kita. Pencemaran dan perusakan lingkungan yang menyebabkan bencana alam belum pernah terjadi sebelumnya tetap mencemaskan kita. Mereka yang diberi kekuasaan dan sekaligus amanat untuk memimpin bangsa kita ini dengan benar dan adil cenderung melupakan tugas-tugasnya itu.
Dalam pesan Natal bersama kami tahun ini, kami hendak menggarisbawahi semangat Kedatangan Kristus tersebut dengan bersaksi dan beraksi, bukan hanya untuk perayaan Natal itu saja, tetapi hendaknya juga menjadi semangat hidup kita semua:
- Sederhana dan bersahaja: Yesus telah lahir di kandang hewan, bukan hanya karena “tidak ada tempat bagi mereka di rumah pengiapan” (Luk. 2:7), tetapi justru karena Dia yang “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:5-7).
- Rajin dan giat: seperti para gembala yang “cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria, Yusuf dan bayi itu” (Luk. 2:16).
- Tanpa membeda-bedakan secara eksklusif: sebagaimana kanak-kanak Yesus juga menerima para Majus dari Timur seperti adanya, apapun warna kulit mereka dan apapun yang menjadi persembahan mereka masing-masing (lih. Mat. 2:11).
- Tidak juga bersifat dan bersikap separatis, karena Yesus sendiri mengajarkan bahwa “barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu" (Luk. 9:50).
Saudara-saudari yang terkasih,
Tuhan Yesus, yang kedatangan-Nya sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya hampir delapan ratus tahun sebelum kelahiran-Nya, disebut sebagai “terang besar” yang “dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan di dalam kegelapan” (bdk Yes. 9:1a). Nubuat itu direalisasikan-Nya sendiri dengan bersabda : “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Di samping penegasan tentang dri-Nya sendiri itu, barangkali baik juga kita senantiasa mengingat apa yang ditegaskannya, meskipun secara negatif, tentang kita para pengikut-Nya: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi” (Yoh. 12:35).
Akhirnya marilah kita menyambut kedatangan-Nya dengan sederhana dan tidak mencolok karena kita tidak boleh melupakan, bahwa sebagian besar bangsa kita masih dalam kemiskinan yang ekstrim. Dengan demikian terjadilah kini seperti yang terjadi pada Natal yang pertama: ”Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk. 2:14).
SELAMAT NATAL 2011 DAN TAHUN BARU 2012
Jakarta, 14 November 2011
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA DI INDONESIA (PGI), INDONESIA (KWI),
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe Mgr. M. D, Situmorang
Ketua Umum Ketua
Pdt. Gomar Gultom, M.Th. Mgr. J. M. Pujasumarta
Sekretaris Umum Sekretaris Jenderal
“Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Dan 6:12-28; MT Dan 3:68-74; Luk 21:20-28)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Andreas Dung Lac, imam dan kawan-kawannya, martir Vietnam hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Menghadapi atau berada di dalam saat-saat akhir pada umumnya harus menghadapi aneka masalah serta ketegangan maupun godaan, serta tawaran yang dapat melumpuhkan atau mengaburkan jati diri kita sebagai orang beriman. Demikian juga ketika ada aneka macam musibah dan bencana alam pada umumnya orang bertanya-tanya: tanda apa ini, mengapa semuanya itu terjadi. Terhadap aneka musibah atau bencana orang sering menyikapi sebagai suatu peringatan dari Tuhan kepada umat manusia. Dengan kata lain aneka masalah, ketegangan, musibah dan bencana alam disikapi sebagai ajakan untuk ‘bangkit dan mengangkat muka’. “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat”, demikian sabda Yesus. Marilah di hari-hari terakhir tahun liturgy, menjelang tahun baru liturgi, kita mawas diri: apakah kita telah bangkit dan mengangkat muka ke atas, artinya mengarahkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita kepada Allah, kepada Penyelenggaraan Ilahi, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita semakin baik, suci dan berbudi pekerti luhur. Apakah kita telah siap meninggalkan cara-cara hidup lama atau kebiasaan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, serta kemudian menghayati hidup baru sesuai kehendak dan perintah Tuhan dalam hidup dan kerja kita sehari-hari dimana pun dan kapan pun.
· “Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (Dan 6:23), demikian kata Daniel, yang dituduh bersalah atau melakukan kejahatan oleh beberapa oriang, kepada raja yang berusaha mencari kebenaran. “Malaikat Allah telah mengatupkan mulut singa-singa’ yang diharapkan menerkam dan mencabik-cabik tubuh Daniel. Suatu keajaiban atau mujizat terjadi: orang benar tak akan dimusnahkan. Kita semua umat beriman dipanggil untuk senantiasa berada dalam kebenaran atau selalu melakukan apa yang benar dan tidak pernah melakukan kejahatan sedikitpun, entah yang melukai diri sendiri maupun orang lain. Jika kita senantiasa berada di dalam kebenaran hendaknya tidak takut terhadap aneka ancaman, tekanan, terror maupun tuduhan palsu yang berusaha menghancurkan atau melumpuhkan iman kita. Hadapi, sikapi dan hayati aneka hal-hal tersebut dengan tenang dan lemah lembut, sebagai wujud kepercayaan kita atas Penyelenggaraan Ilahi. Percayalah dan hayatilah bahwa kebenaran pasti akan menang atas kebohongan, kejujuran menang atas kepalsuan; memang untuk itu harus menghadapi ‘ujian’ sebagaimana dihadapi oleh Daniel. Kepada mereka yang berwenang untuk mengambil keputusan seperti ‘raja’, yang menguji Daniel, kami harapkan meneladan sang raja tersebut, yang tidak mudah begitu percaya terhadap aneka tuduhan jahat yang diarahkan kepada seseorang. Ujilah tuduhan tersebut melalui aneka cara guna menemukan kebenaran; jangan tergesa-gesa termakan oleh issue-issue yang menyesatkan, yang memang sering lebih vocal daripada berita-berita baik. Kepada kita semua umat beriman, marilah meneladan para martir Vietnam yang kita kenangkan hari ini: setia pada iman dalam keadaan atau kondisi apapun, dan siap mati demi kesetiaan iman.
“Pujilah Tuhan, hai embun dan salju yang membadai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai es dan kedinginan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai embun beku dan salju, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai siang dan malam, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai cahaya dan kegelapan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai halilintar dan awan-kemawan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Biarlah bumi memuji Tuhan, nyanyikan dan meninggikan Dia selama-lamanya.” (Dan 3:68-74)
Kamis, 24 November 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
“Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah." (Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28; MT Dan 3:62-67; Luk 22:12-19)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· “Kegenapan dalam Kerajaan Allah” artinya saat Yesus mempersembahkan Diri seutuhnya dengan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan kita semua, terutama jiwa kita. Maka pada akhir tahun Liturgi ini kita juga dipanggil untuk mawas diri : sejauh mana setelah mengarungi perjalanan iman selama ini kita siap sedia untuk mempersembahkan diri kepada Allah melallui saudara-saudari atau sesama kita demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain. Yesus mempersiapkan diri dengan makan bersama dengan sahabat-sahabatnya, para rasul, sebagai ajakan bagi mereka untuk meneladanNya. Marilah kita mawas diri apakah hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita sungguh telah kita baktikan sepenuhnya kepada Allah melalui pelayanan bagi sesama atau saudara-saudari kita. Dalam hal ini kiranya para suami-isteri atau bapak-ibu telah memiliki pengalaman dalam saling menyerahkan diri atau mengasihi satu sama lain, maka kami berharap pengalaman tersebut terus diperdalam dan disebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari serta kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam saling menyerahkan atau membaktikan diri sepenuhnya. Kepada para pelajar atau mahasiswa kami ajak mawas diri apakah sungguh-sungguh membaktikan diri untuk belajar, mengerahkan waktu dan tenaga sepenuhnya untuk belajar sehingga semakin terampil belajar; demikian para pekerja kami harapkan sungguh mengerahkan waktu dan tenaga terhadap pekerjaan yang dibebankan atau yang menjadi tanggungjawabnya. Semoga kita semua juga siap sedia sewaktu-waktu harus mempersembahkan diri secara total kepada Allah artinya dipanggil Allah sewaktu-waktu alias meninggal dunia.
· “Lalu dibawalah Daniel menghadap raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: "Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda? Telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Kepadaku telah dibawa orang-orang bijaksana, para ahli jampi, supaya mereka membaca tulisan ini dan memberitahukan maknanya kepadaku, tetapi mereka tidak sanggup mengatakan makna perkataan itu.” (Dan 5:13-16). Pada diri Daniel memang “terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa”, sehingga sanggup membaca tulisan dan mengatakan makna tulisan atau perkataan itu, sementara orang-orang bijak lainnya tak mampu. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk seperti Daniel, yang memiliki kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Untuk itu kiranya kita harus bekerja keras belajar terus-menerus melalui aneka cara atau bentuk, entah belajar di sekolah/perguruan tinggi atau belajar dari kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kiranya banyak hal dan peristiwa yang dapat menjadi sarana atau wahana pembelajaran kita. Maka marilah kita dengan rendah hati membuka mata dan telinga kita untuk mencermati aneka hal dan peristiwa guna mengambil apa-apa yang dapat mendewasakan pribadi maupun iman kita, sehingga kita cerdas beriman. Orang yang cerdas beriman di mana pun dan kapan pun akan fungsional untuk menyelamatkan diri, saudara-saudari maupun lingkungan hidup dan kerjanya. Marilah kita bekerjasama, saling membantu dalam mengusahakan kecerdasan beriman atau kecerdasan spiritual.
“Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala angin, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai kedinginan dan pembekuan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya” (Dan 3:62-67)
Rabu, 23 November 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
“Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan” (Dan 2:31-35; MT Dan 3:57-61; Luk 21:5-11)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Sesilia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· “Saya ingin hatiku bersih dan tubuhku tidak tercemar. Keperawananku telah saya janjikan bagi Tuhan”, demikian kata-kata Sesilia, yang cantik, dalam menanggapi pinangan seorang pemuda bernama Valerianus. Valerianus pun tidak marah, tetapi justru terharu oleh jawaban Sesilia dan akhirnya ia belajar tentang agama Katolik serta akhirnya menjadi Katolik. Karena kesetiaan imannya akhirnya Sesilia dihukum mati dengan pedang. Setia pada penghayatan iman pada masa kini kiranya juga harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, bahkan ada aneka macam rayuan atau tawaran yang menyesatkan, yang kelihatan menarik dan mempesona. Usaha pencemaran hati dan tubuh memang dapat lahir dari diri kita sendiri maupun dari orang lain di sekitar kita. Godaan atau penyesatan yang mendatangi muda-mudi pada umumnya erat kaitannya dengan kenikmatan seksual, entah itu dengan beronani atau bermasturbasi atau berhubungan seks dengan lawan jenis. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak baik rekan-rekan muda-mudi maupun para orangtua untuk waspada terhadap aneka rayuan atau tawaran yang dapat mencemarkan hati maupun tubuh, yang ada relasinya dengan kenikmatan seksual. Para orangtua hendaknya menjadi teladan atau saksi kesetiaan dalam perkawinan alias tidak pernah selingkuh, dan pada waktunya sesuai dengan perkembangan pribadi anak, hendaknya orangtua memberi bimbingan dalam hal seksual kepada anak-anaknya. Kepada rekan-rekan muda-mudi kami harapkan menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak merangsang lawan jenis tergoda untuk berbuat jahat atau yang tak bermoral.
· “Sementara tuanku melihatnya, terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga remuk. Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang ditemukan. Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi”(Dan 2:34-35). Kutipan ini kiranya menggambarkan bahwa aneka macam jenis harta benda yang ada di dunia ini bersifat sementara saja, tidak ada yang abadi. Namun dalam kenyataan banyak orang tersesat dengan berbakti kepada harta benda duniawi yang sementara itu, sehingga hidupnya sungguh mengadalkan diri pada harta benda atau uang, dan dengan uangnya orang menyesatkan diri dengan membeli orang alias melacur atau menggauli gadis-gadis atau perawan cantik dengan imbalan segepok uang. Dengan kata lain orang yang demikian itu membuat manusia bagaikan harta benda saja, mencemarkan tubuhnya sendiri maupun tubuh orang lain. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk tidak ‘gila akan uang atau harta benda’, dan kepada rekan-rekan perempuan kami harapkan juga tidak dengan mudah menjual diri alias melacur dengan alasan apapun. Rekan-rekan laki-laki, entah yang masih remaja/belum menikah atau sudah berkeluarga serta beruang, kami harapkan juga tidak dengan mudah menggunakan uangnya untuk menccmarkan dirinya sendiri maupun orang lain. Marilah kita saling membantu dalam menjaga dan mengusahakan kebersihan hati maupun tubuh kita masing-masing, sebagai citra atau gambar Allah.
“Pujilah Tuhan, hai segala buatan Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala malaekat Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala air di atas langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tentara Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya” (Dan 3:57-61)
Selasa, 22 November 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Pertemuan Prodiakon 24 November 2011
22 November: Santa Sesilia, Perawan dan Martir
Sebagai anak yang sudah menjelang dewasa, ia cukup bijaksana menghadapi ulah orang-tuanya. Ia tidak menoIak kehendak orang tuanya, kendatipun dalam hatinya ia terus berupaya mencari jalan bagaimana cara ia tetap mempertahankan ikrar kemurniannya. Ia yakin bahwa Tuhan yang Mahakuasa akan membantunya dalam niatnya yang baik itu. Dengan keyakinan itu, imannya tidak goyah sambil tetap menghormati kedua orang-tuanya. Ketika hari perkawinannya tiba, maka Sesilia mengikuti upacara sambil berdoa dan menyanyikan lagu-lagu rohani; sementara itu para tamu sudah datang dan bunyi musik pun sudah ramai terdengar. Seusai pesta perkawinan itu, ia bersama Valerianus memasuki kamar mereka sebagai suami-isteri.
Dengan berani Sesilia berkata kepada suaminya Valerianus: "Valerianus! Aku mau menceritakan kepadamu suatu rahasia pribadi. Aku mohon engkau mendengarkannya dengan sepenuh hati dan tetap menerima aku sebagai isterimu. Engkau harus tahu bahwa aku mempunyai seorang malaekat yang selalu menjaga aku. Jika engkau berani menyentuh aku sebagaimana biasanya dilakukan oleh suami-isteri yang sudah menikah secara resmi, maka malaekat itu akan marah dan engkau akan menanggung banyak penderitaan. Tetapi jika engkau menghormati keperawananku, maka malaekat pelindungku itu akan mencintai emgkau sebagaimana dia mencintai aku."
Kata Valerianus: "Tunjukkanlah malaekat itu kepadaku. Jika ia berasal dari Tuhan maka aku akan mengikuti kemauanmu." Jawab Sesilia: "Jika engkau percaya dan mau dibaptis menjadi Kristen, engkau akan melihat malaekat itu." Valerianus menyetujui usul Sesilia, isterinya. Ia disuruh menghadap Paus Urbanus, yang tinggal di Jalan Apia. Di sana ia mengalami suatu penampakan ajaib dan mendapat pengetahuan iman lalu ia bertobat dan dipermandikan oleh Paus Urbanus. Ketika ia kembali ke rumah, didapatinya Sesilia sedang berdoa didampingi seorang malaekat yang membawa 2 mahkota bunga: untuk Sesilia dan Valerianus. Valerianus sangat terharu menyaksikan peristiwa itu. Dengan itu apa yang dikehendakinya terpenuhi: ia melihat sendiri malaekat pelindung Sesilia, isterinya.
Pada waktu itu Kaisar Roma Diokletianus sedang giat mengejar dan menganiaya umat Kristen. Dengan rajin Sesilia dan Valerianus setiap hari menguburkan jenazah orang-orang Kristen yang dibunuh. Valerianus kemudian tertangkap dan dihukum mati bersama adiknya dan seorang tentara Romawi yang bertobat. Tak lama kemudian Sesilia juga ditangkap dan diadili. Ia menolak dengan tegas bujukan para penguasa. Maka ia disiksa dengan bermacam-macam cara, tetapi semuanya itu sia-sia saja. Akhirnya dia dipenggal lehernya dan wafat sebagai martir Kristus pada tahun 230.
Keberaniannya menghadapi kemartirannya membuat Sesilia tampil sebagai contoh gadis Kristen sejati, yang menjadikan hidupnya suatu madah pujian bagi Tuhan; ia dengan tegas dan gembira memilih keperawanan dan lebih senang mati daripada menyangkal cinta setianya kepada Kristus. Kemartirannya membuat banyak orang Roma bertobat dan mengimani Kristus. Dalam abad kelima di Roma didirikan sebuah gereja basilik untuk menghormatinya, dan devosi-devosi rakyat segera mengangkatnya sebagai pelindung paduan suara dan musik gerejawi.
Sumber: www.imankatolik.or.id
“Janda ini memberi dari kekurangannya bahkan ia memberi seluruh nafkahnya” (Dan 1:1-6.8-20; MT Dan 3:52-56; Luk 21:1-4)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta ‘SP Maria dipersembahkan kepada Allah’ hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Persembahan kepada Allah maupun sesama yang benar dan baik adalah ‘memberi dari kekurangan’ bukan ‘memberi dari kelimpahan’. Memberi dari kelimpahan berarti memberi sisa-sisa kepada orang lain alias membuang sampah atau menjadikan orang lain sebagai tempat sampah, dan dengan demikian melecehkan atau menginjak-injak harkat martabat manusia. Maka kami mengajak anda sekalian sebagai umat beriman atau beragama untuk mawas diri: apakah kita sungguh menghayati iman kita, yang berarti memberikan atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah melalui sesama atau saudara-saudari kita. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Allah, maka selayaknya kita bersyukur dan berterima kasih dengan mempersembahkan diri kepadaNya. Secara konkret persembahan diri kepada Allah selain setia berdoa setiap hari tentu saja juga harus menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak. Maka hendaknya sebagai pelajar atau mahasiswa memboroskan waktu dan tenaganya untuk belajar, sebagai pekerja hendaknya memboroskan waktu dan tenaganya pada pekerjaan yang dibebankannya dst.. Namun hemat saya entah apapun yang menjadi tugas, kewajiban atau pekerjaan kita, hendaknya dilaksanakan dengan semangat belajar, sebagaimana dicanangkan oleh UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga ini dengan empat mottonya, yaitu “learning to be, learning to learn, learning to do, learning to live together”.
· “Orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim” (Dan 1:4). Marilah ajakan atau peringatan di atas ini kita refleksikan atau renungkan serta kemudian kita hayati. Rekan-rekan muda-mudi hendaknya berusaha untuk “berperawakan baik, memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan mempunyai pengertian tentang ilmu”, dan untuk itu caranya tidak lain adalah memiliki semangat belajar yang tinggi, handal dan tangguh. Tidak hanya belajar di sekolah/perguruan tinggi saja, tetapi juga belajar dari kehidupan sehari-hari dalam rangka menghadapi aneka masalah, tantangan, hambatan atau peristiwa-peristiwa. Anda juga dapat belajar dari aneka berita atau informasi yang diwartakan oleh berbagai sarana komunikasi seperti majalah, koran, TV, internet dst.. Selanjutnya hendaknya dikembangkan semangat ‘belajar sendiri’ atau ‘auto study’. Kepada para orang tua maupun guru/pendidik kami harapkan mengajarkan ‘tulisan dan bahasa’, artinya mengajarkan tata krama atau sopan santun yang baik sesuai dengan situasi dan lingkungan setempat. Setiap suku dan bangsa memiliki tata krama atau sopan santun yang berbeda satu sama lain, namun juga ada yang sama. Sebagai contoh: di daerah Batak ketika anda disuguhi makanan dan minuman dalam suatu harus dihabiskan, bahkan boleh dibawa pulang, itulah sopan santun yang baik; sedangkan di Jawa ketika disuguhi makanan yang demikian itu biasanya hanya dimakan sedikit alias harus disisakan, itulah sopan santun yang baik. Berdiri merupakan tanda hormat, tetapi juga dapat merupakan tanda tidak hormat. Karena kita belum tentu menguasai aneka kebiasaan aneka suku atau bangsa, maka pada suatu saat ketika kita memperoleh kesempatan untuk datang ke tempat-tempat tersebut, tidak lain dari kita dituntut sikap belajar. Lihat dan cermati dan kemudian tiru saja cara bertindak orang setempat yang dinilai sopan, meskpun bagi kita terasa tidak sopan.
(Dan 3:52-56)
Senin, 21 November 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Adorasi Ekaristi di Gua Maria Mojosongo
Teks Misa
- Arsip Teks Misa
- Prefasi Doa Syukur Agung IV merupakan satu kesatuan dengan DSA IV, tidak diperkenankan diganti dengan yang lain
- PERHATIAN: Teks Misa dan Doa Syukur Agung, hendaknya Imam senantiasa menggunakan buku TPE Imam, kecuali hal darurat tidak ada TPE Imam/Umat
- 22 Juni 2024: Hari Minggu Biasa XII
- 30 Juni 2024: Hari Minggu Biasa XIII
- 7 Juli 2024: Hari Minggu Biasa XIV
- 14 Juli 2024: Hari Minggu Biasa XV
- 21 Juli 2024: Hari Minggu Biasa XVI
- 28 Juli 2024: Hari Minggu Biasa XVII
- 04 Agustus 2024: Hari Minggu Biasa XVIII
- 11 Agustus 2024: Hari Minggu Biasa XIX
- 18 Agustus 2024: Hari Raya SP. Maria Diangkat ke Surga
- 25 Agustus 2024: Hari Minggu Biasa XXI
- 1 September 2024: Hari Minggu Biasa XXII
- 5 September 2024: Perayaan Ekaristi Live Streaming Bersama Bapa Suci Fransiskus
- 8 September 2024: Hari Minggu Biasa XXIII
- 15 September 2024: Hari Minggu Biasa XXIV
- 22 September 2024: Hari Minggu Biasa XXV
- 29 September 2024: Hari Minggu Biasa XXVI
- 6 Oktober 2024: Hari Minggu Biasa XXVII
- 13 Oktober 2024: Hari Minggu Biasa XXVIII
- 20 Oktober 2024: Hari Minggu Biasa XXIX
- 27 Oktober 2024: Hari Minggu Biasa XXX
- 01 November 2024: Hari Raya Semua Orang Kudus
- 02 November 2024: Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman
- 03 November 2024: Hari Minggu Biasa XXXI
- 10 November 2024: Hari Minggu Biasa XXXII
- 17 November 2024: Hari Minggu Biasa XXXIII
- 24 November 2024: Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
- 01 Desember 2024: Hari Minggu Adven I
- 08 Desember 2024: Hari Minggu Adven II
- Senin, 09 Desember 2024: Hari Raya SP. Maria Dikandung Tanpa Noda
- 15 Desember 2024: Hari Minggu Adven III
- 22 Desember 2024: Hari Minggu Adven IV
- 24 Desember 2024: Misa Vigili Natal (Sore Menjelang Hari Raya)
- 25 Desember 2024: Hari Raya Natal (Misa Malam)
- Maklumat Kelahiran Yesus Kristus berdasarkan Martyrologium Romanum
- 25 Desember 2024: Hari Raya Natal (Misa Fajar)
- 25 Desember 2024: Hari Raya Natal (Misa Siang)
- 29 Desember 2024: Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yusuf
- 01 Januari 2025: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah - Hari Kedelapan Dalam Oktaf Natal
- 03 Januari 2025: Peringatan Nama Yesus Yang Tersuci
- 5 Januari 2025: Hari Raya Penampakan Tuhan
- 12 Januari 2025: Pesta Pembaptisan Tuhan
- 19 November 2025: Hari Minggu Biasa II
- 26 Januari 2024: Hari Minggu Biasa III
- 2 Februari 2025: Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah
- 9 Februari 2025: Hari Minggu Biasa V
- 16 Februari 2025: Hari Minggu Biasa VI
- 23 Februari 2025: Hari Minggu Biasa VII
- 2 Maret 2025: Hari Minggu Biasa VIII
- 5 Maret 2025: Hari Rabu Abu
- 9 Maret 2025: Hari Minggu Prapaskah I
- 16 Maret 2025: Hari Minggu Prapaskah II
- 19 Maret 2025: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria
- 25 Maret 2025: Hari Raya Kabar Sukacita
- 23 April 2025: Hari Minggu Prapaskah III
- 30 Maret 2025: Hari Minggu Prapaskah IV
- 6 April 2025: Hari Minggu Prapaskah V
- 13 April 2025: Hari Minggu Palma
- 17 April 2025: Misa Kamis Putih
- 18 April 2025: Jumat Agung
- 19 April 2025: Malam Paskah
- 20 April 2025: Hari Minggu Paskah I
- 27 April 2025: Hari Minggu Paskah II
- Saran Doa Umat untuk pemilihan Paus yang baru
- 4 Mei 2025: Hari Minggu Paskah III
- 11 Mei 2025: Hari Minggu Paskah IV
- 18 Mei 2025: Hari Minggu Paskah V (Misa Syukur Pelantikan Paus Leo XIV)
- 25 Mei 2025: Hari Minggu Paskah VI
- 29 Mei 2025: Hari Raya Kenaikan Tuhan
- 01 Juni 2025: Hari Minggu Paskah VII
- 06 Juni 2025: Jumat Pekan VII Paskah
- 08 Juni 2025: Hari Raya Pentakosta
- 15 Juni 2025: Hari Raya Tritunggal Mahakudus
- 27 Juni 2025: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
- 29 Juni 2025: Hari Raya St Petrus dan St Paulus
- 6 Juli 2025: Hari Minggu Biasa XIV
- 13 Juli 2025: Hari Minggu Biasa XV
- 20 Juli 2025: Hari Minggu Biasa XVI
- 27 Juli 2025: Hari Minggu Biasa XVII
- 03 Agustus 2025: Hari Minggu Biasa XVIII
- 10 Agustus 2025: Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga
- 17 Agustus 2025: Hari Raya Kemerdekaan Indonesia
- 24 Agustus 2025: Hari Minggu Biasa XXI
- 31 Agustus 2025: Hari Minggu Biasa XXII
- 07 September 2025: Hari Minggu Biasa XXIII
- 14 September 2025: Pesta Salib Suci
- 21 September 2025: Hari Minggu Biasa XXV
- 28 September 2025: Hari Minggu Biasa XXVI
- 05 Oktober 2025: Hari Minggu Biasa XXVII
- 12 Oktober 2025: Hari Minggu Biasa XXVIII
- 19 Oktober 2025: Hari Minggu Biasa XXIX
- 26 Oktober 2025: Hari Minggu Biasa XXX
- 1 November 2025: Hari Raya Semua Orang Kudus
- 2 November 2025: Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman