“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”


Bil 13:1-2a.25 – 14:1.26-29; Mzm 106:6.7a.13-14.21-23; Mat 15:21-28.

“ Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mat 16:13-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes Maria Vianney, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Petrus adalah paus pertama di dalam Gereja yang berfungsi antara lain untuk meneruskan imamat Yesus, Sang Imam Agung. Masa kini Paus dalam melaksanakan tugas pengutusan atau funginya dibantu oleh para uskup dan imam dalam rangka melayani umat; dan hemat saya jumlah yang terbesar adalah imam, yang pada umumnya juga langsung bergaul dengan atau berada di tengah-tengah umat. Hari ini kita mengenangkan St.Yohanes Maria Vianney, pelindung para imam, maka baiklah secara khusus kami mengajak para imam untuk merenungkan sabda Yesus “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga”. St.Yohanes Maria Vianney dikenal sebagai pastor suci yang tak kenal lelah mendengarkan pengakuan dosa selama berjam-jam sehari; dan banyak orang bertobat melalui pelayananannya. Maka dengan ini kami mengajak rekan-rekan imam/pastor untuk meneladan St.Yohanes Maria Vianney dalam pelayanan pastoral kepada umat Allah, antara lain meneladan kesuciannya serta menyalurkan kasih pengampunan Allah kepada umat Allah. Hal itu kiranya membutuhkan keutamaan kerendahan hati dan kerja keras dalam pelayanan. Semoga rekan-rekan imam/pastor dapat menjadi teladan kerendahan hati dan semangat melayani bagi umat Allah.

· "Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya." (Bil 20:8), demikian firman Allah kepada Musa, yang memimpin bangsanya menuju ‘tanah terjanji’. Firman ini baik kita renungkan, pertama-tama bagi kita para imam dan kemudian juga bagi segenap umat beriman yang memiliki panggilan imamat umum. Kita dipanggil untuk ‘memberi air kehidupan’ yang menghidupkan dan menyegarkan umat Allah, dengan kata lain cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun diharapkan senantiasa menggairahkan dan menggembirakan orang lain. “Ing madyo ambangun karso” = di tengah-tengah membangun kreativitas alias menggairahkan, demikian salah satu motto Bapak Ki Hajar Dewantoro, yang kiranya cocok sekali untuk kita hayati. Kehadiran kita dimanapun dan kapanpun diharapkan membuat orang lain menjadiaa kreatif dan bergairah, penuh semangat dan harapan. “Air” adalah penyalur tenaga listrik yang utama dan tangguh; memberi ‘air’ kepada orang lain berarti menyalurkan tenaga dan sinar terang yang memberdayakan dan menggairahkan. Untuk itu memang kita harus erat bersahabat dengan Tuhan alias hidup suci, cara bertindak dan cara hidup kita sungguh menggambarkan bahwa kita manusia adalah ‘citra atau gambar Allah’.

“ Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku”

(Mzm 95:6-9)

Kamis, 4 Agustus 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ