"Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub." (Mat 5:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Mulai hari ini kita memasuki kembali Pekan Biasa dalam Tahun Liturgi. Dalam kehidupan biasa setiap hari kita mengalami suka-duka kehidupan yang tiada henti; di kala suka mungkin kita tersenyum gembira, sedangkan di kala duka mungkin kita muram dan menangis. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa di rumah kepala rumah ibadat terjadi orang-orang rebut, menangis dan meratap dengan suara nyaring karena kematian seorang anak. Kematian memang menimbulkan perkabungan dan duka. Yesus datang dan membuar muzijat dengan membangkitkan anak yang telah mati tersebut dan semua orang yang hadir sangat takjub. Pengalaman ini kiranya menyentuh hati kita sebagai orang yang beriman kepada Yesus, dan dari kita diharapkan dalam hidup sehari-hari yang biasa-biasa saja itu mampu membuat mukjizat, tentu saja tidak seperti Yesus yang membangkitkan orang mati, melainkan menggairahkan mereka yang lesu dan frustrasi atau memberdayakan mereka yang lemah dan tak berdaya. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk melihat dan mencermati saudara-saudari kita yang lesu, frustrasi dan lemah karena mengahadapi aneka tantangan, hambatan serta masalah; kita datangi, hibur, perteguh dan berdayakan mereka dengan rendah hati serta dalam kasih dan rahmat Tuhan. Ingat dan hayati bahwa kita baru saja mengenangkan anugerah Roh Kudus di hari raya Pentekosta kemarin, maka hendaknya tidak menyia-nyiakan kenangan tersebut, artinya kita hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga dalam keributan kita tetap tabah dan tenang, dalam ratap tangis dan kesedihan kita tetap tegar, dan dengan demikian dapat menjadi penghibur dan pewarta kabar gembira. Biarlah orang-orang takjub melihat cara hidup dan cara bertindak kita dan kemudian tergerak untuk semakin beriman.
· Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah (2Kor 6:3-5a), demikian kesaksian iman Paulus, rasul agung. Marilah kita meneladan penghayatan iman Paulus. Pertama-tama hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berdosa atau melakukan kejahatan; semoga cara hidup dan cara bertindak kita tidak tercela dan mendapat pujian sejati dari orang lain. Sebagai orang beriman kita juga disebut sebagai pelayan Allah , yang antara lain dalam segala hal kita sungguh menunjukkan kesabaran kita. Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997, hal 24). Hidup dan bertindak sabar dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah pada masa kini sungguh merupakan kesaksian iman yang menakjubkan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak sabar dalam kehidupan. Orang sabar disayang Tuhan, demikian kata sebuah rumor, yang kiranya baik kita renungkan dan hayati sebagai orang beriman. Rekan-rekan muda-mudi sering tidak sabar dalam menikmati kegembiraan hubungan seksual, sehingga mengadakan hubungan seks bebas, para pengendara tidak sabar sehingga menimbulkan kecelakan dan korban dst..
"Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita" (Mzm 98:2-3)
Ign Sumarya, SJ 13 Juni 2011