"Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu." (Yoh 17:1-11a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus kita diharapkan senantiasa menghayati atau melaksanakan kehendak Allah atau sabda-sabda Yesus yang telah kita terima melalui aneka cara. Sabda-sabda Yesus setiap kali kita terima atau dengarkan ketika kita berpartisipasi dalam Ibadat Sabda atau Perayaan Ekaristi (harian atau mingguan). Sabda atau firman Yesus, yang tertulis di dalam Kitab Suci, pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan. Sebagai umat Allah kiranya kita lebih banyak mendengarkan daripada membacakan. Pertanyaan refleksif bagi kita masing-masing: apakah kita sungguh mendengarkan ketika dibacakan sabda/firman Tuhan atau sekedar mendengar (to listen or to hear?). Jika kita sungguh mendengarkan kami percaya kita pasti akan dipengaruhi atau dikuasainya, sehingga mau tak mau kita harus mentaati atau menuruti-Nya dalam danmelalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun, sehingga kita layak disebut sebagai milik Tuhan Yesus dan kita menghayati diri sebagai ciptaan Allah, gambar atau citra-Nya. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Keunggulan hidup beriman atau beragama hemat saya terletak dalam pelaksanaan atau penghayatan, bukan wacana atau omongan. Maka kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan, dan tentu saja terutama dengan dan melalui teladan konkret dari para orangtua/bapak-ibu.
• "Aku tidak mengiharaukan nyawaku sedikitpun, asal aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah" (Kis 20:24), demikian kesakian iman Paulus, rasul agung. Sebagai pelaksana-pelaksana sabda/firman Tuhan akhirnya kita juga dipanggil untuk menyebarluaskan atau mewartakannya, dengan kita lain kita dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik, `memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah'. Hendaknya kita tidak pelit atau malas sebagai pewarta-pewarta kabar baik, melainkan murah hati, hatinya dijual murah, artinya memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu/SARA. Marilah kita persembahkan nyawa (gairah, cita-cita, dambaan, impian dst..) kita kepada orang lain dengan berbuat baik kepada mereka tanpa kenal lelah. Kita berharap semua orang dapat menghayati kasih karunia Allah, dan secara konkret berarti menghayati diri sebagai yang terkasih sehingga perjumpaan antar kita berarti `yang terkasih' berjumpa dengan `yang terkasih', dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Seluruh sabda atau firman Allah dijiwai oleh cintakasih dan mendorong orang untuk saling mengasihi, maka saling mengasihi merupakan wujud dari penghayatan diri sebagai pelaksana sabda/firman Allah. Marilah kita hidup saling mengasih sampai `garis akhir', artinya sampai mati, pada waktu kita dipanggil Tuhan.
Romo Ign Sumarya, SJ 7 Juni 2011
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus kita diharapkan senantiasa menghayati atau melaksanakan kehendak Allah atau sabda-sabda Yesus yang telah kita terima melalui aneka cara. Sabda-sabda Yesus setiap kali kita terima atau dengarkan ketika kita berpartisipasi dalam Ibadat Sabda atau Perayaan Ekaristi (harian atau mingguan). Sabda atau firman Yesus, yang tertulis di dalam Kitab Suci, pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan. Sebagai umat Allah kiranya kita lebih banyak mendengarkan daripada membacakan. Pertanyaan refleksif bagi kita masing-masing: apakah kita sungguh mendengarkan ketika dibacakan sabda/firman Tuhan atau sekedar mendengar (to listen or to hear?). Jika kita sungguh mendengarkan kami percaya kita pasti akan dipengaruhi atau dikuasainya, sehingga mau tak mau kita harus mentaati atau menuruti-Nya dalam danmelalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun, sehingga kita layak disebut sebagai milik Tuhan Yesus dan kita menghayati diri sebagai ciptaan Allah, gambar atau citra-Nya. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Keunggulan hidup beriman atau beragama hemat saya terletak dalam pelaksanaan atau penghayatan, bukan wacana atau omongan. Maka kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan, dan tentu saja terutama dengan dan melalui teladan konkret dari para orangtua/bapak-ibu.
• "Aku tidak mengiharaukan nyawaku sedikitpun, asal aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah" (Kis 20:24), demikian kesakian iman Paulus, rasul agung. Sebagai pelaksana-pelaksana sabda/firman Tuhan akhirnya kita juga dipanggil untuk menyebarluaskan atau mewartakannya, dengan kita lain kita dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik, `memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah'. Hendaknya kita tidak pelit atau malas sebagai pewarta-pewarta kabar baik, melainkan murah hati, hatinya dijual murah, artinya memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu/SARA. Marilah kita persembahkan nyawa (gairah, cita-cita, dambaan, impian dst..) kita kepada orang lain dengan berbuat baik kepada mereka tanpa kenal lelah. Kita berharap semua orang dapat menghayati kasih karunia Allah, dan secara konkret berarti menghayati diri sebagai yang terkasih sehingga perjumpaan antar kita berarti `yang terkasih' berjumpa dengan `yang terkasih', dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Seluruh sabda atau firman Allah dijiwai oleh cintakasih dan mendorong orang untuk saling mengasihi, maka saling mengasihi merupakan wujud dari penghayatan diri sebagai pelaksana sabda/firman Allah. Marilah kita hidup saling mengasih sampai `garis akhir', artinya sampai mati, pada waktu kita dipanggil Tuhan.
"Hujan yang melimpah Engkau siramkan ya Allah, Engkau memulihkan tanah milik-Mu yang gersang, sehingga kawanan hewanmu menetap di sana, dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah" (Mzm 68:10-11)
Romo Ign Sumarya, SJ 7 Juni 2011